Sesi wawancara pun di mulai, meskipun CV Nadia terletak di atas mejanya namun Rama lebih memilih bertanya langsung ke orangnya sekaligus memecah pertanyaan-pertanyaan yang bersarang di otaknya sejak kepergian Nadia dulu. Rama pun mulai bertanya dimana Nadia kuliah, jurusan apa, alasan ia mendaftar menjadi sekertaris, dan juga alamat rumah Nadia. Dengan lancar Nadia pun menjawab semua pertanyaan Rama dan Rama senang karena ia di pertemukan dengan Nadia yang cerdas.
" Jadi selamat Nadia kamu terpilih menjadi sekertaris saya, " ucap Rama dan menjulurkan tangannya untuk salaman bersama Nadia, tanpa pikir panjang Nadia pun menerima uluran tangan Rama dan mereka pun sama-sama tersenyum.
" Terima kasih banyak pak atas kesempatannya. "
" Iya sama-sama, semoga kamu betah kerja sama saya ya Nad. " dan setelah itu Rama pun memanggil Diana untuk masuk ke ruangannya dan meminta ia langsung mengajari semua hal ke Nadia apa yang ia suka dan tidak sukai karena selain sebagai sekertaris , ia juga akan merangkap juga sebagai Asisten dan Diana sudah melalui itu semua sejak awal ia bekerja dengan Rama terhitung 7 tahun ini.
Andai ia tak sebentar lagi akan melahirkan ia tak akan resign karena selain suaminya mendukung, ia juga betah bekerja dengan Rama, karena Rama baik, meski pun tegas tapi tak cerewet atau menyebalkan. Diana pun berjalan ke ruangannya kembali di ikuti oleh Nadia dan mulai memberi tau semua hal ke Nadia tentang Rama, karena sesuai perjanjian jika Rama sudah menemukan sekertaris baru otomatis ia resmi resign dari perusahaan Rama. Sebelum pergi, Diana pun pamit ke semua teman-temannya di kantor ini, dan tak lupa juga pada Rama namun sebelum ia benar-benar pergi karena suaminya sudah datang menjemput ia menyerahkan sebuah buku seperti sebuah buku catatan kepada Nadia, agar Nadia tak lupa apa yang ia beri tau tadi. Dengan berat hati Diana pun pergi, jujur walau belum cukup sehari mengenal Diana tapi Nadia rasa ia cocok dengan Diana namun mereka tak berjodoh dalam hal bekerja.
" Ayo Fokus kembali bekerja, " ucap Rama memecah lamunan Nadia, Rama pun berjalan masuk ke ruangannya di ikuti oleh Nadia.
" Jadi hari ini kegiatan saya apa saja Nad? "
" Nanti siang setelah istirahat, ada meeting di kantor cabang Bekasi bos, malam harinya dinner dengan Mr. Scott di restoran Y, " ucap Nadia membaca jadwal sang bos.
" Masih ada waktu sebelum berangkat ke Bekasi, " ucapnya sambil melihat jam di tangannya.
" Boleh kamu buatkan saya kopi Nad? "
" Baik bos. " Nadia pun berjalan keluar untuk menuju pantry yang ada di ujung lantai ini, Rama memang punya pantry sendiri dan setiap lantai memang terdapat pantry tersendiri agar memudahkan OB membawa kan karyawan pesanan minuman mereka. Awal masuk tadi Nadia sedikit canggung namun sekarang sudah mulai terbiasa walau belum ada sehari karena sebelum Diana pergi tadi Rama memperkenalkannya pada semua karyawannya yang ada di kantor pusat kalau ia sekarang adalah sekertarisnya yang baru.
Tak lama Nadia pun membawa secangkir kopi sesuai yang Diana beri tau tadi, 1 setengah sendok gulanya dan 1 sendok kopi hitamnya.
" Terima kasih ya Nadia, kamu tidak minum? "
" Tidak bos, saya lagi tidak haus, " jawabnya sopan. Baru Nadia akan meminta izin ke ruangannya, Rama sudah menahannya dan meminta ia menemaninya. Suasana ruangan ini menjadi cukup canggung, tidak ada yang mencoba memulai percakapan dan Nadia tidak suka hal tersebut. Ingin rasanya ia keluar saja namun Rama tetap bos nya dan ia memintanya untuk tetap menemaninya meminum kopinya karena katanya Diana dulu seperti itu.
" Nadia saya minta maaf ya untuk yang pernah terjadi dulu. " Akhirnya Rama membuka suara juga, Nadia yang tadinya hanya menunduk langsung menatap Rama.
" Bukan masalah bos, semuanya sudah berlalu. "
" Tapi saya tetap merasa bersalah sama kamu , tante Rani dan om Darwin, bahkan orang tua saya juga sempat mendiami saya dulu. " Nadia kaget dengan ucapan terakhir Rama karena ia baru tau fakta tersebut namun Nadia berusaha biasa saja.
" Mungkin om sama tante hanya kecewa saja dulu bos karena sudah berharap banyak pada Pak Rama tapi tidak terjadi apa yang mereka harapkan jadi mendiami bapak, tapi sekarang sudah tidak lagi kan? " Rama pun menggeleng.
" Jadi sekarang bapak tidak usah memikirkan itu lagi atau mengungkitnya lagi karena semua sudah terjadi 3 tahun yang lalu. Yang lalu biarlah berlalu, bunda sama ayah juga sudah tidak membahas itu lagi sejak malam keputusan pak Rama dulu. "
" Iya terima kasih kalau begitu Nad, saya tau Masa lalu itu memang akan selalu menjadi kenangan pahit karena kalau menjadi kenangan indah iya tak akan menjadi sebuah masa lalu tapi akan menjadi sebuah masa depan, " ucap Rama yang menatap Nadia dan Nadia pun hanya tersenyum.
" Kamu siap-siap, masukan dokumen-dokumen yang saya butuhkan ke dalam tas, sudah itu kita akan berangkat ke Bekasi, nanti di jalan kita makan siang, " perintah Rama dan Nadia pun langsung melaksanakan tugas bosnya itu. Setelah semua siap mereka berdua pun jalan bersama ke parkiran untuk menuju ke Bekasi, cabang perusahaan Rama.
" Pak Bambang ke mana bos? " tanya Nadia heran karena saat berada di dekat mobil, Rama lah yang memegang kunci dan bersiap ke kursi pengemudi.
" Pak Bambang tidak ada, lagi ada urusan. kita hanya berdua ke Bekasi nya. "
" Berdua? " tanya Nadia sedikit meninggikan suaranya karena kaget.
" Kenapa? kamu tidak mau jalan berdua sama saya Nadia? " tanya Rama memicingkan sebelah alisnya melihat ekspresi Nadia.
" Ehh bukan begitu bos, maksudnya saya Jakarta ke Bekasi kan lumayan jauh, kalau bos kecapean bagaimana? kan masih ada meeting nanti malam, " ucap Nadia menjelaskan maksudnya karena takut ia di sangka tak menyukai bosnya, bisa-bisa belum genap sehari kerja langsung di pecat lagi.
" Jadi kamu khawatir sama saya Nadia? " goda Rama, dan Nadia hanya menampilkan senyum kecut karena tidak tau mau bilang apa lagi.
" Jangan khawatir kalau saya kecapean kan ada kamu yang mijitin saya, ayo masuk ke dalam mobil kita berangkat. "
" Kamu duduk di depan, saya bukan sopir kamu, " lanjut Rama saat Nadia baru mau buka pintu penumpang bagian tengah, dan Nadia pun akhirnya membatalkan dan pindah membuka pintu bagian depan tepatnya duduk di sebelah supir.
Perjalanan mereka pun di isi dengan suara penyiar radio dan juga alunan musik yang di putar dari radio itu, sedangkan Rama dan Nadia lebih memilih diam dengan pikiran mereka masing-masing hingga sudah memasuki kota Bekasi namun sudah masuk waktu makan siang, Rama memutuskan untuk singgah di salah satu rumah makan untuk makan siang dulu sebelum lanjut ke kantor cabangnya.
" Kita makan siang di sini saja ya Nad, tidak apa-apa kan? " tanya Rama saat memarkirkan mobilnya di depan sebuah rumah makan sederhana, dan Nadia pun mengatakan ia tak masalah. Mereka berdua pun turun dari mobil dan masuk ke dalam rumah makan tersebut yang lumayan ramai karena memang waktu jam makan siang.
Tak menunggu lama pesanan mereka pun datang, Nadia dengan gado-gado dan es teh sedangkan Rama Bakso dan es teh juga.
" Kamu sudah terbiasa makan di tempat seperti ini Nad? " tanya Rama karena melihat Nadia tidak merasa terganggu sama sekali dengan tempat tersebut, dan Nadia malah lahap memakan gado-gadonya.
" Iya bos, memangnya kenapa? " jawab Nadia setelah menelan gado-gadonya.
" Tidak apa-apa, heran saja lihat kamu lahap makan di tempat sederhana seperti ini kan biasanya tuh cewek-cewek maunya di tempat yang mewah, minimal cafe lah. "
" Gini bos, tidak semua cewek itu sama kepuasaannya terhadap sesuatu hal dan untuk saya tempat makan di mana pun asal bersih dan enak , tidak masalah selama saya nyaman. "
" Oh iya kamu jangan panggil saya bos dong kalau di luar kantor, berasa risih tau kan kita sebelumnya sudah kenal terlebih dahulu, " protes Rama.
" Ini kan masih jam kantor bos, hanya saja kita lagi di luar jadi saya panggil bos dong kan memang pak Rama bos saya. "
" Tapi kalau kita lagi berdua begini jangan panggil bos dong, panggil mas saja seperti yang mami saya minta dulu. apalagi kan tidak ada karyawan juga yang akan bertanya kenapa kamu panggil saya mas bukan bos. "
"Baik bos ehh mas, " ucap Nadia dengan senyum canggungnya. Kemudian mereka pun melanjutkan makan siangnya dengan tenang walau di samping mereka pada berisik karena orang-orang lagi ramai makan siang juga kemudian kendaraan pun lalu lalang.
" Tadi kenapa ya pas kita makan, hampir semua orang lihatin kita makan Nad," ucap Rama ketika sudah memasuki mobilnya dan hendak menjalankan untuk menuju cabang perusahaannya.
" Mungkin mereka baru pertama kalinya lihat Bule makan di warung bos,"
" Kenapa jadi panggilannya bos lagi, kita masih di luar kantor Nad," bukannya menanggapi jawaban Nadia, Rama malah protes karena Nadia memanggilnya bos dan Nadia hanya nyengir karena tidak tau mau balas apa. Rama pun melajukan mobilnya ke kantor cabang dan melakukan meeting hingga sore hari.
Setelah meeting di Bekasi Rama dan Nadia pun langsung bergegas pulang ke Jakarta karena jam 8 nanti masih ada dinner dengan client Rama.
" Nad, bunda sama ayah kamu sudah tau kalau kamu kerja di perusahaan saya ?" Tanya Rama saat masih dalam keadaan menyetir saat jalan pulang dari Bekasi.
" Belum bos,tadi saya cuman chat mereka kalau saya keterima kerja tapi nggak bilang tempat kerja nya sih."
" Kenapa?"
" Ribet kalau mereka apalagi bunda sih, pasti akan banyak tanya nanti . jadi lebih baik jelaskannya atau beri tau mereka kalau sudah ketemu."
" Saya juga nggak kasi tau mami sama daddy kalau sekarang kita sudah ketemu dan malah kamu kerja di tempat aku." Nadia pun hanya mengangguk-angguk dan kemudian Rama pun kembali fokus menyetir.
Hingga petang menjelang, mereka sudah masuk di daerah Jakarta.
" Nad, kita ke rumah saya dulu ya. Mau ganti baju, gerah," ucap Rama dan Nadia langsung membalikan badannya menghadap ke Rama.
" Jadi saya pulang dulu juga bos?"
" Nggak usah,nanti saya suruh asisten rumah tangga buat beliin baju untuk kamu. Jadi kamu bisa bersih-bersih di rumah saya, karena kalau kamu pulang nanti kita telat. Lokasi tempat pertemuan kita dengan rumah saya tidak terlalu jauh, jadi kamu bisa di rumah saya dulu. Biasa in, Diana juga seperti itu dulu," ucap Rama panjang lebar dan Nadia pun hanya manut-manut saja karena tidak enak membantah sang bos walau ada beberapa pertanyaan yang ada dibenaknya.
" Jangan khawatir, saya beda rumah dengan orang tua. Saya hanya tinggal dengan orang yang kerja di rumah." akhirnya pertanyaan yang bersarang di otak Nadia terjawab juga tanpa ia harus capek-capek tanyakan, hebat juga bos nya ini bisa menebak isi kepalanya dan Nadia hanya memasang cengiran.