Pagi ini Bryan sudah siap dan rapi dengan baju sekolah nya. Dari semalam mood nya sangat bagus. Dia terus membayangkan senyuman polos dari gadis itu. Ahh? Kenapa Bryan bisa kepikiran gadis itu. Ketika turun ke bawah , dia di kejutkan dengan kehadiran Papi dan Mami nya yang sudah ada di meja bersama Alana. Jangan tanyakan bagaimana bahagia nya Alana sekarang ini. Anak kecil berusia 12 tahun itu sangat bahagia. Melihat itu hati Bryan semakin baik.
"Pagi jagoan Mami. Ayo duduk di sini." Sapa Mona , Mami bryan. Bryan hanya tersenyum dan duduk di samping Alana. Suasana canggung sekarang , Naufal , Papi Bryan menyadari ini.
"Kok jadi diem sih? Ngak ada yang kangen sama Papi dan Mami apa?" Ujar Papi nya dengan nada bercanda.
"Alana kangen. Banget malahan. Alana ngak mau Mami sama Papi pergi lagi." Lirih Alana kemudian menatap Mami dan Papi nya bergantian.
"Hemm Alana , Bryan. Kali ini kami bawa kabar baik untuk kalian." ujar Mona. Bryan langsung menoleh menatap Mami nya siap mendengar apapun yang keluar dari mulut Mami nya itu.
"Mulai sekarang Mami berhenti jadi model. Mami ngak bisa ninggalin tanggung jawab sebagai seorang ibu. Terlebih Alana yang masih membutuhkan perhatian lebih dari Mami." Ujar Mami nya kemudian memeluk Alana. Bryan yang mendengar pengakuan wanita paruh baya itu langsung tersenyum dan memeluk nya.
"Bryan seneng mi. Keputusan mami memang tepat." ujar nya mempererat pelukan nya. Sudah lama dia tidak memeluk Mami nya ini.
Papi nya yang menyaksikan itu tersenyum dan kemudian menghampiri anak dan istri nya yang sedang berpelukan itu. "Papi juga dong mau di peluk." Ujar papi nya kemudian mereka saling berpelukan. Seperti mimpi , jika ini mimpi maka Bryan tidak ingin bangun. Dia sangat senang.
"Aduhhhh , Alana ngak bisa nafas ni uhh uhh." ujar Alana tiba-tiba , bagaimana tidak dia berada paling dalam, di himpit oleh orang-orang dewasa ini. Sungguh mereka tidak memikir kan diri nya.
"Ehh sayang maaf , kamu ngak papa kan?" tanya Mami nya kemudian mereka melepas pelukan itu.
"Lagian Kak Bryan sih! Paling besar." protes nya.
"Kok jadi kakak sih , Papi tu yang tiba-tiba masuk." Bryan tak mau kalah.
"Yaudah sekarang kalian berangkat gih. Alana biar Mami yang antar, Kamu ian berangkat sekarang." ujar mami nya. Bryan mengangguki dan kemudian dia berpamitan kepada kedua orang tua nya. Hari ini dia akan semangat belajar. Terimakasih Tuhan.
***
"Bi , lo kok senyum-senyum sendirian sih dari tadi?." tanya keisya.
"Gue semalam nonton drama bagussssss bangett! Baper sampe kebawa sekarang deh." Alibi nya. Padahal dia sendiri lah drama korea itu, wkwkwkwk halu bos.
"Seriuss? Judul nya apaan? Yang main siapa? Ganteng ngak?." Tanya shela antusias. Shela memang hobi nonton terlebih lagi drama korea.
"K E P O , KEPO." teriak Bianca. Kemudian tertawa , Keisya yang melihat kedua manusia itu pun tertawa. Seketika tawa Bianca berhenti karena kedatangan Bryan.
"Kenapa berhenti? Ketawa aja trus!" protes Shela dengan raut wajah kesal.
"Yaelahh , Bianca langsung ciutt pas Bryan dateng. Ngapa lo? Malu?." Tanya Keisya yang mengetahui bahwa Bianca berhenti karena kedatangan Bryan.
"Ngak kok! Kelas udah rame jadi kita ngak boleh ribut." tepat saat Bianca berhenti berbicara bel berbunyi menandakan masuk. Tapi dia heran mengapa Bryan dari tadi tersenyum menatap nya. Apa ada yang aneh dengan dia? Kaca mana kaca.
***
Karena hari ini adalah hari Jumat , jadi mereka pulang cepat. Bianca sedang menunggu angkot. Tadi setelah bel pulang , dia mendapatkan pesan dari Bara yang menyuruh nya untuk pulang sendiri, dia ingin mengantarkan Lisa pulang. Seperti biasa jadwal Jumat. Dia tidak bisa menjemput Bianca lagi , karena bisa-bisa dia terlambat untuk sholat Jumat.
Tin tin tin ( Suara klakson Mobil ). Seperti nya Bianca kenal mobil ini milik siapa. Mobil yang menjemputnya semalam. Milik Bryan Aldebaran Pangestu.
"Heii , Lo lagi nungguin jemputan ?." tanya nya.
"Iyalah , masa nungguin mamang seblak sih." jawab Bianca ketus.
"Santai kali. Gue mau nawarin pulang bareng. Sekalian kan searah. Yuk." tawar Bryan.
"Hem emang ngak keberatan?." tanya Bianca.
"Ngak kok , santai aja. Ayok buruan naik." Ujar Bryan.
Bianca pun mau. Itung-itung dia irit ongkos. Kan lumayan buat tabungan beli novel. "Okedeh.". Jawab nya.
Keadaan mobil hening seketika. Tidak ada yang membuka suara. Karena merasa tidak nyaman , Bianca mulai berbicara. "Kaya nya lo lagi bahagia banget ya? Dari tadi senyum melulu ?" tanya Bianca penuh keberanian.
"Biasa aja kok. Lo merhatiin gue ya? Hayo lo ngaku aja." goda Bryan. Membuat Bianca kelagapan seperti tertangkap sedang mencuri.
"Ngak kok ngak. Gue kan cuma nanya."
"Hahaha iya gue lagi seneng. Seneng karena di samping gue ada bidadari cantik." Ujar nya sambil menatap Bianca.
"Apaan sih lo! Gombal !." jawab Bianca malu-malu. Padahal dalam hati nya sudah berbunga-bunga.
"Gue serius bi , ternyata lo cantik juga ya. Gue kira lo ngak bisa malu nyata nya bisa juga." Ujar Bryan lagi. Apa maksud nya ini, Bryan menggoda dia? Tidak mempan. "Gue seneng aja , Mami sama Papi gue udah baikan. Adik gue jadi ngak sedih lagi." tambah nya kemudian.
"Ohh, bagus dong. Jadi lo ngak perlu makan di cafe trus. " ledek Bianca. "Gue jadi penasaran sama adik lo? Pasti cantik ya. Lo aja ganteng." ucap nya tanpa sadar. Membuat Bryan menoleh.
"Makasih , gue memang ganteng. Lo mau gue kenalin sama dia? Ntar gue ajak kerumah. Mau ? " tanya bryan.
Muka Bianca bersemu malu. Sungguh dia telah termakan wajah tampan Bryan. " Mau , emang boleh?." tanya Bianca antusias.
"Boleh lah ngak ada yang larang! Hari minggu gue jemput lo. Kita kerumah gue. Oke." Putus Bryan. Bianca tersenyum dan mengangguki nya.
"Btw lo punya pacar bi?" tanya Bryan to the point. Dengan penuh keberanian dia mengatakan hal ini. Sebenar nya semalam dia ingin mengatakan nya , namun karena Bianca yang ngantuk jadi dia urungkan niat nya itu.
"Ah apa! Pacar? Hahaha ngaco lo. Mana ada yang mau sama gue." Jawab Bianca kebingungan.
"Maksud lo?." Tanya Bryan lagi.
"Ya gitu. Gue ngak ada pacar karena gue malas buat buka hati." jelas nya.
"Kalau gue suruh lo buka hati lo buat gue lo mau bi? " Tanya Bryan.
Sebenar nya bianca tidak biasa dengan kata kata seperti itu , apa daya dia anak rumahan yang jauh dari pergaulan , apalagi mau pacaran.
oleh karena itu mendengar ungkapan hati Bryan , dirinya menjadi syok dan takut. Dia juga suka namun ini terlalu cepat jika mereka menjalin sebuah kisah asmara.