Weekend adalah hari yang di tunggu-tunggu bagi orang kantoran pada umumnya tak terkecuali Nadia, rasanya kalau sudah weekend Nadia hanya ingin berada di atas kasurnya seharian. Kalau bisa iya ingin makan,minum,pipis ,dll di kerjakan di atas kasur saja saking enggannya berpisah dengan kasurnya, di tambah hembusan-hembusan Ac semakin menambah malas ia bergerak.
Seperti pagi ini, jam masih menunjukan pukul 5.45,suasana di luar jendela juga masih sedikit gelap tapi ia sudah bangun karena habis sholat subuh. Rasa dingin yang menerpanya membuat Nadia semakin menggeratkan selimutnya, Nadia sudah membuat jadwal full hari ini seperti nonton drakor, sambil nyemil dan minum boba di atas tempat tidur tanpa adanya mandi. Dan Nadia lakukan itu karena ia batal jalan dengan Nita karena Nita tiba-tiba ada acara dan di ganti besok saja, sehingga Nadia melewati weekendnya sendiri dengan kegabutan. Tapi semua rencananya mulai hancur saat pukul 7, ia baru akan tidur kembali, tiba-tiba perutnya tak mau di ajak kompromi.
Cacing-cacing di dalam perut Nadia sedang berdemo minta di isi, setelah berdebat dengan cacing-cacing di perutnya, akhirnya Nadia mengalah. Ia berjalan gontai menuruni anak tangga untuk ke dapur, ia membuka kulkasnya dan hanya ada telur,tomat , dan cabai. Nadia mendengus sebal karena aroma-aroma weekend yang tenang akan benar-benar gagal, ia berjalan melihat rice cookernya dan hanya nasi putih juga.
" Kenapa sial sekali sih hari weekend ku ini,masih juga pagi sudah bikin kesal," omel Nadia pada benda-benda yang ada di sekitarnya,ia tidak pandai memasak tapi masih bisa masak dari hasil tangannya sendiri kalau tak ada Art di rumahnya. Karena sudah lapar dan malas ribet,Nadia berniat hanya menggoreng telur mata sapi dan membuat sambal cocol yaitu sambal terasi namun belum juga Nadia mengambil telur di dalam kulkas,bel pintunya berbunyi membuatnya heran karena kenapa ada tamu jam segini.
" Siapa lagi sih? Nggak tau apa orang lagi lapar, ganggu saja. Masa iya tukang ledeng? Perasaan ledeng gue lagi nggak bermasalah,"dumel Nadia saat berjalan menuju pintu untuk membuka.
Saat membuka pintu, Nadia di kejutkan dengan kehadiran seseorang yang sudah tersenyum sumringah seakan ia tak punya dosa dengan menggunakan pakaian olahraga lengkap, topi, dan di tambah handuk kecil yang ia sampirkan di pundaknya.
" Bbos? Dari mana?" Tanya Nadia heran sambil celingak celinguk, kenapa tiba- tiba bos nya ada di rumahnya sepagi ini pula sedangkan jarak rumahnya ke rumah bosnya cukup jauh apalagi kalau macet bisa ada sejaman lebih.
" Punya tamu bukannya di suruh masuk, malah di tatap aneh seperti itu. Minggir saya mau masuk karena kamu tidak persilahkan tamu kamu masuk," ucap Rama menggeser tubuh kecil Nadia dari depan pintu dan Rama pun masuk ke dalam ruang tamu di ikuti Nadia dengan bingung dan jengkel.
" Nad, saya haus. Bisa minta tolong ambil air putih?" Pinta Rama saat sudah duduk di sofa, dengan patuh Nadia berjalan ke dapur dan mengambilkan Rama dengan segelas air putih.
" Makasi ya Nad." Nadia hanya mengangguk, ia masih bisa belum mengerti kenapa ini orang ada di rumahnya jam segini.
" Bentar-bentar, ini kan weekend ya,artinya libur. Kenapa gue mau-mau nya sih di suruh,"protes Nadia saat ia baru sadar.
" Kamu ngapain di sini?" Tanya Nadia bersedekap dada.
" Tadi habis olahraga, nggak sengaja ngelintas di depan komplek kamu. Jadinya saya singgah saja, jengukin kamu. Kenapa, tidak suka?"
" Jelas lah, ini kan hari libur saya tapi bos masih ikutin saya juga walau hari libur."
" Saya nggak ikutin kamu ya Nad, saya cuman singgah soal nya haus," kilah Rama.
" Alasan, saya rasa ada bau-bau di tinggal nih jadi lari nya ke saya. Mbak Acha kemana?" Tanya Nadia penuh selidik, dan Rama pun tersenyum tanpa dosa.
" Hehhe, Acha lagi ke Bali pemotretan."
" Sudah ku duga, jadi nya saya pelampiasan nih?" Setelah mengucapkan itu, Nadia balik badan dan hendak meninggalkan Rama namun dengan cepat Rama menangkap lengan Nadia sehingga Nadia tak jadi jalan. Rama pun berdiri dan mendekat ke Nadia masih dengan memegang lengan Nadia.
" Saya nggak ngomong gitu ya Nad, jangan pernah bilang kamu itu pelampiasan," ucap Rama tegas, terlihat sekali ia tidak suka mendengar ucapan Nadia tadi, seakan ada yang menjanggal di dalam hatinya saat Nadia menyelesaikan kalimatnya. Nadia cukup kaget karena intonasi nada Rama cukup tinggi saat berkata tadi, entah ia kenapa.
" Tolong lepasin tangan kamu mas," ucap Nadia sambil melirik lengannya yang masih di genggam Rama,dengan segera Rama melepaskannya.
" Terus sekarang mas mau ngapain di sini? Mbak lagi nggak ada."
" Biasanya kalau Pria sama wanita dalam sebuah rumah sedang berduaan ngapain, Nad? " Tanya Rama menggoda Nadia dengan memajukan wajahnya ke wajah Nadia dengan jarak yang sangat dekat, reflek Nadia mundur karena debaran dadanya sudah menggila di dalam sana apalagi tatapan Rama itu, Nadia langsung saja kabur ke dapur sedangkan Rama sudah terbahak-bahak karena mengerjai Nadia pagi-pagi seperti ini. Memang niat Rama pagi ini untuk datang ke rumah Nadia, olahraga hanya alibi dia. Bahkan dia rela naik gojek demi ke rumah Nadia dan baru jalan kaki pas masuk komplek perumahan Nadia. Entah kenapa Rama lagi ingin melihat Nadia di luar jam kerja, bukan karena Acha tidak ada jadi larinya ke Nadia tapi kebetulan Acha lagi tidak ada saja.
" Ngapain Nad?" Tanya Rama saat sudah menyusul Nadia ke dapur. Nadia lagi mengeluarkan 4 biji telur yang masih tersisa di dalam kulkasnya.
" Bos lapar nggak? Tapi di kulkas ada nya cuman telur karena bahan-bahan lagi habis, belum sempat belanja. Nanti deh baru belanja," ucap Nadia menawari Rama makan sambil membelakanginya karena ia lagi menuangkan minyak ke atas wajan.
"Kenapa jadi panggil bos lagi? Ini kan weekend," protes Rama dan terus memperhatikan Nadia untuk menggoreng telur.
" Heheh,maaf. Biasa kalau lagi melayani begini jiwa sekertaris saya tiba-tiba muncul," ucap Nadia nyengir sambil menghadap ke Rama yang lagi menyandar ke pinggir kulkas.
" Tapi saya cuman bikin telur mata sapi sama nasi putih dan sambel terasi,mas bisa makannya?"
" Kenapa tidak, asalkan mengenyangkan dan halal saya mah makan apa saja, Nad."
" Syukur deh, saya pikir mas tidak bisa makan makanan kampung kek gini kan perut mas perut orang Barat, ya sudah tunggu saya di meja makan saja."
" Di sini saja, saya mau lihat kamu masak."
" Tenang saja mas, aku nggak kasih racun kok karena aku masih butuh mas. Butuh kerja, hehehe." Rama geleng-geleng mendengar ucapan Nadia.
" Bukan seperti itu Nad, tapi saya lagi bayangin saja kalau nanti saya punya istri mungkin seperti ini ya rasanya, setiap hari lihat dia masak untuk saya dan anak saya." Kalimat Rama membuat Nadia sejenak menghentikan ulekannya saat lagi buat sambal terasi. Nadia berusaha menetralkan deguban jantungnya yang tiba-tiba lebih cepat lagi dan sadar ia tidak ada dalam daftar calon istri Rama karena ia sudah di tolak lebih dulu sebelum mencoba.
" Hmm,kalau mbak Acha datang.sekali-kali suruh dia masak saja,biar mas terbiasa nantinya."
" Mana mau dia, dia juga nggak ada waktu walau hanya masak telur ceplok. Bisa nggak sih Nad, kalau aku kangen di masakin kamu, kamu datang ke rumah atau aku deh yang ke sini," ucap Rama dengan suara lirih membuat Nadia iba dan membalikan badannya dan menatap Rama.
" Kalau sekarang masih bisa mas tapi kalau saya sudah punya suami , akan susah mas. Mas ngerti kan?"
" Iya Nad,begini pun saya sudah sangat berterima kasih."
" Yuk ke meja makan, sudah siap nih." Nadia pun berjalan dengan membawa telur dan sambel terasi karena nasi sudah ada di atas meja.
" Silahkan di makan mas,maaf ya sarapan seadanya."
" Nggak apa-apa, saya suka kok. Saya malahan yang mau berterima kasih karena kamu siapkan saya sarapan dan maaf mengganggu pagi kamu."
" Nggak apa-apa,karena saya juga nggak ada acara hari ini,palingan cuman mau ke supermarket belanja nanti,"ucap Nadia di sela-sela sarapan mereka.
" Ya udah saya temani kamu belanja, bagaimana? Saya supirin kamu deh."
" Nggak usah ngaco, sudah makan mas pulang saja."
" Seriusan Nad,saya temani kamu belanja ya. Mumpung lagi weekend, saya juga belum pernah tuh belanja- belanja kek gituan. Anggap saja saya menemani weekend kamu biar nggak bosan."
" Ya terserah kalau tidak merepotkan." Rama pun tersenyum lebar saat mendengar kalimat Nadia, mereka pun kembali fokus memakan sarapan sederhana mereka tapi bagi Rama ini sangat mewah entah apa maksud dari kata mewahnya ini, hanya Rama yang tau.
Setelah makan Nadia pun mencuci bekas makanan mereka, awalnya Rama ingin membantu tapi Nadia melarang karena ini hanya sedikit saja , jadinya Rama mengalah dan lebih memilih menunggu Nadia di meja makan sambil membeli pakaian untuk ia pakai menemani Nadia belanja nanti.
Setelah cuci piring Nadia menyusul Rama ke meja makan,namun tak lama ia duduk ,bel rumahnya kembali berbunyi. Nadia pun berjalan untuk membuka pintu sambil bertanya siapa lagi tamunya kali ini namun saat ia membuka pintu, ia kaget ternyata kurir mengantar pakaian untuk Rama. Setelah menandatangi keterangan penerima, kurir itu pun pergi dan Nadia pun membawa paket Rama ke yang punya.
" Kenapa beli pakaian?" Tanya Nadia saat ia menyerahkan paket Rama.
" Ya masa saya mau gunakan pakaian olahraga untuk temani kamu belanja sih Nad, di kira aneh lagi saya."
" Jam berapa mau pergi belanja?" Tanya Rama. Nadia melihat jam yang menempel dinding,dan sudah menunjuka pukul 9 pagi.
" Jam 10 an saja, saya juga belum ganti baju."
" Ya sudah mandi sana,saya juga mau mandi jadi pas jam 10 kita sudah siap dan tinggal berangkat saja." Nadia pun mengiyakan apa yang Rama katakan,Nadia pun mengantar Rama ke kamar tamu untuk bersih-bersih.
" Pakain kotor mas,simpan di keranjang saja. Nanti saya cuci,kalau sudah kering nanti saya bawa ke kantor."
" Iya makasi ya Nad." Nadia pun hanya mengangguk dan berlalu untuk naik ke kamarnya untuk bersih-bersih juga.
" Enak kali punya istri seperti Nadia,selain wajah yang enak dipandang, ia juga sepertinya bisa jadi istri dan ibu yang baik,"ucap Rama menatap punggung kecil Nadia yang membelakanginya namun saat sadar apa yang barusan ia katakan, Rama segera menggeleng.
" Astaga pikir apa gue ini,yang nolak Nadia kan gue jadi jangan berharap. Kisah mu dengan Nadia sudah berakhir sebelum di mulai dan itu semua juga karena dirimu sendiri. Percaya,Acha juga bisa jadi istri dan ibu yang baik nantinya," Rama bermonolog sendiri kemudian ia pun masuk ke dalam toilet untuk bersih-bersih kemudian mengantar Nadia belanja.