"BIANCA. LO KENAPA SIH TIBA-TIBA MAIN KABUR KABUR AJA! BELUM HABIS MAKANAN JUGA!" teriak Keisya , membuat Bianca berhenti. Dia lupa bahwa tadi dia di kantin bersama dua curut nya.
"Gue kebelet , maaf banget ya!" alibi nya. Padahal dia sendiri juga heran mengapa sikap nya seperti ini. Aneh. "Gue ke toilet dulu ya. Kalian duluan aja ke kelas." ujar nya kemudian berlari ke wc.
Melihat Bianca masuk ke wc , keisya dan shela pergi ke kelas. Dari pada pusing melihat tingkah aneh Bianca. Tapi tunggu! Bianca seperti ini setelah Bryan masuk ke kantin bersama Citra. Apa jangan-jangan Bianca cemburu! Keisya yakin bahwa ada sesuatu yang di sembunyikan Bianca.
***
"Bro , lo ngapain bengong! Utang lo belum lunas sama mang ujang?" Tanya Alavro.
"Bryan! Bryan! Bryan!" Citra menepuk bahu Bryan.
"Eh apa? Ada apa bi? " Saut Bryan. Membuat keempat manusia yang ada di meja itu kebingungan. Bryan langsung mengubah kalimat nya " mksd gue ada apa." bohong nya. Padahal dari tadi pikiran nya terus tentang Bianca.
"Lo tadi bilang Bii? Siapa tu? Lo suka sama Binus? Anak sebelah? Gila lo ngak waras emang." ucap Guntur asal menebak.
"Bukan Binus , pasti Bianca." Ujar Bayu santai , membuat Citra menatap Bryan seakan meminta jawaban.
"Apaan sih lo pada. Gue masih normal ya tur , ngak mungkin gue mikirin Binus Binus itu. Dan lo bay, apaan dah tiba-tiba Bianca. Ngak jelas lo semua." jelas nya. " Gue lagi ngak fokus jadi gue ngomong asal-asalan." tambah nya.
Hampir saja dia ketahuan , bahwa dia sedang memikirkan Bianca. Kenapa cewek aneh itu selalu ada di pikiran nya. Arghhh Aneh.
"Yaudah santai kali ian." ujar Bayu.
Citra yang sudah hilang mood pun kemudian pergi begitu saja. Tanpa mendengar keempat pria aneh itu berbicara.
"Eh bebeb citra kok pergi sih. Tungguin aa' dong." ucap Guntur.
"Kenapa tu Citra aneh juga. Main cabut aja." ujar Bayu.
"Mungkin dia kebelet jadi ngak sempat bilang kita." Ujar Alvaro berpikir positif. Namun mereka kembali menatap Bryan yang kembali melamun.
"Kesambet lo ian?." Tanya Bayu lagi.
"Eh mending kita ke kelas udah mau masuk ni. Lo pada luan aja. Ntar gue yang bayarain ini semua." ucap nya mengalihkan obrolan. Bukan Guntur nama nya kalau tidak senang jika di bayarin. Lumayan uang jajan nya di tabung.
"ASIKK. THANKYOU MABROO" teriak Guntur. Kemudian mereka bertiga pergi meninggalkan Bryan.
***
Bianca tengah duduk melamun di Taman sekolah. Dia berbohong pada keisya dan shela. Dia tidak ke tolite namun pergi ke taman belakang. Dia ingin menetralkan perasaan nya yang aneh ini. Namun saat dia sedang asik-asik duduk , tiba-tiba saja kursi di samping nya di duduki oleh seseorang yang saat ini ada di pikiran nya.
"Ngapain lo? Gangguin orang aja! Pergi sana , gue luan yg duduk di sini." Usir Bianca. Namun Bryan tidak menanggapi itu.
"Emang lo pikir ini sekolahan punya nenek moyang lo apa? Terserah dong siapa aja boleh duduk di sini." jawab Bryan.
Bianca terdiam , bagaimana pun laki-laki di samping nya ini telah menyelamatkan nilai matematika nya tadi. Dia harus berterimakasih.
"Hmm btw gue mau ngucapin makasih ya , karena lo udah ngasih contekan. Tapi inget lain kali jangan ngasih lagi. Gue kan ngak minta!" Ujar nya.
"Lo mau ngucapin terimakasih atau mau nasehatin gue?"
"Dua-dua nya. Gue tau lo pintar tapi ngak gitu cara nya." jawab Bianca.
"Siapa juga yang ngasih jawaban ke lo cuma-cuma , itu ada imbalan nya kali!" Sarkas Bryan , membuat Bianca melotot. Bagaimana ? Maksud nya dia minta bayar? Dasar mata duitan.
Bianca mengeluarkan uang sisa jajan nya tadi sebesar 10ribu. " ni , gue cuma punya segini. Kalau kurang besok gue tambahin." Bianca menyodorkan uang itu ke muka Bryan.
"Lo kira gue orang susah apa? Jual-jual jawaban gue. Bukan itu maksud gue." Balas Bryan kesal. Mengapa wanita ini tidak paham.
"Trus lo mau apa? Tadi lo bilang sendiri jawaban lo ngak gratis? Tapi pas gue kasih uang lo nolak? Mau lo apa sih?" Tanya Bianca semakin emosi.
"Santai dong, lo cuma cukup temenin gue makan malam aja nanti. Gimana?" tawar Bryan.
"Apa! Makan malan bareng lo? Berdua? OGAH!" Tolak Bianca.
"Oh jadi ini balasan nya. Yaudah deh ngak papa. Yang dosa juga lo karena ngak mau balas budi orang lain." ujar Bryan dan tersenyum kecil.
Bianca berpikir lagi , apakah dia harus menuruti kemauan pria aneh ini. Bagaimana dengan pacar nya Citra? Bisa-bisa dia di cap perebut cowok orang. Tidak. Bianca tidak mau. "Kalau kita makan berdua nanti pacar lo marah! Gue ngak mau di cap perebut cowok orang." jawab Bianca jujur.
Bryan yang mendengar itu tertawa. Pacar? Cewek saja Bryan tidak punya. "Lo ngomong apa sih. Siapa juga yang ada pacar. Gue masih jomblo ya.!" ucap nya.
"Trus Citra?" tanya Bianca sedikit malu.
Ohh Bryan paham. Pasti gadis ini mengira bahwa Citra adalah pacar nya. "Ck. Citra itu temen gue udah gue anggap saudara. Dia baik sama keluarga gue. Lagian kok lo bisa kepikiran sampai sana sih? Lo mikirin gue ya?" goda Bryan.
"Apaan sih gue cuma ngak mau di cap cewek murahan yang ngerebut cowok orang lain." alibi nya.
"Yaudah terserah lo , pokok nya ntar malam gue jemput lo. Setengah 7 lo harus udah siap." Ujar bryan kemudian berlalu meninggalkan Bianca.
Bianca ingin menolak namun Bryan dengan cepat pergi begitu saja. Dia kemudian berlari untuk menyusul Bryan. Karena mereka satu kelas. Jadi searah.
***
"Woi Bar , gimana kabar Bianca. Gue udah lama ngak main ke rumah lo lagi. Jadi rindu." Ujar Iqbal.
Saat ini kelas 12 sedang jamkos karena guru-guru sedang rapat lagi. Bukan jamkos sebenar nya , mereka disuruh belajar pribadi , namun tau sendiri bagaimana tabiat anak kelas 12.
"Elahh lo mah modus aja nanyain gitu. Bilang aja lo mau ketemu Bianca kan. Moveon bro , dia itu ngak suka sama lo." ujar Aldo.
"Apa salah nya kalau gue berjuang? Toh Bianca juga ngak masalah." Iqbal menatap Aldo tidak suka.
"Udah diem napa sih , gue mau fokus ngegame. Ganggu aja lo pada." Protes Raden.
Bara hanya geleng-geleng melihat tingkah konyol teman-teman nya ini. Ini lah alasan Bianca merahasiakan status mereka. Baru teman-teman nya yang tau saja Bianca sudah mendapatkan fans. Apalagi semua tau.
"Bianca baik aja kok bal. Tenang aja Bianca masih betah sendiri. Kejar aja trus siapa tau dia luluh." Ucap Bara menepuk pundak iqbal.
"Kalau gitu ntar kapan-kapan kita kerumah lo ya bar. Sekalian ngapel." Iqbal menaikan alis nya mencoba merayu Bara.
"Iya iya dateng aja , gue sih bebas. Jawab Bara.
"Anjirrr! Gue kalahhh! Ahhh." pekik Raden. Suara nya yang besar membuat seisi kelas menoleh. Terlebih lagi Lisa yang tidak suka keributan langsung menatap horor Raden. Meskipun Raden sahabat kekasih nya , dia tidak peduli.
"Raden kalau lo mau main game mending keluar kelas! Ini kelas bukan arena game!" Lisa yang terlihat emosi membentak Raden.
"Bar. Bantuin gue dong. Nenek lampir ngamuk." ledek Raden pura-pura takut dan bersembunyi di belakang Bara. Mendengar kata nenek lampir Lisa semakin marah begitupun Bara. Enak saja pacar nya yang cantik di katain.
PLAKKK. Bara memukul kepala Raden menggunakan Buku Paket.
"Aduhh, lo jahat banget sih bar. Kampret emang suami-istri." Ujar nya sambil mengelus kepala nya yang sakit.
"Maksud lo apa bilang Lisa nenek lampir. Muka lo tu kaya kera sakti." ledek bara.
Raden diam dan menatap tajam Bara kemudian dia kembali ke tempat duduk nya. Bara dan Lisa hanya tertawa melihat tingkah Raden. Cukup menghibur.