"Halo anak ayah? sepertinya kau kena omel lagi ya kan Nona?" tanya Boby kepada gadis itu.
"Dasar setan tengil ! tidak bisakah kau bersikap biasa? kau membuatku sangat tidak nyaman. Kau pikir lucu muncul tiba-tiba seperti itu hah?" ucap Mirae kesal.
Hantu tengil itu pun bangun, "Dengar... aku menemukan sebuah benda dan aku ingin kau mengeceknya untukku. Bisakah?"
"Benda apa?" tanya Mirae.
"Benda yang aku rasa ada sangkut pautnya dengan diriku..."
Mirae menatap dengan serius, apa yang hantu bernama Boby itu katakan? benda apa yang dia maksudkan? jujur jika Mirae begitu penasaran dengan asal usul dari hantu itu. Terlebih karena sosoknya yang tidak umum seperti hantu lain, dia benar-benar patut untuk dicurigai karena keberadaannya.
"Dimana kau menemukan benda itu?" tanya Mirae dengan wajah serius.
Boby menunjuk ke sebuah tempat, "Disana!"
"Baiklah, aku akan melihatnya."
Keduanya pun pergi ke tempat yang dimaksud oleh Boby, rasanya Mirae ingin cepat-cepat sampai disana dan melihat benda apa yang dimaksud oleh lelaki itu. Boby pun menunjukkan sebuah benda mirip kendi kecil berwarna coklat dengan kain merah yang membalutnya, itu terlihat begitu familiar di mata Mirae karena mungkin sang ayah pernah menggunakannya.
"Kau lihat benda itu?" tanya Boby kepada Mirae.
Mirae berjalan mendekat untuk melihatnya, dia bahkan menyentuh benda itu dengan tangannya secara langsung. Dari pandangannya dia melihat jika ada asap hitam yang mengitarinya, benda itu juga mengeluarkan aroma yang benar-benar busuk.
"Kenapa kau mundur?" tanya Mirae kepada hantu itu.
Boby menatap dengan penuh perasaan takut, "Benda itu membuatku kesakitan jika di dekatnya. Dia seperti memancarkan aura yang membuat tubuhku tidak bisa untuk melewatinya."
"Benarkah? aku penasaran apa isi dari benda aneh ini, bolehkah jika kau mundur sedikit? karena aku akan membukanya."
Boby menuruti apa yang di ucapkan oleh Mirae, dia mundur sedikit sementara gadis itu mulai membacakan mantra untuk melepas segel yang ada dalam kendi tersebut. Sebuah asap hitam muncul disertai dengan letupan yang cukup membuat gadis itu terkejut, dia secara refleks melempar kendi itu ke lantai hingga isinya berhamburan keluar.
"Astaga sialan! mantra apa yang ditanamkan di benda itu?! benar-benar menyebalkan!" gerutu Mirae kesal.
"Apa kau menemukan sebuah petunjuk untukku Mirae?!" tanya Boby kepada gadis dihadapannya.
"Iya sepertinya begitu, ada mantra jahat yang membuat roh seseorang terperangkap di dalam sini. Dan sepertinya ini ditujukan padamu Boby," jawab gadis itu.
Boby membulatkan matanya, "Ha! sudah aku duga sebelumnya jika memang ini penyebab dari terpenjara nya aku di dalam rumah ini. Namun kenapa seseorang melakukan semua itu padaku? lalu dari mana kau tahu hal itu Mirae? bisakah kau lepaskan aku sekarang?"
"Apa kehidupanmu sebelumnya adalah seorang reporter? kau itu banyak sekali bicara dasar bawel. Iya mungkin semasa hidupmu itu sangat menyebalkan sehingga ada orang yang ingin membuat rohmu menderita!" ucap Mirae dengan nada yang cukup tinggi.
"Apa salahku? rasanya aku bukan pembunuh atau mungkin sering menyakiti orang lain. Iya setidaknya itu yang aku sadari tentang diriku," ucap Boby.
"Hih, itu kan perasaanmu saja. Yang jelas sekarang kau mungkin bisa keluar rumah dan mencari tahu kemana kau harus pergi sekarang, beres bukan?" ucap Mirae kepada sosok hantu tampan itu.
Boby tidak terlalu mendengarkan apa yang diucapkan oleh gadis itu, dia malah fokus pada sebuah robekan foto yang berceceran dilantai berserta barang-barang aneh. Entah mengapa dia merasa begitu tertarik.
"Apakah ini fotoku ketika masih hidup? namun dimana ini? hah ada rambut juga. Apakah ini rambut milikku?" gumam Boby.
"Kau cukup tampan juga mengenakan setelan jas seperti itu, dan jika kau ingin tahu dimana. Tempat yang ada di foto itu jauh sekali jaraknya dari sini, kau pun tidak akan pernah bisa sampai dengan cepat."
Entah mengapa Boby merasa jika dia begitu familiar dengan tempat yang ada di dalam foto itu, dia merasa sangat sering pergi kesana untuk menghabiskan waktunya. Namun untuk mengingat hal yang lain rasanya sangat sulit sekali.
"Bisakah kau mengantar aku kemari Mirae?" tanya Boby kepada gadis itu.
"Hah kemana? ke taman itu? boleh, tapi nanti jika aku memiliki waktu luang," jawabnya.
"Bukankah setiap hari kau tidak sibuk? kerjamu hanya menatap laptop dan makan," ucap Boby tanpa pikir panjang.
"Heh kadal beracun! aku ini kerjanya memang di depan laptop. Setiap hari aku mengumpulkan uang dari menulis novel horor," ucap gadis itu sewot.
"Oh novel horor, aku kira kau penulis novel mesum. Karena dari wajahmu saja kau sepertinya orang yang sangat mesum."
Plakkk!
Karena tahu jika Boby itu bisa untuk disentuh, Mirae refleks memukul bahu kekar itu dengan kencangnya.
"Dasar hantu tengil ! sudah untung kau itu sudah mati, jika tidak aku sendiri yang akan membunuhmu dengan tanganku!" bentak Mirae kesal.
"Hm pura-pura munafik, aku tahu jika wanita berbulu lebat sepertimu pasti sangat mesum!" goda Boby pada gadis itu.
Mendengar itu Mirae langsung menatap dengan tajam, "Lebat? apa yang kau maksud hah? jangan-jangan kau mengintip aku mandi ya hah ayo mengaku!"
"Jangan asal menuduh, malas sekali aku mengintip mu mandi. Hanya sedikit kok, aku tidak sengaja melihatnya jika bulu di tubuhmu itu sangat seksi."
Mirae benar-benar terkejut dengan apa yang di ucapkan oleh Boby, dia refleks memegangi dadanya karena tahu jika Boby pernah mengintip nya ketika mandi. Benar-benar memalukan dan juga menyebalkan, karena bisa-bisanya seorang hantu melihat manusia mandi sampai sedetail itu.
"Boby dasar kau setan mesum!!"
Suara teriakan Mirae sampai terdengar keluar, Kevin yang saat itu sedang berada tak jauh dari rumah gadis itu saja sampai mendengarnya. Dia penasaran tentang apa yang terjadi pada Mirae, iya sebagai tetangga memang sudah sepantasnya untuk saling khawatir dan memperhatikan satu sama lain bukan?
"Apa dia sedang berbicara dengan setan atau semacamnya? atau dia sedang memasukan seorang lelaki ke dalam rumahnya? astaga aku benar-benar tidak habis pikir jika wajah polos seperti itu ternyata suka sekali bermain api..."
Kevin menggelengkan kepalanya, dia jadi sangat penasaran dengan gadis bernama Mirae itu. Apakah dia benar seorang yang sangat polos seperti yang di perkirakan oleh ibunya? ataukah mungkin hanya kedoknya saja yang seperti itu?
"Gara-gara ibu aku harus berurusan dengan gadis aneh itu astaga! tapi iya mau bagaimana lagi?"