Rama Pov
Di usiaku yang baru menginjak 29 tahun tiba-tiba Mami ku memberi tau ku untuk di kenalkan kepada anak sahabatnya, rasanya aku mau menolak tapi bisa-bisa mami ku mengeluarkan ceramah lagi jadi aku iyakan saja karena dulu saat usia ku sudah memasuki 25 tahun tepatnya ketika aku sudah mulai bekerja, mamiku sudah menerorku untuk di kenalkan dengan seorang perempuan namun perempuan yang sedang dekat denganku sejak SMA selalu saja belum siap untuk melangkah ke arah yang lebih serius atau ia belum mau berkomitmen pacaran bahkan menikah dan ia lebih memilih karir modeling nya sehingga aku belum pernah mengenalkannya pada orang tuaku, dan tahun lalu saat usiaku yang ke 28 tahun.
Hubungan kami merenggang karena ia lebih memilih ke Paris untuk melanjutkan karir modelnya dan aku patah hati karena di tinggal dia yang telah lama aku sayangi dan tunggu-tunggu, sampai usiaku 29 tahun mamiku mau mengenalkanku pada anak sahabatnya, seperti yang ku katakan aku ingin menolak karena cara mamiku terasa kuno sekali tapi aku juga penasaran sama anak sahabat mamiku siapa tau kami cocok jadinya aku iya in saja mumpung aku nggak lagi sama siapa-siapa. hingga hari dimana mamiku meminta ku datang ke sebuah restoran untuk makan siang dan anak sahabat mami ku akan datang juga.
Aku yang datang duluan harus menunggu nya sekitaran 20 menit karena entah kemana orang itu pergi sehingga membuat bundanya ngedumel karena terlambat datang, saat ku cek kerjaan ku di email yang baru saja Diana kirim, tiba-tiba seorang gadis muda berseragam SMA dengan rambut urakan datang menghampiri kami dan langsung saja duduk di hadapanku dan langsung meminum minuman tante Rani, aku masih bertanya siapa gadis gila ini hingga tante Rani menegurnya karena tak memerhatikan aku dan mamiku dan baru aku tau kalau itu anak tante Rani yang akan di kenalkan denganku. What? anak SMA? ini mamiku sama tante Rani pikirannya pada kemana sih masa iya menjodohkanku dengan anak ingusan sedangkan aku sudah berusia 29 tahun, rasanya aku ingin teriak tapi masih berusaha menormalkan mimik wajahku.
Gadis itu pun meletakan gelasnya , dan menyeka keringat yang ada di dahinya menggunakan tangannya. Dia pun tersenyum tapi seakan senyum meminta maaf karena tak memerhatikan kehadiranku dan mamiku tapi senyumnya manis banget seakan minuman yang ada di hadapanku ini tak ada rasanya saat melihat senyum gadis ini .
Tante Rani pun meminta gadis itu untuk berkenalan dan gilanya dia memanggilku om sambil menjabat tanganku yang baru saja ia pakai untuk menyeka keringatnya. astaga cantik-cantik jorok, pikiranku dan sumpah ini cewek ingin rasanya ku ketok kepalanya seenak jidatnya memanggilku om lagi, aku tau usiaku jauh di atasnya tapi jangan panggil aku om juga dong, panggil kakak kan boleh.
Mami ku pun menjelaskan kalau aku lah yang akan di jodohkan dengannya dan gilanya lagi dia malah teriak dan orang di sebelah kami pun melirik kami, malu-malu in banget sih jadi cewek meskipun ia cantik, manis dan imut tapi kalau malu-maluin ogah juga deh. Kami pun akhirnya berkenalan secara resmi dan mamiku meminta Nadia memanggilku mas dan not bad tapi pertemuan kami siang itu singkat karena aku harus pergi karena ada meeting lagi.
Hingga seminggu berlalu saat aku pulang dari bertemu client tanpa di dampingi Diana sekertarisku, aku melintas di jalanan dan dari kejauhan aku melihat seorang gadis berseragam SMA dan sepertinya aku mengenalnya. aku pun meminta pak Bambang supirku untuk berhenti tepat di depannya namun gadis itu masih fokus pada Hp nya entah apa yang ia lakukan, dan saat aku keluar dari mobil, benar itu Nadia. aku pun pura-pura masuk ke Ind*mart tanpa membeli apa-apa lalu keluar lagi dan saat keluar aku pun menegurnya dan ia pun mengarahkan pandangannya ke aku dan iya pun juga menyapaku. aku pun bertanya dia lagi apa di sini sendirian dan ia pun menjawab dan tiba-tiba ide mengantarnya pulang terlintas begitu saja di mulutku, jujur aku takut kalau ia menolak karena aku merasa malu karena nanti dia kegeeran, tapi dia hanya bertanya memang aku tau rumahnya , oh my god Nadya sekarang kan sudah canggih, kamu juga punya mulut kalau kamu sebut alamat kamu kan ada mas google maps yang arahin kita batinku. aku langsung meninggalkannya masuk ke mobil dan Nadia pun ikut juga masuk ke dalam mobil tanpa banyak bicara.
Saat perjalanan pulang untuk mengantarnya ia mengeluarkan sebotol minuman dingin kemasan dari tas ranselnya dan ia pun meminumnya dengan tenang dan aku hanya memerhatikannya. Seperti yang ku katakan ia cantik memiliki kulit yang putih, wajah yang bersih , hidung yang tak mancung dan tak pesek juga tapi enak di pandang dan bulu mata yang lentik, senyum yang manis dan imut karena memiliki tubuh yang kecil kalau kami sama-sama berdiri Nadia hanya sampai di bagian lenganku sedangkang tinggiku 183 cm dan yang membuatnya Nadia tambah imut karena ia memiliki model rambut yang pendek sebahu sehingga ia semakin imut.
Mungkin ia merasa terganggu ku pandangi terus, ia pun menatapku juga. aku pikir ia akan mengomel karena aku pandangi terus tapi ternyata ia menawariku minuman dinginnya juga yang masih ada di tas nya, aku pun menolak karena aku tak haus dan juga minuman ini sudah sering aku minum. Nadia pun memberi tau ku kalau ia sangat suka minuman yogurt ini dan berterima kasih kepada pembuatnya meski ia tak tau siapa pemilik minuman tersebut dan reflek aku mengatakan sama-sama karena memang minuman yogurt kesukaannya itu adalah milikku, tepatnya perusahaan ku yang membuatnya dan rasanya lucu dan gemas saja melihat tingkah Nadia yang seperti anak kecil saat minum yogurt dan menawariku.
Nadia yang samar-samar mendengar jawabanku pun bertanya tapi aku alihkan karena aku tak ingin ia tau siapa pemilik yogurt itu, biarkan saja ia yang cari tau sendiri dan setelah itu perbincangan kami pun berakhir karena tidak tau mau bahas apa lagi hingga aku sampai di depan rumahnya , saat ingin keluar dari mobilku tiba-tiba aku teringat ucapan mamiku yang meminta aku saling mengenal dengan Nadia sehingga aku berani mengajaknya jalan keesokan harinya.
Awalnya ia menolak tapi ia menatap wajahku lekat-lekat, mungkin lagi mencari kebohongan dan ia tidak menemukannya sehingga ia pun setuju untuk jalan denganku dan setelah pamit Nadia pun keluar dari mobilku dan aku pun pergi meninggalkan depan rumahnya. Jujur aku tertarik dengannya karena ia menggemaskan dan ada sesuatu hal di dalam dirinya yang membuatku tertarik walaupun jarak usia kami lumayan jauh tapi aku pikir itu bukan penghalang bagi kami.
Ke esokan harinya, setelah aku pulang dari kantor,tepatnya aku pulang sejam lebih cepat dari jadwal pulang kantor, aku menjemput Nadia ke halte yang tak jauh dari rumahnya. Aku tau kenapa Nadia meminta aku menjemputnya di halte bukan di rumahnya karena ia tidak memberi tau bundanya kalau ia akan jalan denganku meski ia tidak mengatakannya karena akupun melakukan hal yang sama dengannya. Setelah menjemputnya aku mengajak Nadia untuk singgah makan dulu karena perutku sudah lapar karena tadi melewatkan makan siang karena banyak berkas yang aku periksa.
Aku dan Nadia pun ke salah satu cafe yang terkenal di Jakarta dan kami pun makan dan nongkrong di sana sambil cerita-cerita soal pekerjaan ku tapi tidak memberi tau soal nama perusahaanku dan juga merk minuman yang ku produksi dan keinginan Nadia untuk melanjutkan kuliah nya. pertemuan kami yang tidak bisa di katakan singkat namun tak lama juga membuat ku tau kalau Nadia alergi udang. Setelah menjelang magrib aku pun mengantar Nadia ke halte itu lagi namun saat aku ingin pulang aku melihat Nadia mencegat seorang bapak-bapak yang kelihatannya seorang pedagang dengan membawa beberapa aksesoris dan juga boneka yang ia gendong dan berjalan kaki.
Aku yang penasaran melihat Nadia yang tengah berjongkok memilih sesuatu memutuskan untuk keluar dan mendekati Nadia sehingga ia kaget saat ku tegur karena ia pikir aku sudah pulang. Nadia menunjukan sebuah boneka beruang yang lucu, entah bagaimana aku langsung saja ingin membeli boneka itu untuk Nadia sehingga ia sangat bahagia namun ia juga membeli sebuah gelang 2, satu untuk ku dan satu untuknya,bisa di katakan couple lah. Aku pun mengambilnya dan memasukannya ke kantong celana ku lalu pamit karena sudah magrib.
Jujur semakin mengenal Nadia semakin membuatku tertarik pada pribadinya, selain cantik rupanya, hatinya pun cantik. Ia gadis yang baik,ceria dan penolong membuatku tertarik untuk jauh mengenalnya. Saat di jalan pulang aku singgah sebentar di kantor karena aku baru ingat kalau ada dokumen yang harus aku kerjakan dan aku lupa mengambilnya di ruanganku ,niatku hanya sebentar karena sudah magrib juga dan nanti malam mami kembali mengadakan pertemuan dengan keluarga Nadia.
Namun saat aku bersiap-siap untuk pulang setelah mengambil dokumen tersebut, tiba-tiba seseorang yang telah meninggalkan ku setahun lalu datang begitu saja di dalam ruanganku dan langsung memeluk ku karena katanya ia rindu padaku, jujur aku kaget karena tiba-tiba ia pulang, sekaligus aku bahagia karena ia kembali dan ia masih saja ada di pikiranku. Dan kami pun berbincang-bincang melepas kangen.
" Ram, maafin aku ya karena aku sudah meninggalkanmu dulu tapi percaya lah Ram, aku begini untuk kita. aku mau memantaskan diri dulu untuk bersanding denganmu yang seorang CEO terkenal ini dan lihat sekarang namaku sudah di kenal di Indonesia bahkan di luar negeri dan sekarang aku sudah kembali untuk mu. aku akan kembali tinggal di Indonesia dan akan kembali untuk mu sayang, " ucap Acha sambil memegang tanganku. jujur aku senang mendengarnya namun aku juga bimbang karena mami sudah mengenalkanku pada Nadia dan setelah mengenalnya beberapa hari ini bahkan tadi baru saja kita jalan bersama, aku juga tertarik padanya namun aku sekarang di hadapkan pada 2 pilihan. Dan aku harus memilih satu di antara mereka karena terlalu egois jika aku menginginkan keduanya dan tak akan pernah ada yang berhasil suatu hubungan kalau kita mendua hati. Setelah kami mengobrol aku pun mengantar acha pulang ke apartemennya.
Jadi malam nanti adalah penentu dengan siapa hati ku menginginkan dan saat malam tiba setelah makan malam daddyku meminta pendapatku soal perjodohanku dan Nadia, dengan helaan nafas dan jujur sedikit berat hati aku pun menolak perjodohan antara aku dan Nadia, mami dan daddy ku kompak bertanya alasanku dan dengan alasan klise karena perbedaan usia di antara kita yang aku jadikan alasan karena jujur aku tidak tau mau beri alasan apa, setelah aku mengatakan alasanku suasana hening kembali tapi Nadia masih menatapku dengan tatapan datar seperti sejak awal aku berbicara, tatapannya sangat berbeda saat kita bertemu tadi sore, hingga Nadia pun juga berbicara kalau ia setuju denganku dan sialnya ia mengatakannya tanpa beban membuatku mengepalkan kedua tanganku kuat-kuat di bawah meja karena dengan entengnya menerima keputusan ku.
Entah kenapa aku kecewa melihat ekspresinya dan ini semua di luar ekspektasiku, karena aku tidak bisa tahan di tatap Nadia dengan tatapan tak bisa aku pahami dan juga tatapan kecewa dari orang tua ku dan orang tua Nadia, akupun beralasan harus pergi karena tiba-tiba aku ada pekerjaan yang mendadak. Anggaplah aku pengecut karena setelah mematahkan harapan orang tuaku dan orang tua Nadia dan entah bagaimana dengan Nadia, aku langsung pergi begitu saja tanpa ada penjelasan lebih lagi.
Dan sepulang dari cafe itu, saat aku bertemu mamiku, aku semakin kecewa pada diriku sendiri karena mamiku tidak mengajak ku bicara hingga keesokan harinya. ini tidak seperti yang ku harapkan, aku pikir mami akan menceramahiku tapi ini mami malah mendiamkan ku, mungkin ia sangat kecewa padaku karena mematahkan harapannya untuk bisa besanan dengan sahabatnya tapi aku harus apa. aku harus memilih di antara Nadia dan Acha dan aku memilih Acha karena kami sudah kenal sejak SMA dan dekat hingga sekarang dan tepatnya tadi sore sebelum pulang kami resmi berpacaran.
Dan setelah aku meninggalkan cafe itu setelah membuat keputusan aku tidak pernah ketemu dengan Nadia lagi, entah ia bekerja di mana atau melanjutkan kuliah dimana seperti yang ia katakan dulu di cafe, aku benar-benar tidak tau dan sejak itu mami tidak pernah membahas Nadia lagi di hadapanku, bahkan kalau tante Rani datang ke rumah dan mereka sedang membahas Nadia dan aku tiba-tiba datang mereka langsung berhenti untuk bicara seakan mereka menutup akses aku tau tentang Nadia lagi, tapi sempat aku mendengar percakapan mami dan tante Rani di rumahku kalau Nadia lagi kuliah di luar negeri namun saat tante Rani ingin mengatakan dimana Nadia kuliah, mamiku langsung melihatku yang berdiri di ambang pintu masuk ruang tamu dan aku pun tersenyum canggung dan melewati mereka berdua yang langsung diam saat tau aku ada di rumah.
Entah alasan apa mamiku dan tante Rani bersikap seperti itu, yang jelas seakan ada rahasia di malam kepergianku dari cafe itu, tapi jujur aku merindukan Nadia yang ceria,ramah dan berhati tulus, walaupun agak aneh tapi itu yang buatku rindu padanya, setidaknya kami bisa bersahabat kalau kami tidak berjodoh tapi semua sudah lewat, mungkin karena kekecewaan mami , ia pun tak mengizinkanku walau hanya bersahabat dengan Nadia karena ia sangat berharap dulu untuk bermenantukan Nadia.