Chereads / Mas Bos / Chapter 5 - Melamar Pekerjaan

Chapter 5 - Melamar Pekerjaan

Setelah seminggu kepulangannya dari Belanda untuk melaksanakan wisudanya kini Nadia hanya tinggal santai di rumah sembari menunggu calling-an dari perusahaan yang sempat ia lamar pekerjaan beberapa hari yang lalu dan sambil menunggu panggilan, Nadia selalu menyempatkan untuk hangout bersama Nita sahabatnya sambil bertukar cerita, curhat dan kuliner bersama. Saat Nadia baru pulang dari mall bersama Nita sore harinya, ia langsung bersih-bersih dan saat keluar dari toilet ia melihat ada notifikasi di hp nya, ia pun berjalan mengambil hp yang terletak di atas kasurnya dan melihat siapa yang menghubunginya dan Nadia kaget sekaligus bahagia karena salah satu perusahaan tempat ia melamar menghubunginya dan pesan ini datang dari perusahaan minuman kemasan yang bernama

"DA Corps", dengan bahagianya ia langsung memakai pakaiannya kemudian turun ke lantai 1 untuk memberi tau bundanya kalau besok ia di suruh ke kantor tersebut untuk mengikuti wawancara sebagai sekertaris.

Bunda nya sangat bahagia mendengar kabar anaknya dapat panggilan dan setelah itu Nadia juga langsung menghubungi ayahnya yang lagi di kantor untuk membagikan kebahagiaannya dan tak lupa juga pada Nita dan Rehan pria yang tengah dekat dengannya setahun belakangan ini atau lebih tepatnya di sebut pacar.

Tak terasa waktu berjalan begitu cepat, kini matahari sudah menampakan surya nya. Nadia sudah sedari subuh bangun untuk menyiapkan semua keperluannya untuk berangkat ke DA Corps untuk mengikuti wawancara. Dengan rok di bawah lutut berwarna putih, baju kemeja lengan panjang berwarna peach, high heels hitam setinggi 5 cm dengan rambut di biarkan tergerai dengan sentuhan curly-an di ujung-ujung rambutnya membuat penampilan Nadia sangat cantik untuk datang ke kantor, dengan percaya diri ia melangkah ke luar kamar untuk sarapan karena sudah jam 6 pagi, ia harus membuat citra yang baik di awal kedatangannya di perusahaan itu dengan datang ontime.

" Masyaa Allah anak bunda, cantik sekali kamu nak, menawan gitu, " ucap bundanya saat melihat Nadia berjalan menuruni setiap anak tangga, Nadia pun tersenyum manis menyambut ucapan bundanya yang lagi meletakan susu di atas meja.

" Terima kasih bunda yang tak kalah cantik nya, " jawab Nadia kemudian mencium sang bunda.

" Selamat pagi ayah. "

" Selamat pagi nak, sarapan dulu. " Nadia pun langsung duduk di samping ayahnya dan mengambil sepotong roti dan juga selai strowberry kesukaannya.

" Berangkat sama ayah mau? "

" Memangnya ayah tidak buru-buru untuk berangkat apel? "

" Untuk anak ayah tercinta ayah siap mengantar kamu kemana saja nak. " Nadia tersenyum dan langsung memeluk lengan ayahnya dari samping karena tersentuh dengan kata-kata sang ayah, walau ayahnya sibuk tapi ayahnya selalu menyempatkan waktu untuk keluarga, sedangkan bundanya tersenyum melihat kedekatan anak dan suaminya. Setelah sarapan Nadia dan ayahnya pun pamit ke bundanya untuk berangkat bersama, Setelah menempuh perjalanan sekitar sejam karena memang jarak dari rumah Nadia ke perusahaan tempat ia melamar lumayan jauh, Nadia pun sampai ke halaman perusahaan yang tinggi menjulang ini di hadapan Nadia. Nadia pun salim ke ayahnya kemudian pamit dan keluar dari mobil ayahnya dan berjalan memasuki perusahaan yang sudah mulai ramai karena sudah jam setengah 8. Nadia pun berjalan ke resepsionis untuk bertanya.

" Permisi, selamat lagi mbak. saya mau tanya, kalau mau wawancara itu di bagian mana ya? " tanya Nadia sopan.

" Wawancara di bagian apa ya mbak? "

" Saya melamar di bagian sekertaris mbak. "

" Oh mbak silahkan menunggu sebentar ya karena bu Diana belum datang, nanti kalau sudah datang saya informasikan ya mbak, " ucap resepsionis tersebut yang bernama Ira yang tertera di nametag nya, kemudian Ira pun mempersilahkan Nadia menunggu di kursi tunggu.

" Nit, doain gue ya. gue deg-degan, nungguin seseorang buat wawancarain gue, " tulis Nadia dalam chat nya ke Nita.

" Tentu dong Nad, semangat ya. semoga langsung ke terima kerja biar ada yang traktir gue. "

" Lo mah pikirannya makan mulu Nit, gue serius nih deg-degan nya. "

" iya, iya bercanda kali Nad biar lo nggak tegang banget tapi jangan-jangan jodoh lo ada di situ lagi jadi lo deg-degan 😁"

"Memang sahabat nggak ada akhlak lo Nit, lo tau gue udah ada si Rehan masih bahas orang lain buat jadi jodoh gue."

" Ehh neng dengar ya, pacar itu belum tentu jodoh kita, siapa tau kita hanya merawat jodoh orang lain. Sama halnya dengan mendung, belum tentu akan turun hujan. jadi rumusnya dalam berpacaran adalah sayang boleh, cinta jangan. "

Belum sempat Nadia membalas chat dari Nita, Ira sang resepsionis datang memberi tau kalau bu Diana yang ia tunggu sudah datang. Ira pun memberi tau Nadia untuk naik ke lantai 30 kemudian belok kanan setelah keluar dari lift,  jalan terus dan akan mendapatkan ruangan bu Diana. Nadia pun berterima kasih ke Ira karena sudah membantunya, Nadia pun mengikuti arahan Ira.

Tok tok tok

" Silahkan masuk, " ucap seseorang dalam ruangan tersebut, Nadia pun membuka pintu dengan pelan dan berjalan menuju seorang wanita yang seperti lagi hamil.

" Nadia ya? " tebak Diana.

" Iya bu, saya Nadia, " ucap Nadia sopan dan tak lupa ia tersenyum manis. Diana pun mempersilahkan Nadia duduk di hadapannya yang terhalang meja.

" Perkenalkan saya Diana."

" Jadi bu kalau boleh tau saya akan melakukan wawancara di mana ya? "

" Tunggu ya Nad, tunggu pak Bos siap dulu. Dia lagi siap-siap di dalam," ucap Diana tersenyum, Nadia yang mendengarnya mulai bingung karena ia pikir Diana adalah bos nya dan Diana yang akan mewawancarai nya.

" Jadi ibu _? "

" Saya sekertaris nya pak bos, kamu lihat kan saya lagi hamil besar begini, jadi saya mencari sekertaris baru untuk pak bos. kamu akan di wawancarai langsung oleh Mr. Damien jadi kamu tunggu dulu ya sampai pak Bos panggil kita, " ucap Diana sedikit menjelaskan apa yang menjadi isi otak Nadia, dan Nadia pun hanya mengiyakan.

Sekitar 15 menit menunggu pak bos, di selingi cerita-cerita tentang alasan Nadia melamar pekerjaan di Indonesia padahal ia lulusan cumlaude luar negeri yang jelas banyak perusahaan yang akan menerimanya di luar sana dan juga tentang Diana yang akan fokus pada keluarganya , Diana pun memberi tau kalau pak bos sudah siap karena sudah ada pesannya untuk mereka masuk dan Diana pun menuntun Nadia berjalan ke ruangan bagian dalam dari ruangan Diana tersebut, konsepnya seperti ini, ada sebuah ruangan besar sekali, di dalam ruangan tersebut ada lagi ruangan dan itu tempat pak bos dan lebihnya atau tepatnya di bagian depan ruangan pak bos tempat sang sekertaris. Diana pun mengetok pintu ruangan yang dimana pada pintu tersebut tertera

" CEO's Room. " dan Nadia baru sadar pas masuk tadi tidak ada tulisan seperti itu pada pintu masuk tersebut.

Dengan nada berat namun terdengar sedikit serak pak bos pun mempersilahkan mereka masuk namun baru Diana membuka pintu, ia langsung meminta Nadia untuk masuk duluan karena ia melupakan macbook nya yang entah ia simpan dimana. Dengan gugup Nadia pun melanjutkan langkah nya masuk ke dalam ruangan pak bos yang di dominasi warna monokrom ini, Nadia bisa melihat langsung saat menutup pintu, pak bos nya lagi menunduk seperti lagi mengecek sesuatu di hp nya.

" Ss selamat pagi pak, " Ucap Nadia sedikit gugup tapi karena hanya ia langsung yang menemui yang bos besar dan ia merutuki bu Diana yang lama datangnya walau hanya mengambil Macbook saja.

" Selamat pagi jug____ a, " ucap pak bos tertahan di kata akhir saat mendongakan kepalanya dan melihat siapa yang tengah berdiri di hadapannya ini. Dia kaget bukan main melihat seseorang itu berdiri tepat di hadapannya walau jaraknya sekitar 2 meteran darinya, dan sama halnya dengan Nadia ia pun juga tak kalah kaget melihat siapa bos besar di hadapannya ini.

" Mmmaas," ucap Nadia pelan saat menyadari kalau bos besar atau CEO tempat ia melamar adalah Rama atau Mas Rama mantan calon tunangannya dulu. Belum sempat Rama membuka mulut lagi, tiba-tiba Diana sudah datang.

" Maaf pak bos , Nadia, tadi saya harus ambil macbook yang saya lupa taruh di mana jadi sedikit lama, " ucap Diana merasa bersalah.

" Pak bos, perkenalkan ini Nadia calon sekertaris bapak yang baru, Nad ini Ceo di perusahaan ini namanya Pak Rama Damien, " ucap Diana memperkenalkan satu sama lain.

" Sudah kenal, " ucap Nadia dan Rama tapi hanya dalam hati saja . Rama pun berdiri dari kursi singgah sananya kemudian berjalan mendekat ke arah Diana dan Nadia yang masih setia berdiri.

" Silahkan duduk dulu, " ucap Rama mempersilahkan duduk, Nadia dan Diana pun duduk berdekatan sedangkan Rama duduk di single sofa.

" Jadi pak setelah sekian banyak pendaftar, saya memilih Nadia untuk mengikuti wawancara karena dia lihat dari latar belakang pendidikannya, ia tepat untuk jadi sekertaris bapak apalagi Nadia ini freshgraduation plus cumlaude pak, " Diana menjelaskan alasannya ke Rama dan Rama hanya mengangguk-angguk saja.

" Kamu boleh melanjutkan pekerjaan kamu dulu Diana, biar Nadia di sini untuk saya wawancarai. setelah selesai baru saya akan panggil kamu lagi, " ucap Rama dengan suara berat, sedangkan Nadia hanya tertunduk entah ia memikirkan apa, Diana pun pamit keluar dan menyisahkan Nadia dan Rama pada ruangan ini.

" Kamu apa kabar Nad? " tanya Rama dan Nadia pun akhirnya mengangkat kepalanya dan berani menatap Rama yang tengah duduk di samping sofanya.

" Baik pak. "

" Kenapa berubah jadi pak, tadi pertama kali kamu panggil saya mas. "

" Maaf pak tadi saya khilaf, " ucap Nadia langsung tertunduk karena di tatap begitu intens oleh Rama.

" Hmm baik lah. Jadi ayo kita mulai. "

" Mulai apa ya pak? " tanya Nadia dengan wajah polos nya yang tak mengerti maksud Rama.

" Wawancara nya lah Nad, masa iya ijab kabulnya, " ucap Rama greget pada Nadia, ternyata lama tak bertemu kepolosan Nadia masih tidak berubah.

" Yang nolak kan situ jadi nggak jadi ijab kabul dulu, siapa tau lupa, " gerutu Nadia mengerlingkan matanya karena jengah.

" Jadi kamu sakit hati ini? " goda Rama.

" Maaf pak saya khilaf, mari kita mulai wawancaranya, " ucap Nadia mengalihkan pembicaraan,  sedangkan Rama gemas sendiri melihat tingkah Nadia tapi berusaha mengontrol mimik wajahnya biar kelihatan berwibawah.

" Nadiaku, masih sama menggemaskannya. Ehh kan nggak jadi ya, " batin Rama ketika berjalan perpindah kembali kursinya dan di ikuti oleh Nadia dan duduk di hadapan Rama.