Hari senin kembali menyapa, sebelum ayam berkokok seperti biasa Nadia sudah bangun dan menyiapkan semua perlatannya untuk ke kantor namun sebelumnya ia singgah lagi di rumah bos nya dan berangkat bersama ke kantor.
Setengah 6 Nadia sudah berangkat ke rumah bosnya menggunakan ojek online, seperti biasa Nadia pergi lebih cepat karena jarak rumah ke rumah bos nya lumayan jauh jadi Nadia harus pagi-pagi.
Sesampainya di rumah bosnya, Nadia langsung di bukakan gerbang oleh satpam Rama karena mereka sudah mengenal Nadia dan bahkan Nadia sudah tidak harus mengetuk pintu lagi untuk masuk karena Art Rama sudah tau jam datang Nadia di pagi hari. Nadia langsung naik ke lantai 2 untuk ke kamar Rama, sebelum masuk Nadia mengetuk pintu kamar Rama,kalau tidak ada yang menyahut Nadia langsung masuk karena bisa di pastikan Rama pasti sudah bangun dan lagi di kamar mandi.
Nadia memutar knop pintu kamar Rama lalu jalan masuk dan langsung ke wardrobe Rama seperti biasa menyiapkan pakaian Rama.
Nadia memilih-milih kemeja dan celana kain untuk Rama gunakan sampai ia tidak sadar Rama sudah berada di belakangnya. Rama tinggal berdiri melihat Nadia dari belakang sampai Rama berjalan semakin mendekat ke arah belakang Nadia dan Nadia masih belum menyadari kehadiran Rama sampai Rama meniup telingah Nadia membuat Nadia kaget dan langsung berpaling dan wajah Nadia dan Rama sangat dekat. Rama dan Nadia saling tatap sejenak sebelum Nadia mengalihkan pandangannya dan geser sedikit untuk memberi jarak di antara mereka, Nadia meneguk salivanya karena lagi- lagi Nadia harus menyaksikan Rama hanya menggunakan handuk di bawah pusarnya dengan badan yang masih basah dan juga rambutnya di tambah wangi dari sabun mandi nya menyeruak membuat Nadia harus pintar mengontrol dirinya agar tidak khilaf.
" Astaga mas ngagetin saja."
" Kamunya yang tidak sadar, dari tadi saya berdiri di belakang kamu tapi kamu malah asik menatap tumpukan baju itu."
" Hehehe maaf, saya lagi bingung mau pilih yang mana untuk mas, hari ini kan mas ada meeting jam 2 di perusahaan nya pak Alfin."
" Pilih saja yang mana yang kamu suka, semua yang kamu pilih bagus kok."
Nadia pun mengambil sebuah kemeja warna grey di padukan celana kain grey juga dan tak lupa jasnya berwarna old grey, Nadia meletakannya di atas bangku lalu keluar dari ruang wardrobe tersebut karena Rama akan pakai baju.
Setelah Nadia menunggu sekitar 5 menit di sofa kamar Rama, Rama pun berjalan keluar wardrobe nya dengan menggunakan pakaian lengkap minus dasi dan jasnya yang hanya ia sampirkan di lengannya. Rama meletakan Jasnya di pinggiran sofa dan Nadia pun berdiri untuk membantu Rama seperti biasa menggunakan dasi.
Nadia mengalungkan dasi di leher Rama sambil berjinjit sedikit meskipun Rama sudah menunduk, Nadia mulai mengikat dasi Rama sedangkan Rama tengah menatap Nadia dengan lekat karena wajah Rama sejajar dengan wajah Nadia.
Setelah mengikat dasi Rama, Nadia pun memperbaiki berdirinya dan Rama masih menatapnya membuat Nadia ikut menatap Rama.
" Mas, kenapa?"
" Tidak kenapa-kenapa, yuk kita turun sarapan." Nadia pun mengikuti Rama keluar kamar setelah mengambil tas kerja Rama.
" Pagi Pak Rama,pagi bu Nadia," sapa salah satu Art Rama setelah meletakan semangkuk sup di atas meja.
" Pagi, " sapa balik Nadia dan Rama secara bersamaan. Nadia pun menarik satu kursi untuk Rama duduki lalu Nadia pun duduk juga di kursi yang berada di depan Rama.
" Mau makan apa mas?" Rama pun melihat-lihat menu sarapan yang sudah tersaji di atas meja makan.
" Saya mau nasi, sup sama ayam goreng saja." Nadia pun mengambilkan semua yang Rama inginkan lalu Rama pun makan di susul Nadia, mereka makan dalam diam.
" Mereka berdua cocok ya kalau sebagai pasangan," ucap salah satu Art Rama saat melihat Nadia melayani Rama.
" Iya bener,non Nadia sangat telaten mengurus pak Rama. Beda banget sama bu Acha, kalau dia ke sini dia cuman mau di layani tanpa mau melayani pak Rama, padahal kan pak Rama pacarnya."
" Saya berharap pak Rama berjodoh sama bu Nadia, cocok banget mereka."
" Iya saya juga, bu Nadia juga ramah dan baik, sangat beda sama bu Acha, jutek dan ya gitulah."
Para Art Rama sedang ngerumpi di sudut dapur sedangkan Rama dan Nadia sudah bersiap ke kantor karena sudah selesai sarapan.
Nadia mengangkat terlebih dahulu piring bekas makanan mereka lalu membawanya ke dapur membuat Art Rama tidak enak karena Nadia mengerjakan pekerjaan mereka namun Nadia hanya tersenyum sambil berkata tidak apa-apa saat Art Rama melarang Nadia membersihkan meja namun Nadia tetap melakukannya dan setelah itu Nadia pun berangkat ke kantor karena Rama sudah menunggunya dari tadi di dalam mobil.
" Jadwal saya apa saja Nad?" Tanya Rama saat mereka sudah dalam perjalanan ke kantor.
" Jam 10 Bos,ada rapat di perusahaan pak Alfin, setelah itu tidak ada lagi bos."
" Terus jadwal saya ke Lombok kapan Nad?"
" Hari rabu sampai kamis bos."
" Kamu ikut kan?"
" Memangnya saya harus ikut bos?"
" Yang ngurusin saya di sana siapa?"
" Hehehe, siapa tau aja bos bisa urus diri sendiri."
" Kalau ada kamu kenapa nggak di gunain?"
" Oh jadi ceritanya saya di manfaatin nih?" Tanya Nadia menyelidik membuat Rama jadi salah tingkah dan gagap karena takut membuat Nadia salah sangka.
" Eh nggak gitu Nad,maksud saya. Aduh gimana jelasinnya sih." Rama gelapan sambil menggaruk tengkuk nya yang pastinya tak gatal dan Nadia malah diam saja menatap jendela di sebelahnya membuat Rama semakin tidak enak hati.
"Nad, kamu marah? Saya nggak ada maksud seperti yang kamu pikirkan lo." Rama masih terus membujuk Nadia agar Nadia mau bicara lagi dengannya, Rama benar-benar bingung dan menyesal karena membuat Nadia tersinggung dengan ucapannya.
" Pak Bambang, tolong tutup sekatnya," perintah Rama dan pak Bambang pun menutup sekat antara sopir dan penumpang membuat pak Bambang tidak bisa melihat apa yang bosnya lakukan dan Nadia kaget karena tiba-tiba mereka seperti hanya berdua di dalam mobil tapi Nadia tidak peduli dan masih menatap jalanan dari balik jendela.
Tiba-tiba Rama meraih sebelah tangan Nadia yang di letakan di atas pahanya membuat Nadia cukup kaget dan menatap Rama.
" Maafin mas ya Nad,mas tidak ada maksud manfaatin kamu atau semacamnya. Mas murni butuh kamu, kerjaan kamu selama ini bagus dan telaten sehingga mas sudah terbiasa dengan kamu Nad,"bujuk Rama dengan menggenggam tangan kanan Nadia.
" Lepasin tangan saya."
"Nggak mau, saya nggak akan lepasin tangan kamu kalau kamu masih marah sama saya Nad." Nadia menghela nafas panjang lalu tersenyum.
" Saya nggak marah mas,saya cuman pura-pura saja, saya ngerjain mas," ucap Nadia di ikuti tawa nya membuat Rama tidak percaya pada Nadia,bisa-bisanya sekertarisnya ini mengerjainya membuat Rama panik.
" Hmmm, kamu ngerjain saya ya Nad, lihat pembalasan saya." Lalu kemudian Rama pun menggelitik Nadia sebagai pembalasannya membuat Nadia geli sekaligus tertawa.
" Aw,ampun mas. Iya iya saya tidak ngerjain mas lagi."
" Nggak, kamu harus di kasih pelajaran Nad, bisa-bisa nya kamu kerjain bos kamu."
" Ampun mas, nggak lagi deh, janji." Rama terus menggelitiknya dan pak Bambang yang mendengar tawa Nadia dan Rama hanya geleng-geleng kepala sambil senyum sendiri.
" Ampun mas, ampun mas." Akhirnya Rama menghentikan gelitikannya dan Nadia mencoba menghentikan tawanya dan mereka baru sadar kalau posisi mereka sangat dekat. Nadia sudah sedikit berbaring di pintu mobil dan Rama berada di atasnya dengan tangannya bertumpu di sofa mobil, mereka saling menatap dengan lekat. Rama memajukan wajahnya pelan-pelan dan semakin dekat dengan wajah Nadia, Nadia bisa merasakan hembusan nafas Rama, Rama membelai rambut Nadia dan beralih ke wajah Nadia membuat Nadia panas dingin, sengatan-sengatan listrik seakan menyetrum tubuh Nadia. Rama lagi-lagi mendekatkan wajahnya ke Nadia sehingga jarak mereka tidak kurang 5 cm lagi,Rama memiringkan wajahnya dan Nadia memejamkan matanya.
" Bos, kita sudah sampai di kantor," ujar pak Bambang dan membuat Rama langsung sedikit menjauh dari Nadia dan Nadia langsung membuka matanya dan memperbaiki posisi duduknya.
" Iya pak Bambang, terima kasih," ucap Rama sambil memperbaiki pakaiannya dan Nadia pun juga memperbaiki bajunya dan juga rambutnya.
Rama dan Nadia pun keluar mobil setelah merasa pakaian nya sudah kembali rapi dan berjalan masuk ke kantor. Di dalam perjalanan ke ruangannya, Nadia merutuki kebodohannya tadi di dalam mobil. Bisa-bisa nya ia pikir Rama akan menciumnya dan Nadia dengan gampangnya memberi kesempatan ke Rama, Nadia sangat malu kali ini dengan Rama, jangan sampai Rama berpikir Nadia murahan.
Sesampainya di ruangan Nadia, ia langsung duduk dan meneguk air yang ada di dalam tumbrl nya sedangkan Rama langsung masuk ke ruangannya juga dan langsung duduk di kursi kebesarannya.
Bukannya langsung bekerja, Rama malah menopang dagunya di atas meja dan malah tersenyum mengingat kejadian di dalam mobil bersama Nadia.
" Nadia, Nadia, ada apa dengan saya? Kenapa saya merasa nyaman saat dekat dengan kamu ya?" Rama bermonolog dengan dirinya sendiri lalu kemudian ia pun membuka dokumen yang tersimpan di atas mejanya dan mulai membaca dokumen tersebut sebelum berangkat ke kantor Alfin. Rama pun sibuk di ruangannya dan Nadia pun sibuk juga di ruangannya dengan membalas pesan email client dan juga membaca beberapa berkas sebelum ia kasih ke Rama.
Ting
" Beb, gue udah kirim makan siang buat lo ke kantor lo ya."
Nadia membaca sebuah pesan dari Nita, sesuai perjanjian kemarin Nita akan mengirimkan makan siang untuk Nadia hari ini dan Nadia pun tersenyum membaca pesan Nita.
" Thank you beb," balas Nadia.
Nadia melirik jam di pergelangan tangannya, ia kaget kalau ternyata sudah setengah 12 saja. Nadia menatap pintu ruangan Rama dan selama kerja tadi Rama juga tidak pernah keluar, Nadia merengangkan otot-otot badannya dan mulai memainkan Hp nya karena sudah tak ada kerjaan lagi.
Nadia mulai mengirimkan pesan ke Raihan dan sekitar 5 menit baru Raihan balas dan mereka pun akhirnya chat-chatan sampai seorang OB membawa kantongan ke ruangan Nadia.
" Bu Nadia, ini ada paket dari kurir."
" Oh iya, makasi ya kang ujang," ucap Nadia setelah mengambil kantongan tersebut.
" Kak aku makan siang dulu ya," tulis Nadia dan mengirimkan pesan itu ke Raihan.
" Iya syg, selamat makan siang ya. Jangan terlalu bekerja keras,ingat jaga kesehatan,"balas Raihan.
Nadia tersenyum membaca pesan Raihan dan mengirimkan nya stiker love dan chatan mereka pun berakhir karena Nadia akan makan siang dulu, Nadia membuka kantongan tersebut dan kaget karena Nita membawakannya 4 kotak makanan.
" Busset, tuh anak nggak kira-kira kalau kirim makanan. Tuh anak mau bikin gue gendut kali ya," gerutu Nadia saat mengecek makanan yang Nita bawa. 2 kotak nasi putih dan 2 kotak ayam woku beserta 2 minuman soda.
" Nita syg, makanan kiriman lo sudah sampai, makasi ya. Tapi gila ya lo, kira-kira dong kalau lo kirim makanan, lo pikir gue serakus itu apa makannya," ucap Nadia dari sambungan telfon.
" Hehehe,sama-sama beb. Gue tau lo butuh banyak tenaga makanya gue kirimin lo 2 kotak makanan, apalagi ini makanan nusantara, kesukaan lo banget kan, jadi siapa tau lo kalap makannya."
" Kalau gue di rumah sih nggak apa-apa tapi ini di kantor cuy, kalau gue kekenyangan terus gue ngantuk gimana? Bisa-bisa bos gue marahin gue kalau gue tertidur bukannya kerja."
" Hahahah, kalau lo nggak bisa makan semua kasih bos lo aja. Dia bisa makan-makanan nusantara kan?"
" Hmm ide bagus juga,tapi siapa tau saja di ada janji sama mbak Aca. Nanti deh gue kasih ke mbak Ira kalau nggak ada yang makan 1 kotak."
" Ya udah, atur aja lah. Udah dulu ya Nad, gue lagi di jalan anterin nyokap gue ke tukang kain."
Percakapan 2 sahabat itu pun berakhir dan Nadia pun malah menatap kotak makanan itu bukannya segera makan.
" Nad, yuk kita pergi makan siang," ucap Rama tiba-tiba keluar dari dalam ruangannya dan berjalan ke meja Nadia yang masih bersandar dan Nadia langsung berdiri.
" Ini?" Tanya Rama menunjuk kotak-kotak makanan yang tergeletak di atas meja Nadia.
" Saya makan di kantor saja bos, saya di kirimin makan siang," balas Nadia.
Rama membaca tulisan di atas kotak makanan tersebut.
" Selamat makan siang beb, semoga suka makanan nya."
" Raihan yang kirim?"
" Bukan bos, ini dari sahabat saya." Rama malah mengangguk-anggukan kepala.
" Bos makan siang sama siapa?"
" Tadinya ngajak kamu, tapi kamu mau makan di kantor."
" Tidak makan siang sama mbak Aca bos?"
" Dia lagi ke Medan hari ini."
" Mau makan siang bareng bos? Kebetulan sahabat saya kirim 2 kotak makanan."
" Nggak apa-apa emangnya?"
" Ya tidak apa-apa lah bos, ya sudah bos tunggu di ruangan bos saja. Saya siapkan piring dulu." Rama pun berjalan ke dalam ruangannya kembali, menunggu kedatangan Nadia. Semenjak kejadian tadi pagi di mobil, ini kali pertama mereka berbicara lagi, jujur Nadia dan Rama merasa canggung namun mereka berusaha kontrol diri mereka karena mau bagaimana lagi akan tidak enak kerja bersama kalau mereka sama-sama larut dalam rasa canggung.
" Ini untuk bos," ucap Nadia menyodorkan piring berisi nasi dan Nadia juga sudah memindahkan ayam ke dalam piring lain.
" Selamat makan siang Nad," ucap Rama dan mereka pun makan siang bersama.
" Nad," tegur Rama tiba-tiba saat mereka tengah makan, Rama membersihkan pinggir mulut Nadia dengan tangannya membuat Nadia melongo.
" Kamu makan seperti anak kecil saja," ucap Rama terkekeh dan lanjut makan lagi sedangkan Nadia malah meraba pinggir bibirnya yang barusan Rama pegang.
" Makan Nad,nggak usah bengong. jam makan siang nggak lama lagi habis," tegur Rama lagi karena melihat Nadia masih bengong dan Nadia pun langsung melanjutkan makan siangnya sedangkan Rama tersenyum di sudut bibirnya melihat Nadia.