Pagi-pagi saat kendaraan belum terlalu ramai, tepatnya pukul 5.30 Nadia sudah berangkat ke rumah Rama untuk membantunya menyiapkan semua keperluannya ke kantor. Awal Nadia bekerja ia kaget dan lelah tapi lama kelamaan dan juga lebih sebulan ia mulai terbiasa dan mau tidak mau ia harus membiasakan dirinya karena menurut info dari Diana mantan sekertaris Rama dulu melalui chat, ia juga seperti itu saat menjadi sekertarisnya dulu.
Meskipun ada Art di rumah Rama tapi kalau masalah keperluan Rama lebih percaya ke sekertarisnya merangkap asisten dan masalah Art itu cukup bersih-bersih dan memasak.
"Selamat pagi non Nadia," sapa salah satu Art yang bekerja di rumah Rama dan sudah mengenal Nadia karena sudah sering datang di rumah Rama.
" Pagi bi Narti," sapa balik Nadia dengan ramah saat di buka kan pintu rumah.
" Pak Rama sudah bangun bi?"
" Sepertinya sudah non, mungkin lagi mandi. Langsung ke kamarnya saja."
" Siap bi, terima kasih ya. Saya ke atas dulu ya menyiapkan bajunya, nanti ngomel lagi kalau ia selesai mandi dan bajunya belum siap." Nadia pun berlalu menaiki tangga untuk ke kamar Rama.
Saat membuka pintu kamar Rama, perkataan bi Narti betul sepertinya Rama lagi mandi karena kamarnya kosong. Nadia pun masuk dan berjalan ke wall and closet nya Rama untuk menyiapkan kemeja, jas dan celana kain nya, saat Nadia akan meletakan pakaian yang ia pilih ke sofa, pintu toilet terbuka dan keluarlah Rama dengan lilitan handuk putih menampilkan dada nya yang masih basah dan juga rambutnya membuat Nadia harus menahan nafas setiap kali melihat pemandangan pagi seperti ini.
Saat pertama kali melihat Rama seperti ini Nadia teriak histeris membuat Rama tertawa tapi lama kelamaan Nadia berusaha tahan dan tenang seakan itu bukan masalah besar saat melihat memandangan roti sobek sang bos merangkap mantan calon tunangannya.
" Pagi Nad," sapa Rama saat hendak mengambil pakaian yang Nadia siapkan.
" Pagi mas," Balas Nadia berusaha tenang padahal hatinya sudah ketar ketir karena Rama berada di dekatnya dan mengeluarkan aroma maskulin entah dari sabun atau shamponya di tambah pemandangan aduhai dari otot-ototnya.
Nadia memang di minta memanggil Rama mas ketika belum jam kantor atau cuman lagi berdua di luar kantor.
" Saya rapikan berkas yang mau di bawa ke kantor dulu mas," pamit Nadia karena Rama akan mengenakan pakaiannya.
Nadia pun berjalan ke luar kamar dan masuk ke kamar sebelah tepat di samping kamar Rama sebagai ruangan kerjanya. Setelah merapikan semua berkas laptop dan peralatan yang akan bos nya bawa ke kantor Nadia kembali masuk ke kamar Rama membawa tas kerja Rama.
" Semuanya sudah beres mas."
" Ya sudah, kamu bantuin saya pakai dasi dulu." Nadia pun berjalan ke arah Rama yang sudah berpakain lengkap tapi kurang dasi, di raihnya dasi tersebut kemudian Nadia kalungkan ke kerah baju Rama dengan telaten. Saat Nadia mengikat dasi tersebut, Rama memerhatikan Nadia dengan senyum tipis karena tinggi Nadia hanya sebetas bahunya. Ada perasaan hangat setiap Nadia melakukan tugas selayaknya istri namun ia cepat enyahkan pikiran-pikiran itu karena ia sadar sekarang ada Acha dan Nadia juga sudah ada Raihan. Saat Nadia baru selesai memasangkan dasi tiba-tiba seseorang masuk ke dalam kamar Rama karena memang Nadia tidak menutup pintu kamar Rama tadi.
" Seperti pasangan suami istri."
" Mami, kenapa datang pagi-pagi sekali?" Tanya Rama yang ternyata datang itu adalah maminya. Nina pun berjalan ke arah Nadia yang sudah tersenyum ke arah Nina namun merasa sedikit canggung kepergok walau hanya memasangkan dasi tapi Nadia tetap merasa tidak enak karena biar bagaimana pun Nadia dan Rama 2 orang yang beda jenis kelamin di tempat yang sepi walau pintu kamar tetap terbuka dan kalau ada yang lewat bisa langsung melihat apa yang terjadi dan itulah Nina lalukan. Saat ingin masuk ia tertahan karena melihat Nadia dengan telaten memasangkan dasi ke anaknya dan Rama yang tersenyum membuat ada sedikit rasa menyesal di hati Nina.
" Memangnya kenapa kalau mami datang pagi-pagi, kamu tidak mau di ganggu saat bersama Nadia?" Goda maminya.
" Apaan si mi," kilah Rama.
" Selamat pagi tante," sapa Nadia ramah ke Nina.
" Pagi sayang, sarapan dulu yuk." Nina pun merangkul Nadia untuk ke lantai 1 di ikuti Rama dengan menenteng tas kerjanya.
" Mami senang lo lihat kalian bisa akrab seperti ini, mami kira sepulangnya Nadia dulu akan membuat kalian tidak akrab tapi mami salah. Terima kasih ya Nadia," ucap Nina sambil menggenggam tangan Nadia dan Nadia pun membalasnya dengan senyum.
" Memangnya kita musuhan pakai tidak akrab-akrab segala," jawab Rama.
" Memang kalian tidak musuhan tapi sikap kamu dulu itu loh yang cari musuh sendiri. Andai kamu tidak gaya-gayaan menolak di jodohkan dengan Nadia mungkin kalian sudah menikah dan punya anak." Kalimat terakhir Nina membuat Rama dan Nadia kompak tersendak dan dengan cepat meraih segelas air putih di samping mereka masing-masing.
" Kamu sih sok-sok nolak, ehh sekarang belum nikah-nikah juga sampai Nadia sudah kembali lagi. Nungguin siapa sih kamu belum nikah-nikah juga? Ingat umur, jangan-jangan Nadia duluan yan nikah nanti," omel Nina saat Rama dan Nadia masih fokus mengunyah nasi gorengnya.
" Sabar mi, tunggu Acha siap dulu. Dia kan lagi merintis karirnya, kasian kalau di ganggu."
" Kapan si pacar kamu itu siap, dari 5 tahun lalu belum siap-sia terus. Mau karir bagaimana lagi sih dia Ram? Jangan-jangan dia cuman main-main lagi sama kamu."
" Jangan bicara seperti itu mi, Acha baik dan serius sama Rama kok."
" Ya sudah kalau serius ajak nikah dong, kalau tidak mami jodohkan kamu lagi ya tapi bukan sama Nadia lagi, tidak mau mami buat Rani semakin kecewa sama mami."
" Jangan begitu tant, bunda sudah tidak apa-apa," jawan Nadia.
" Iya nanti malam Rama akan ajak Acha dinner dan kalau sempat Rama akan bicarakan soal menikah."
" Nah gitu dong, dengar ya mami tidak main-main lo Ram. Mami langsung nikah kan kamu sama wanita pilihan mami supaya tidak ada acara nolak-nolakan lagi." Rama pun hanya berdehem dan setelah sarapannya selesai Rama pun pamit ke maminya entah tujuan apa pagi-pagi datang ke rumahnya dan berceramah soal pernikahan.
" Nad,jadwal saya apa saja hari ini?" Tanya Rama saat sudah sampai di lobby kantor.
" Nanti pukul 10 ada rapat dewan direksi bos dan jam 3 ada meeting."
" Ok, jadi tolong booking restoran untuk nanti malam. Dekor seromatis mungkin untuk ultah Acha, bawa kue yang kamu pesan ke restoran itu ya, kamu bebas tugas hari ini. Cukup urusin dekorasi ultah Acha saja,ok."
" Siap boa." Rama pun berjalan ke lantai ruangannya sedangkan Nadia mulai sibuk mencari restoran yang bagus untuk sang bos.
Saat Nadia duduk di lobby sambil searching resto, tiba-tiba ia di kagetkan oleh kedatangan seseorang.
" Hayo ngapain di sini? Bolos kerja ya?" Tebak orang tersebut.
" Eh pak Alfin, tidak pak. ini lagi seraching resto untuk pak Rama dan mbak Acha," jawab Nadia dan Alfin sahabat Rama sekaligus rekan kerjanya memicingkan keningnya.
" Untuk apa?"
" Katanya untuk ulang tahun mbak Acha pak."
" Terus bos kamu itu dimana?"
" Lagi di ruangannya pak."
" Ya sudah saya ke ruangan bos kamu dulu ya Nad,selamat bekerja." Alfin pun berjalan untuk ke ruangan Rama, saat membuka pintu ruangan Rama, Rama sedang membaca berkas-berkas untuk meeting.
" Woi, sibuk apa sok sibuk?" Tanya Alfin saat sudah memasuki ruangan Rama, Rama yang mendengar itu melihat Alfin.
" Sibuk lah, emang nya lo yang sok sibuk. Ngapain lo pagi-pagi ke kantor orang, nggak punya kerjaan?"
" Hee, Bambang asal lo lupa, gue juga ikut rapat deraksi ya."
" Sembarangan lo, Bambang itu nama supir gue."
" Oh iya kok lo tega sih Ram."
" Maksdunya?" Rama yang heran dengan perkataan Alfin menaikan sebelah alisnya.
" Itu si Nadia kamu suruh booking resto untuk kamu dan Acha."
" Kirain apaan, emang kenapa? Gue cuman suruh booking resto doang bukan suruh dia lari keliling lapangan."
" Bukan begitu maksud gue malih," ucap Alfin greget sama sahabatnya ini.
" Maksud gue, lo kenapa nggak jaga perasaan Nadia sih yang bagaimana pun tetap mantan calon tunangan lo. Lo nggak pikir siapa tau Nadia ada rasa cembukor gitu saat melakukan hal yang lo suruh ini tapi nggak bisa nolak karena lo bos nya."
" Masa sih?" Malah Rama balik nanya sambil mikir, membuat Alfin semakin greget.
" Auh ahh, mikir sendiri saja. Dasar lo cowok nggak peka."
" Tidak nggak mungkin deh Fin, toh kejadiannya sudah lama juga kan."
" Iya kejadiannya sudah lama tapi akhir-akhir ini kan lo berdua kembali dekat lagi, siapa yang tau anak orang baper kan."
" Dia kan sudah punya pacar juga,"
" Auhh ahh,bodoh. Andaikan Nadia nggak punya pacar gue pepet juga tuh."
" Jangan ngaco." Ancam Rama.
" Kenapa? Anda cembukor?" Goda Alfin.
" Cembukor-cembukor, biasa saja tuh," jawab Rama cuek dan Alfin pun cuek juga dan kembali duduk anteng di sofa ruangan Rama sambil menunggu rapat.