Gaffin berlalu begitu saja, dan meninggalkanku yang berteriak memakinya.
", Hei...manusia laknat, vampir gila..., brengsek kamu ya,....", dia sama sekali tidak menggubris ocehanku, seolah telinganya tuli.
Ku ayunkan kakiku ,dan menyusulnya, sembari memegang leherku yang terasa perih akibat gigitannya.
Guru fisika kami sudah menunggu kami di jalan masuk ke ruangan laboratorium. Gaffin berhenti dan sepertinya sedang di ceramahi guru killer itu. Taklama aku berada di antara mereka, berdiri di samping Gaffin.
" Kenapa leher kamu Nita, dari tadi Bapak lihat , kamu menutupi leher kamu itu sejak berjalan kemari" ,tanya Guru fisika ku itu.
" Di gigit vampir Gaffin pak" jawabku terang terangan, yang langsung di pelototi Gaffin di samping.
" Apa...aku tidak takut sama kamu,..." Aku balas memelototi Gaffin, tanpa rasa takut sedikitpun dengan anak laki laki itu.
Gaffin melayangkan tinjunya ke arahku, tapi tidak memukulku..
" Kamu..." ucapnya terlihat kesal dan marah.
" Dia duluan pak, yang gigit tangan saya,..nich lihat pak, tangan saya sampai merah dan rasanya perih."lanjut Gaffin, sambil memperlihatkan lengannya yang terluka, akibat gigitanku.
" Eh...kamu juga gak lihat, ini leherku juga berdarah ..." Sahutku tidak mau kalah. Sembari membuka telapak tanganku yang menutupi leher, menunjukkan luka gigitan di leherku.
" Apa kamu" balas Gaffin tak kalah sangit. Sambil memajukan wajahnya.
" Kamu yang apa,..." sambarku , ngotot.
Kami bertengkar dihadapan Guru..
" Sudah sudah...kalian ini persis anjing dengan kucing, yang selalu bertengkar tidak mau ada yang kalah." Lerai Guru Fisika kami, terlihat dongkol dengan tingkah laku kami sekarang.
Aku dan Gaffin akhirnya mengakhiri pertengkaran, dan segera Guru memerintahkan kami masuk ke ruang laborat ,dan di suruh membersihkan lantai, juga membersihkan peralatan di sana.
Tak lama Guru Fisika kami ,keluar dari ruangan itu, karena mendapatkan panggilan di handphonnya.
" Kalian tetap bersihkan ruangan ini, besok akan saya periksa ruangan ini, jika masih belum bersih, kalian saya hukum lagi?" ucap Guru, sebelum beliau meninggalkan kami di ruangan ini.
***
Gaffin duduk sembari memainkan game di phonselnya, Aku protes dengan kegiatannya itu.
" Hei..Setan...cepat bersihin, biar cepat pulang,...kamu mau tidur di sini?" ucapku sedikit kasar.
" Sebentar Ah...nanggung, hampir selesai game nya,...." Sahut Gaffin seenak perutnya sendiri.
" Oke..kalau itu mau kamu, ...aku akan selesaiin tugasku, dan akan segera pulang,...aku mau nyapu lantai ,dan tugas kamu membersihkan peralatan di sini,..." ,kemudian aku giat menyelesaikan tugasku. Dan setelah setengah jam, aku selesai mengerjakannya. Ternyata memakan waktu lumayan lama juga untuk menyapu dan mengepel lantai ruangan ini. Tapi akhirnya aku selesai.
Aku mulai berjalan dengan membawa tas sekolahku keluar dari ruangan ini, seketika Gaffin menarik tanganku. Aku terkejut dan segera emosi dengan tindakannya ini.
" Heh...kamu mau apa, narik tangan aku lagi, lepasin gak..." ucapku mengancamnya untuk melepaskan tanganku
" Gak akan....aku mau lepasin kamu, kalau kamu bantuin aku dulu..." Balas dia dengan memerintah.
" Bodo amat,...ogah aku bantuin kamu...cepat lepasin tangan aku..." perintahku tegas.
" Tidak akan...., sebelum kamu bantuin aku dulu..."
Sahut Gaffin masih tidak mau melepaskan tanganku.
" Eh ..Babi.., cepat lepasin, kamu mau aku pukul pake tas aku ini?" Ucapku mengancamnya lagi.
" Pukul saja kalau bisa, tapi kalau gak kena, kamu harus tetap bantuin." Balas Gaffin bernegosiasi.
" Oke.." jawabku dan langsung mengarahkan tasku yang berisi buku buku pelajaran jadwal hari ini.
" Terima ini.." sembari mencoba memukul wajah Gaffin.
Gaffin menghindar, dan berhasil menangkap tasku, karena dia lebih tinggi dari aku.
" Lihat, kamu kalah" lanjutnya, sambil tersenyum miring padaku. Wajahnya memang memuakkan, dan aku membencinya melihat senyum miringnya. Terlintas ide cemerlang dalam pikiranku, dan seketika menjalankannya.
"Eh lihat, Pak Guru datang",ucapku berbohong, dan Gaffin menoleh ke arah jalan masuk ke ruangan ini. "bugh.." bunyi tas ku, yang memukul kepala Gaffin.
Kerena dia lengah memegangi tasku, dan dengan cepat aku menarik tasku ,lalu seketika langsung memukulnya. Respon Gaffin terkejut, dan aku segera berlari.
***
( Gaffin)
Aku keluar dari persembunyianku ,ketika Helen sudah pergi. Aku penasaran, apa yang si Iblis itu katakan pada Helen. jangan jangan dia menjelek jelekkanku di hadapan Helen.
" Hei..Iblis, apa yang kamu katakan pada Helen"
Memang si Iblis ini menyebalkan, di samping jahat, dia juga suka mengerjai dan membuat orang lain emosi terhadapnya.
Aku memelototinya ,tapi dia tidak takut, malah balik memelototiku. Apa mataku masih kurang " sangar", sehingga dia tidak takut padaku. Aku sadar, ketika mendengar bunyi bel. Hukumanku seharusnya selesai sekarang.
" Kapan hukumanku selesai" tanyaku.
" Satu menit lagi" jawabnya. Dan yah...aku sangat senang, hukumannya telah selesai.
Aku memakai baju seragamku, tetapi tiba tiba ,tenggorokanku kering, aku kehausan dan butuh minum. Ku coba menyuruh si Iblis sialan ini untuk membelikanku minuman di kantin. Tapi dia langsung menolaknya, maka ku paksa dia ikut bersamaku ke kantin.
Kami terlambat masuk ke kelas, dan Guru Killer memberi kami hukuman. Heh...siapa yang mau bersihin ruangan sebesar itu, lebih baik aku langsung pulang saja, biar Si Iblis itu yang membersihkannya sendirian.
" Hei ...brengsek...kamu mau kemana...?" ,si Iblis itu sok sok an menahanku, siapa yang mau menggurbrisnya.
Sungguh sialan memang, Guru Killer itu berdiri di jalan. Dengan berat hati, aku terpaksa kembali ke kelasku , dan terpaksa juga aku menunggunya , untuk sama melakukan hukuman kami.
Dia terkejut melihatku, kata kata makian tidak pernah lepas dari mulutnya. Yah...begitulah..dasar wanita iblis...tindakannya juga seperti Iblis. Mulut si Iblis itu tidak mau juga berhenti menertawakanku, " brengsek...sialan..." aku sudah tidak tahan mendengar mulut pedasnya,. Ku tarik tangannya dengan kuat ,sengaja menyakiti lengannya, mulutnya masih juga tidak mau diam, dan dia berontak lalu "Sialan..." dia menggigit tanganku.
Tanganku merah dan perih. Aku tidak lagi akan tinggal diam, maka aku meraih dan menariknya paksa, lalu menghempaskannya ke tembok. Tanganku sengaja ku ulurkan untuk memerangkapnya ,supaya dia tidak kabur dariku.
Matanya masih saja mendelik melawanku, tidak ada rasa bersalah sedikitpun, aku kesal sekaligus gemas, dan langsung ku gigit lehernya. Kulitnya wangi, dan halus..tidak ku sangka, iblis wanita ini rajin merawat diri. Aku tersenyum miring setelah melancarkan aksiku, lalu berlalu meninggalkannya jauh di belakangku.
***
Sang Guru Killer ini...kapan dia kan berhenti mengoceh, ayolah..biarkan kami segera menjalankan hukumannya segera, aku tidak tahan jika harus selalu bersama si Iblis wanita ini seharian, bisa bisa aku mati kena serangan jantung.
Brengsek memang, si iblis pasti akan mengadukan perbuatanku. Yah...benar kan dugaanku. Dia mengadu pada Guru killer ini. Aku memelototinya agar dia berhenti berbicara, tapi percuma, cara itu tidak mempan baginya, lain kali aku akan menjahit mulut pedasnya itu.
Aku bosan dengan hukuman ini, kesempatan bagus, guru itu pergi sekarang. Ku ambil handphonku dari dalam tas, dan aku memainkan game favoritku untuk mengusir kejenuhan ini.
Ku abaikan perkataan si iblis itu, aku tidak peduli kata katanya. Hingga tanpa sadar ,waktu berlalu begitu cepat, dan hari mulai akan gelap. Si Iblis wanita itu akan pulang, maka dengan seenaknya saja aku mencegahnya.
Aku tidak mau di hukum sendirian, jika aku di hukum dia juga harus di hukum . Ku tarik tanganya, ketika dia akan pergi, aku sengaja mencegahnya, dan...yah...lagi lagi dia licik dan berhasil lolos dariku.
Dengan terpaksa aku panggil pembantuku di rumah, untuk datang ke sekolah membantu menyelesaikan hukumanku.
***