Chereads / Bryan & Bianca / Chapter 8 - Makan Malam

Chapter 8 - Makan Malam

Saat ini Bianca tengah berbaring di kamar nya. Dari pulang sekolah tadi pikiran nya terus tidak tenang.Dia bukan orang yang ingkar janji. Dengan keikhlasan hati Bianca beranjak dari kasur nya dan bersiap-siap.

"Gue pakai baju yang mana ya! Ntar kalo jelek bisa-bisa gue di hina sama tu cowok." Gerutu nya sambil memilih baju yang akan ia kenakan.

Akhir nya dia memilih sebuah baju simpel.

Selesai memilih pakaian ia segera merias muka nya. Hanya simpel. Ia hanya menggunakan bedak bayi dengan olesan liptin merah. Membuat nya semakin cantik. Sesudah semua nya beres dia langsung turun untuk menunggu Bryan di depan. Saat turun dari kamar perasaan Bianca tidak enak. Pasti kakak nya akan bertanya. Apa yang harus dia katakan? Apa ia harus jujur? Tidak! Bisa mati dia kalau Bara tau semuanya.

"Eh nyonya besar , udah rapi aja. Mau kemana kamu?." tanya Bara mengintrogasi adik nya.

"Mau keluar bentar sama keisya dan Shela." bohong nya.

"Oh yaudah. Jangan pulang lambat ya. Ayah lagi jemput Bunda." Jawab Bara tanpa tau bahwa adik nya sedang berbohong.

"Siap Komandan. Bianca pergi dulu ya kak." Pamit nya pada Bara. Bara hanya berdeham , mendengar itu Bianca segera keluar untuk menunggu pria aneh itu.

***

Bryan menatap jalanan yang macet ini. Dia sudah berangkat awal namun masih saja terkena macet. Bisa-bisa dia terlambat datang dan membuat gadis itu marah lagi. Dia menatap jam yang menunjukan sudah pukul 18.40 , arti nya dia sudah terlambat 10 menit.

Dia membuka hp dan memberi tahu kondisi nya.

Kampret ni anak , orang chat panjang lebar cuma di balas "Oke". Kalian pasti binggung kan kenapa nama Bianca di hp Bryan seperti itu. Entah lah Bryan hanya iseng menggabungkan nama kedua nya.jadilah seperti itu "BRYANCA" pass. Hihihihi COCOK.

***

Setelah menunggu dalam waktu yang lama akhir nya sebuah mobil mewah datang tepat di depan rumah Bianca. Tidak lama turun lah Bryan. Ya Tuhan. Bryan sangat tampan , dengan kaus hitam dan celana jeans hitam membuat nya tambah ganteng 180°. Hal ini di akui Bianca.

"Hei lo ngapain bengong? Gue tau gue ganteng , ngak usah segitu nya." Celetuk Bryan tiba-tiba , membuat wajah Bianca bersemu malu.

"Apaan sih , PD banget lo. Gue kagum sama mobil lo yang mewah ini. Bukan sama lo." Ucap nya jujur. Dia juga tidak berbohong toh dia juga kagum dengan mobil yang di miliki oleh Bryan. Meskipun dia lebih kagum dengan yang punya mobil sih.

"Yaudah ayok masuk. Gue ngak ada waktu debat sama lo." ajak Bryan.

Bianca masuk ke dalam mobil. Dia duduk di depan tepat di samping Bryan. Bianca tau bahwa dari awal datang Bryan selalu menatap nya , membuat jantung nya tidak bisa di kontrol. Cepat-cepat dia mencairkan suasana.

"Kita mau makan kemana? Gue ngak bawa banyak uang buat traktir lo. Jadi jangan makan yang macam-macam ya." Ujar nya membuka suara.

"Lo bego atau polos sih. Gue ngak serendah itu minta di baayari cewek. Gue yang ngajak gue yang akan bayar!" tolak Bryan yang tengah fokus menyetir.

"Oh yaudah bagus deh kalau lo nyadar. " balas Bianca santai. Kalau kata orang tua bilang rejeki ngak boleh di tolak. 

***

Sekarang mereka sedang berada di sebuah cafe mewah. Bianca binggung dari tadi mereka masuk. Orang yang berada di sini langsung menundukkan kepala setelah melihat Bryan dan Dia. Padahal dia tidak merasa istimewa.

"Lo mau pesen apa? Pesen aja sepuas lo." Tanya Bara.

"Gue nasi goreng seafod pedas sama lemon tea satu." ucap nya pada Bryan.

Bryan menoleh ke arah pelayan itu. "Tolong buat kan saya Nasi goreng seafod pedas 2 , jus Mangga , dan Lemon tea satu." ujar Bryan yang di angguki oleh pelayan itu.

Bianca yang menatap semua ini hanya diam dan menoleh ke Bryan seakan meminta penjelasan.

"Kok mereka kaya nya hormat banget sih sama lo?" tanya nya.

"Lo mau jawaban jujur atau bohong." tanya Bryan santai.

"Jujur lah. Gue binggung aja."

"BIAN Cafe ini punya gue. Bokap gua buka ini buat gue belajar jadi pengusaha." jawab nya jujur. Mendengar pengakuan Bryan entah mengapa hati Bianca merasa terharu. Ternyata cowok nyebelin kedua setelah Bara ini orang yang hebat.

"Wahh. Hebat banget lo. Masih muda udah jadi pengusaha aja." Bianca menatap Bryan.

"Hahaha biasa aja. Gue sering makan di sini berdua dengan adik gue. Tapi sekarang gue makan nya sama lo." jawab nya.

"Kenapa lo makan di cafe? Emang nya rumah lo ngak ada makanan?" tanya Bianca dengan polos nya.

"Bokap sama nyokap gue jarang di rumah , bahkan ngak pernah ada. Mereka sibuk. Jadi buat apa gue makan dirumah yang sepi." jawab nya seperti orang curhat.

"Jadi gimana adek lo? Kan lo sendiri bilang kalo rumah lo sepi. Kasian dong dia." tanya Bianca.

"Dia tadi keluar sama Citra. Kata nya mau beli Buku. Pasti dia udah makan sama Citra."

Seperti tersengat sesuatu hati nya ketika mendengar nama Citra. Sedekat itu kah Bryan dan Citra sampai adik nya pun dia percayakan dengan Citra. "Citra udah gue anggap adik gue juga. Mami nya temen nyokap gue." tambah Bryan."

"Oh." jawab nya singkat. Mood nya sudah hancur. Kenapa dia malah bercerita tentang gadis lain tepat di hadapannya.

Saat hendak menjawab ucapan Bianca , pesanan mereka datang. "Ini tuan makanan nya." ucap pelayan itu.

Bryan dan Bianca tersenyum dan langsung menikmati makanan itu.

***

Setelah selesai makan kedua nya kembali diam. Bryan binggung kenapa gadis di depan nya ini dari tadi hanya diam. Apa dia membuat kesalahan? Seperti nya tidak.

"Bii? Kenapa lo diam?Makanan nya ngak enak ? Atau Gue ada salah?" tanya nya.

"Ngak kok , makanan nya enak bangett . gue udah ngantuk. Mendingan kita pulang aja." Bohong Bianca. Padahal dia masih ingin berlama-lama dengan Bryan. Namun mood nya sudah hancur.

"Oh oke. Yuk pulang." Bryan dengan refleks menarik tangan Bianca. Hal itu membuat Bianca mendadak serangan jantung lagi. Bryan sungguh bisa mengembalikan mood nya. Dia menuruti saja dan masuk ke mobil.

"Makasih buat makan malam nya. Padahal gue yang harus nya bayarin , eh malah lo yang susah." Bianca tiba-tiba saja tidak enak.

"Ae lah santai aja. Perlu lo tau , lo cewek kedua setelah adik gue yang gue ajak makan di cafe ini." ujar Bryan.

Bianca yang mendengar kata-kata Bryan gitu nya diam. Ada rasa bangga terbesit di hatinya. "Ohiya? Ternyata lo asik juga ya. Gue kira lo cuma bisa nyebelin aja." ujar Bianca.

"Maka nya jangan nilai orang dari luar nya. Tapi kenali dulu baru bisa menilai."  Ucap Bryan kemudian fokus menyetir. Bryan menyalakan sebuah lagu , membuat suasana menjadi akward seketika.

Mengapa Kita

Lyodra

Aku t'lah tahu kita memang tak mungkin

Tapi mengapa kita selalu bertemu?

Aku t'lah tahu hati ini harus menghindar

Namun kenyataan ku tak bisa

Maafkan aku terlanjur mencinta

Hm-m

Senyuman itu

Hanyalah menunda luka

Yang tak pernah kuduga

Dan bila akhirnya

Kau harus dengannya

Mengapa kau dekati aku?

Kau membuat semuanya indah

Seolah takkan terpisah

Aku t'lah tahu kita memang tak mungkin

Tapi mengapa kita selalu bertemu?

Aku t'lah tahu hati ini harus menghindar

Namun kenyataan ku tak bisa

Maafkan aku terlanjur mencinta

Bila memang hatimu untuk aku

Salahkah ku berharap

Berharap kau memilih diriku

Cinta

Tapi mengapa kita selalu bertemu?

Aku t'lah tahu hati ini harus menghindar

Namun kenyataan ku tak bisa

Maafkan aku terlanjur mencinta (Aku t'lah tahu kita memang tak mungkin)

Tapi mengapa kita selalu bertemu? (Selalu bertemu)

Aku t'lah tahu hati ini harus menghindar

Namun kenyataan ku tak bisa

Maafkan aku terlanjur mencinta

Ternyata hati tak sanggup melupa

Hm-m.

Lagu itu seperti melukiskan bagaimana kejadian yang terjadi antara Bryan dan Bianca akhir-akhir ini. Akhir nya mereka sampai. Bianca dengan cepat turun " Makasih untuk semua nya ian." ucap nya tulus.

"Iya , sama-sama. Makasih juga udah nemenin gue ." balas Bryan dengan senyuman nya yang membuat mood Bianca kembali terisi. Bianca mengangguk kemudian masuk kerumah. Setelah itu mobil Bryan pun ikut pergi.