Chereads / Bryan & Bianca / Chapter 6 - Perasaan Yang Aneh 1

Chapter 6 - Perasaan Yang Aneh 1

Suasana pagi ini di sekolah sangat berbeda. Semua anak-anak di kaget kan dengan kedatangan Bara dan Bianca yang bersama. Kali ini Bara membawa Bianca hingga masuk lingkungan sekolah.

"Whatt? Itu Bara kan anak MIPA 1. Ngapain bareng Bianca."

"Iya tu. Bara kan pacar nya Lisa."

Begitulah suara anak-anak yang sudah kepo akan kejadian ini. Membuat Bianca sedikiti risih. Dengan cepat dia berlari agar dia terbebas dari Bara.

"BIPUU! Aku antarin ke kelas ya." ujar Bara kemudian menggandeng Bianca.

"Tumben amat kakak baik? Ada apa? Pasti ada mau nya kan? Hayo ngaku aja! " tuduh Bianca , karena dia curiga mengapa kakak nya bersikap baik sejak pagi tadi.

"Tuduh aja trus tuduh , giliran kakak baik malah kamu yang jahat. Yaudah deh ngak jadi." Bara melepas tangan Bianca kemudian berjalan meninggalkan Bianca.

"Dasar kakak aneh. Gitu amat ya punya kakak!" gerutu nya pelan agar tidak ada yang mendengar.

_______________________________________

Saat bara berjalan menuju kelas ternyata sudah berdiri Lisa di depan nya. Gadis cantik berpostur tinggi dengan kulit putih dan rambut panjang itu sudah siap seperti ingin menerkam Bara. Melihat itu Bara yakin lisa melihat apa yang dia lakukan pada Bianca.

"Morn Sayang. Yuk ke kelas." ujar bara

"Cemburu yaa. Ih gemesh deh." ujar Bara merayu Lisa. Namun dengan cepat Lisa menghindari rayuan maut Bara.

Bara menyesal menyembunyikan ini dari Lisa. Akhir nya dia jujur dan mengatakan yang sebenarnya.

"Lisa dengerin aku ya. Aku ngak selingkuh. Aku sayang kamu. Kita udah lama pacaran masa kamu masih meragukan kesetiaan aku. Masa iya aku selingkuh dengan adik aku sendiri, ngak mungkin dong." ujar Bara dan menatap lisa yang tinggal mengeluarkan air mata nya.

Lisa terdiam otak nya berputar memahami kata-kata Bara " Masa iya aku selingkuh dengan adik aku sendiri" , adik dia bilang ? Apaapa ini bahkan dia tidak pernah cerita kalau dia punya adik.

"Adik? Bianca adik kelas kita itu adik kamu bar?" ucap lisa menyakinkan pikiran nya ini.

"Iya Lis, maafin aku ya aku ngak cerita. Ini kemauan Bianca , dia ngak mau orang-orang tau." ujar Bara penuh penyelasan. Harus nya dia tidak mengikuti perintah kurcaci itu. Pasti dia tidak akan berkelai dan hampir kehilangan Lisa seperti ini.

Lisa mulai paham dan mengangguk. Dia tidak jadi kehilangan lisa.

"Aku mau mulai sekarang jangan ada rahasia-rahasia lagi. Terbuka sama aku Bar. Aku selalu ngedukung apapun yang kamu cerita." ujar Lisa.

"Iya maafin aku ya. Promise." ujar Bara memberikan jari kelingking nya kepada lisa tanda berjanji seperti anak kecil. Lisa tersenyum dan membalas tautan kelingking bara "Promise." balas Lisa.

Tennnnnn tennn tennn (suara bel )

Akhir nya kedua nya menuju kelas , karena bel sudah berbunyi tanda masuk kelas.

***

Sekarang kelas Bianca sedang tidak baik. Sangat tidak baik. Kalian tau rasa nya ulangan mendadak? Terlebih mapel yang sangat susah. Belum ada persiapan tapi malah tiba-tiba ulangan. Begitulah pikiran Bianca sekarang. Ia semalam kecapean jadi langsung tertidur dan lupa belajar. Hari ini sangat menguji kesabaran nya dari bara tadi pagi hingga sekarang Ulangan Matematika mendadak.

Bu hellen dengan santai mengucapkan bahwa mereka akan ulangan. " Selamat pagi anak-anak, saya beri waktu 5 menit untuk bersiap-siap. Kita akan ulangan." seketika itu kelas menjadi ramai.

"Apaan bu? Ulangan? Belajar aja ngak ada masa mau ulangan bu." Protes marco.

"Udah lah terima kenyataan , lo mau protes juga ngak guna." saut Keisya.

"Sudah , waktu habis. Sekarang siapkan kertas selembar. Kumpulkan tas kalian ke depan." ujar bu hellen.

Sekarang bu hellen membagikan kertas soal ke semua murid. Bianca yang menerima soal itu langsung mematung , bagaimana ini dia sama sekali belum belajar. MM merupakan pelajaran yang paling ia benci. Kenapa tidak ulangan fisika saja, Bianca lebih suka fisika di banding Matematika. Aneh emang Bianca.

Mata bryan terus memandang Bianca yang seperti nya sedang kebingungan. Dia tau pasti gadis itu tidak bisa mengerjakan ulangan ini. Dasar gadis bodoh, pikirnya. Kemudian suatu ide terlintas di otak nya. Bryan memang termasuk ke dalam murid berprestasi , namun karena kemalasan nya prestasi nya tidak dia kembangkan.

Tekk , suatu kertas kecil jatuh tepat di depan Bianca. Apa apaan ini , ada malaikat baik yang mengirim kan jawaban kepada nya. " Hah? Jawaban siapa ini." Ujar nya dalam hati. Kemudian menoleh kebelakang dan mendapati Bryan yang tengah tersenyum kepada nya. Astagaa! Apaa apaan ini Bryan memberikan jawaban ? Tidak! Dia tidak boleh menerima nya. Dia menyimpan kertas itu kembali.

Waktu terus berjalan , satu soal belum ada yang ia jawab , ia terus berpikir namun nihill , ia sungguh tidak paham. "10 menit lagi kumpulkan." Ujar bu hellen tiba-tiba.

Satu-satu nya harapan adalah kertas ini. Kemudian ia membuka kertas yang di berikan Bryan dan menyalin nya. Untuk jawaban tidak perlu di ragukan lagi. Bianca tau bahwa bryan adalah anak yang cerdas. Bryan yang melihat Bianca menulis jawaban dari nya tersenyum tipis.

"Sekarang kumpulkan jawaban kalian dan boleh keluar." ujar bu hellen. Semua murid mengumpulkan jawaban nya termasuk Bianca.

***

Kini semua murid berlomba-lomba membeli makanan. Kantin SMA Kencana selalu ramai. Dari kantin depan sampai kantin belakang. Bianca,Keisya dan Shela sudah duduk di meja pojok. Karena meja semua penuh.

"Gilaa emang ya bu Hellen ngasih soal ngak ngotak. Contoh nya gimana soal nya gimana." gerutu Keisya sambil menatap shela dan Bianca bergantian.

"Iya tu. Dosa apa ya kita sama dia. Untung gue bisa jawab." jawab shela di sertai cengigiran nya.

"Bisa apaan , lo juga nyontek yang gue." Balas Keisya. Karena tadi Shela selalu menganggu keisya hingga ia tidak fokus mengerjakan ulangan. Dan akhir nya keisya pun memberikan jawaban yang di minta oleh shela. Shela hanya tersenyum mendengar kejujuran Keisya.

"Lo gimana bi? Menurut lo gimana ulangan tadi?" tanya Keiysa dengan Bianca.

"Gue tadi di kasih jawaban sama Bryan." ucap nya berbisik agar tidak ada yang mendengar.

Shela dan Keisya yang mendengar Bianca , bertatapan dan kemudian menatap Bianca tidak percaya. Bagaimana bisa dia mendapat jawaban dari Bryan, orang paling pelit di kelas. Apa jangan-jangan ini yang di tanyakan Bianca tempo hari tentang cowok yang menyukai nya.

"Lo kalau halu jangan ketinggian , gue tau bryan gimana. Ngak mungkin lah." ujar Keisya.

"Lo serius bi? OH MY GODD!." teriak shela membuat Bianca dan Keisya menatap tajam Shela.

"Ya ampun sejak kapan sih gua bohong. Beneran , Suerr deh." ucap Bianca. Kemudian dia menceritakan bagaimana kejadian saat tadi Bryan memberikan kertas jawaban tiba-tiba untuk nya.

"Kaya nya tu anak suka sama lo, iya ngak shel." ucap keisya dan di angguki shela.

"Bener tu kata keisya. Dari cara dia mandang lo aja beda. Lo kasih pelet apaan bi? Mau dong. Gue mau pelet kak iqbal." ucap shela. Membuat Bianca melotot.

"Enak aja lo, pelet-pelet lo kira makanan ikan , jangan buat gue berharap. Gue ngak mauu sakit untuk kedua kali nya cukup dulu aja gue di kasih harapan sama marco sekarang ngakk lagi." ujar Bianca. Iya dulu marco mendekati Bianca hanya untuk meminta bantuan belajar saja. Namun hati wanita yang mudah baper membuat nya berharap lebih.

"Yaelahh masih aja lo mikirin masalah marco. Gamon ya lo Hahahaha." Ledek Shela.

"Ngak , bukan gitu. Maksud nya , gue ngak mau kejadian yang sama terulang lagi. Paham ngak sih lo pada. " gerutu Bianca , menyesal sudah dia bercerita dengan sahabat-sahabat nya ini. Saat ingin kembali berbicara mulut nya terhenti ketika melihat Bryan,Alvaro,Bayu,Guntur dan seorang wanita masuk ke kantin. Kelihatan begitu akrab.

"Kata nya aja ngak suka , tapi pas orang nya ada juga di liatin terus." celutuk Keisya. Membuat Bianca cepat-cepat mengalihkan pandangan nya. Kenapa hati nya seperti sakit saat melihat Bryan akrab dengan seorang gadis.

"Itu yang lagi sama Bryan dan teman-teman nya Citra ya. Citra anak nya Pak Asep. Kepala sekolah kita." ujar Shela , dan membuat Bianca menoleh. Oh iya benar saja ternyata itu adalah Citra teman sekelas nya. Tapi mengapa dia dan Bryan akrab? Baru saja dia berpikir ucapan Keisya dan Shela tentang Bryan benar. Namun kenyataan itu pupus.

Cepat cepat Bianca lari dari kantin. Hal itu membuat Keisya dan Shela berlari mengejar nya. Bryan yang melihat itu pun bersikap acuh. Dia tidak tau kalau Bianca lari karena dirinya sendiri.