Saat ini suasana kelas XI MIPA 3 sedang ribut, terlebih lagi guru mapel yang belum munujukan batang hidung nya untuk muncul. Hal ini di manfaatkan oleh murid-murid untuk melancarkan aksi-aksi yang tidak berfaedah sama sekali. Seperti sekarang ini , ada yang sedang bermain game (mabar) , cewek-cewek kece kelas yang sedang berdandan ria , dan ada juga yang tengah asik gibah , serta jangan lupa , tradisi turun menurun yaitu TIDUR di kelas.
Namun semua itu tidak berlangsung lama , karena tiba-tiba saja Pak Ginting seorang guru seni budaya masuk dan menatap semua murid dengan tatapan tajam. Semua terdiam.
"Sudah saya bilang , kalau saya belum muncul-mucul juga jangan ada yang ribut!" ucap nya sedikit membentak , "Marco kamu sebagai ketua kelas kenapa tidak susul saya ke kantor? Saya kan orang nya suka lupa!" ucap pak Ginting membuat seisi kelas menahan tawa. Begitulah pak Ginting , seperti kadal. Berubah-ubah mode , kadang garang kadang juga baik dan bercanda.
"Yaelah pak , yang salah siapa yang di marah siapa? Memang ya pak Guru selalu benar." Marco sang ketua kelas dengan santai mengatakan itu
"Sudah diam kamu! Sekarang kita Mulai belajar. Saya akan membagi kalian berkelompok. Satu kelompok hanya dua orang. Saya akan bagi sesuai absen! " tanpa meminta persetujuan murid-murid nya pak ginting langsung membentuk kelompok.
Bianca yang mendengar " Saya akan bagi sesuai absen " langsung terdiam. Nama dia dan Bryan sangat berdekatan , jadi arti nya dia dan Bryan akan satu kelompok ? Hanya bedua? Berdua? Oh tidak seperti nya Tuhan memang sengaja mempertemukan dia dengan laki-laki itu lagi.
Satu persatu nama pak Ginting sebutkan , hingga dua nama membuat seisi kelas langsung ribut.
"Bianca Putry Adijaya dan Bryan Aldebaran Pangestu." ujar pak Ginting.
"Wahhh , jodoh emang ya lo berdua. Kita semua pasangan nya laki sama laki , cewek sama cewek." ujar salah satu murid bernama Bobi. Membuat muka Bianca menjadi merah malu , namun bryan hanya diam dengan santai.
"Tau tu , nama lo berdua emang cocok . hahahahahah. " tambah marco membuat seisi kelas tertawa.
" Stopppp! Itu ngak sengaja aja nama kita deketan jadi ya satu kelompok. Ngak ada cocok cocok. " Bianca yang kesal mulai berbicara. Dia menatap bryan seakan meminta bantuan agar seisi kelas berhenti , namun itu hanya lah harapan , bahkan bryan tidak peduli , dasar laki-laki nyebelin nomor dua , karena nomor satu adalah Bara.
Bagaimana bisa ? Memang semua berpasangan , namun hanya mereka berdua yang di pasangkan lawan jenis. Oh tidakkkkkkk, rasa nya Bianca ingin teriak.
"Sudah diem kalian semua! , Saya akan lanjutkan ! " ujar pak Ginting membuat seisi kelas kembali diam dan pak ginting melanjutkan pembagian kelompok itu.
Setelah itu mereka di tugaskan untuk membuat kerajinan , dan pengumpulan nya minggu depan.
***
"Bii , lo ngak apa-apa kan? Kok dari tadi diem muluk sih , ngak seru ah! " ujar Keisya.
Mereka bertiga sedang ada disebuah cafe. Setelah pulang sekolah tadi mereka berencana akan hangout bareng , karena semenjak masuk sekolah mereka belum pernah jalan-jalan lagi.
"Tau tu Bianca! Lo lagi ada masalah? Lo lagi pms? Atau berat badan lo naik? " tanya shela beruntun.
Bianca sebenarnya baik-baik saja , namun ada hal yang membuat isi kepala nya harus berpikir. Bagaimana nanti dia akan bekerja sama dengan Bryan? Mereka saja tidak pernah berbicara? Apalagi kemarin Bianca sempat membuat Bryan kena hukum! Apa yang akan terjadi nanti nya. Entahlah Bianca hanya bisa pasrah.
"Gue ngakpapa elahh , santai aja. Kepala gue rada pusing mikirin tugas." ucap Bianca sambil meminum lemon tea yang dia pesan tadi.
Tangan shela memeriksa kening Bianca, membuat Bianca kesal . "badan lo ngak panas." Bianca menatap shela , sungguh sahabat nya yang ini terlalu bego. Sudah di bilang bahwa ia baik-baik saja. "Kan gue bilang gue ngak papa Shela , ck. " ujar Bianca.
"Udah udah sekarang mending kita ke tokoh buku. Disana lagi ada promo novel." ujar Keisya. Yang mendapat anggukan dari kedua sahabat nya.
Mereka pergi dari cafe , dan segera menuju toko buku terdekat. Mereka bertiga mempunyai hobi sama yaitu membaca buku. Bahkan mereka pernah berkelai hanya gara-gara rebutan novel. Huuu dasar ya Bianca,Shela,Keisya.
Ketika mereka masuk , tidak sengaja Bianca menabrak seorang anak kecil kira-kira berusia 12 tahun.
BRUKKKKKK
"Eh. Maaf dek maaf , kakak ngak sengaja." ujar Bianca dan membantu anak itu menyusun buku-buku yang dia bawa. Gadis itu hanya tersenyum dan pergi begitu saja. Bianca seperti mengenali senyuman itu. Ah sudah lah mungkin dia hanya halu.
"Lo si bii, maka nya fokus. Kan jadi nabrak orang. Untung dia anak kecil , kalau orang tua bisa berabe urusan nya!" ujar Keisya.
"Iyaiya lagian gue ngak sengaja , kan gue udah minta maaf" ujar Bianca sambil masuk ke dalam toko Buku.
"Keisya!Shela!" Bianca memanggil kedua nya bersamaan. Keisya dan shela hanya menaikan alis seakan menanyakan ada apa? "Hmm lo berdua pernah baca buku tentang tanda-tanda cowok lagi suka sama kita ngak?" ucap Bianca pelan-pelan hampir tidak terdengar , namun kedua sahabat nya memang pendengar terbaik. Mereka saling tatapan kemudian menatap Bianca.
"Pfttttbahahahahaha" tawa kedua nya. Bagaimana tidak? Bianca tanpa angin tanpa hujan seperti ini tiba-tiba menanyakan hal konyol itu.
"Ih lo berdua kok ketawa sih, gue serius." ujar Bianca kesal karena kedua sahabat nya ini tertawa tanpa menjawab pertanyaan nya.
Keisya berusaha mengatur nafas dan menatap Bianca " Hahhh hahh maaf bii , kita kaget aja , kenapa lo nanya gitu? Emang ada yang lagi suka sama lo ? " ujar nya. Membuat muka Bianca kembali cemberut. Dia diam tidak menjawab dan kemudian pergi begitu saja.
"Eh eh eneng geulis ngak usah ngambek ,maafin kita ya!" ujar keisya berlari mengejar bianca di susul oleh shela.
**
Lama mereka di toko itu , mereka memang seperti ini. Kalau sudah bersama akan lupa waktu. Sekarang saja sudah pukul 17.00. Mereka masih mengunakan seragam sekolah , namun tertutup jaket. Oleh karena itu mereka aman.
Shela menatap jam di tangan nya dan berteriak tanpa memandang tempat "OH EMJIII , UDAH MALEM , HUAAAA AYOK PULANG , NANTI GUE DI MARAHIN MAMI! " teriakan shela membuat seisi toko menoleh dan berpusat ke mereka bertiga.
"Shela lo kalau teriak liat tempat dong. Yaudah ayo pulang! " Bianca yang masih kesal dengan kedua nya menarik tangan shela kemudian di susuli keisya. Mereka menuju mobil keisya. Tugas keisya seperti biasa dia akan menjadi babu , mengantarkan Bianca dan Shela secara bergantian.
***
Saat ini di meja makan hanya ada Bryan dan Alana saja. Mereka sudah terbiasa makan berdua , karena Papi dan Mami mereka sibuk dengan urusan masing-masing. Bryan sudah di tinggal sejak berumur 10 tahun , dia sempat merasakan kasih sayang orang tua sebelum mami nya menjadi model. Namun Alana sama sekali belum merasakan itu. Itulah yang membuat Bryan selalu menjaga Alana dengan baik.
"Kak Bian ,hmm kenapa sih papi sama mami ngak pernah ada dirumah?" ujar Alana yang hanya menatap nasi itu tanpa menyentuh dan memakan nya.
Bryan pasrah, Alana akan menanyakan ini setiap mereka hanya berdua di meja makan. "Alana dengerin kakak ya.." belum bryan melanjutkan kata-kata nya Alana segera memotong.
"Papi sama Mami kerja buat kita. Jadi alana harus sabar." ujar Alana menirukan ucapan bryan yang selalu di ucapkan , hingga dia sendiri sudah hafal. " tapi kak sesibuk itu ya? Alana pengen ngerasain punya orang tua kak! Hikss Teman Alana semua nya selalu di hikss antar orang tua hikss sedangkan Alana yang antar hikss selalu Mang Joni." air mata yang dari tadi dia tahan akhirnya jatuh begitu saja.
Bryan tidak tahan , dia tidak bisa melihat adik nya menangis seperti ini. Segera dia menarik Alana ke dekapan nya. Tangis Alana semakin kencang di pelukan kakak nya. "Alana kan masih punya kakak , kakak ngak akan pernah ninggalin Alana , jadi Alana ngak usah sedih ya. Kakak sayang Alana." ujar bryan sambil mengelus rambut Alana.
"Hiks hiks hikss maafin alana ya kak , Alana egois. Padahal kakak juga ngerasain apa yang Alana rasain , tapi Alana selalu buat kakak sedih hiks hiks."
"Udah ya udah , sekarang alana makan trus tidur. Udah malam besok kan sekolah. Besok kakak yang akan antar Alana ke sekolah." ucap bryan.
Alana mengangguk mengiyakan ucapan bryan. Setelah makan Alana segera menuju kamar.
Tess
Air mata yang di tahan bryan akhirnya lolos , setelah menatap kepergian adik nya dari meja makan.
"Kakak akan bahagiakan kamu. Kakak sayang kamu Alana." lirih bryan dengan air mata yang turun. Kemudian dia ke kamarnya.
Begitulah Bryan Aldebaran Pangestu. Di sekolah dia akan bersikap seperti tidak ada masalah namun setelah dirumah kehidupan yang sebenarnya dia rasakan akan terjadi.
****