" Gaffin...kita mau kemana?" tanyaku, karena aku tahu, ini arah jalan bukan ke arah rumahku. Gaffin hanya diam, tidak membalas pertanyaanku.
" Gaffin?" panggilku, mulai kesal, tapi Gaffin masih tetap diam, sibuk berkendara.
"Gaffiin!!" ku ulangi lagi, tapi Gaffin masih saja diam.
Seketika aku mencubit pinggangnya dengan cukup kuat. Sehingga dia mengumpat memakiku, "Setaan" , umpat Gaffin.
" Cepat bilang, kamu mau kemana, kenapa tidak mengantarku pulang?" sahutku mulai emosi kemudian.
" Ke Warnet" balas dia singkat.
" Antarkan aku pulang dulu, aku tidak mau ikut kamu!" Sahutku lagi,dengan masih emosi dan kesal. Ternyata benar dugaanku, si brengsek ini licik.
" Sudah terlambat, hahahahhaha.." , si brengsek Gaffin tertawa puas.
" Bangsat..., kamu sengaja bohong sama aku ya?, kurang ajar kamu..." balasku dengan jengah.
" Kenapa..., jangan khawatir...aku pasti antar kamu pulang sebelum jam 8 malam, Ayah dan ibu kamu pulangnya jam 9 malam khan, tenang saja" ,balas Gaffin , seolah sepele, membujukku. Aku hanya memutar kedua bola mataku, aku tidak bisa membuat dia memutar balik motornya, dan mengantarku. Terpaksa aku mengikutinya dulu, baru kemudian aku bisa pulang sendiri.
Kami sudah sampai di sebuah Warnet, dan ternyata di sana juga ada banyak anak anak yang masih berseragam Sekolah, sama seperti kami. Untunglah, aku membawa "Switer", jadi dapat ku gunakan untuk menutupi seragamku. Segera aku mengambilnya di dalam tas, dan kemudian memakainya , merangkap seragamku.
Gaffin mendatangi loket, untuk membayar uang sewanya ,selama setengah jam, kemudian kami segera menuju komputer yang masih kosong.
Gaffin meletakkan tas di lantai, sementara aku masih berdiri di sebelahnya. Gaffin duduk di atas kursi, lalu mulai sibuk mengoperasikan komputernya. Kini dia mulai bermain game.
"Kenapa?" tanyanya kemudian, mungkin melihat aku berdiri dengan gelisah.Sambil sibuk bermain , jari jarinya tak lepas dari 4 tombol panah dalam tuts.
" Aku bosan" jawabku singkat.
" Bentar lagi.." sahut Gaffin.
" Hu'uh.." Aku melepaskan nafas kesal. Aku akan beranjak pergi dari sisinya, tanpa ku sadari, saat aku mulai berbalik, Gaffin mengulurkan tangannya ,meraihku dengan tenaga penuh, sehingga aku tersentak dan duduk di pangkuannya.
Kami saling terkejut dengan akibat perbuatannya itu. Seketika jemari Gaffin berhenti bergerak di atas tuts itu, kami saling melihat satu sama lain, sama sama tercengang, wajah Gaffin memerah, mungkin sama halnya dengan wajahku.
Aku segera sadar, dan langsung berdiri. "Memalukan" ,bathinku mengumpat, ingin rasanya aku segera mencari lubang, dan aku akan segera masuk ke dalamnya. kejadian ini sungguh memalukan sekali, dan membuat aku merasa gugup.
10 menit berlalu, aku mulai bosan. Rasanya lama sekali waktu berjalan, dan aku merasa sangat bosan, yang hanya menunggu Gaffin bermain game. Maka dari itu ,aku kemudian berjalan - jalan di dalam warnet ini. Rupanya rasa bosan masih saja aku rasakan, menunggu memang sangatlah membosankan.
"Huff.." aku memajukan mulutku, sambil mengeluarkan nafas .
"Gaffin, aku pulang naik "Ojol"saja, aku suntuk di sini ." ucapku kemudian, dengan lelah dan kesal.
"Tidak boleh..., kamu harus temani aku sampai selesai!" ucap Gaffin, membalas perkataanku, sembari tangannya masih sibuk di atas tuts, dan pandangannya fokus ke layar komputer.
" Bodoamat, aku bosan tau..." , aku kesal dan mulai berjalan ke luar Warnet. Ku tolehkan kepalaku ke belakang, setelah menginjakkan kaki keluar dari pintu. Aku masih berharap Gaffin mau mengantarku pulang. Sudah sepatutnya dia begitu, aku tidak sabar, jika tapi harus menunggu lama ,dia selesai bermain game. Akhirnya aku putuskan memesan Ojek Online untuk menjemputku di sini, lalu mengantarku pulang.
***
( Gaffin)
Tiba tiba muncul ide, untuk mengerjai Zenitta, yah...hitung hitung dia balas budi padaku, setelah aku menunggunya sekian lama. Pasti ini sangat menyenangkan, " Maaf...Nitta..aku kerjai kamu" bathinku tertawa dengan ide yang seketika muncul dalam pikiran.
Aku membelok ke arah lain, apakah dia akan tahu,....benar, dia sadar kalau aku berbelok bukan ke arah rumahnya. Aku sengaja diam, karena aku masih belum puas bermain dengan cewek bar bar ini. Walaupun mulut dan tingkah lakunya pedas, tapi aku merasa cocok dengannya.
Akhirnya sampailah kami di warnet, dan aku sudah tidak sabar untuk bersaing dengan teman teman game ku, aku akan buktikan dalam waktu hanya setengah jam, aku bisa menjadi pemenang.
" Bagus...yes..." aku berguman senang ,karena baru bermain lima menit, tapi aku sudah berhasil mengalahkan 3 musuhku dalam game ini. Aku sedikit melirik ke samping, melihat Nitta yang sudah gelisah sejak tadi masuk ke warnet ini.
" Kenapa.." aku bertanya padanya. Dia bosan dan minta pulang, tapi permainanku ini sudah tanggung jika harus berhenti bermain, hanya butuh waktu sebentar lagi ,aku bisa mengalahkan musuhku yang lain.
Aku belum rela kalau Nitta meninggalkanku, aku sengaja menarik tangannya asal, dan..yah....dia malah jatuh di pangkuanku. Seluruh badanku bergetar, seperti di aliri aliran listrik. Aku sama sekali tidak menyangka ,akan mengalami kejadian romantis seperti di drama drama percintaan di televisi. Aku jadi canggung terhadapnya, malu ,mungkin wajahku merah sekarang. Sial....
Untunglah Nitta segera berdiri, kalau tidak ,harus dengan apa aku menutupi anggota bawah badanku ,yang saat ini mulai menegang. jika Nitta duduk dipangkuanku lebih lama lagi, maka akan lebih semakin bereaksi. Brengsek...ini sungguh memalukan.
Aku merasa sedikit canggung sekarang, aku sengaja mengabaikannya, dan seolah fokus pada game yang aku mainkan. Padahal tidak, pikiranku masih saja membayangkan kejadian yang baru saja aku alami. Aku tahu dia keluar, aku tahu dia sangat bosan, karena ternyata sering bersamanya akhir akhir ini , hampir bisa menebak isi pikiran Zenitta.
***
Aku mengintip dari layar komputer yang ada di hadapanku. Karena posisinya pas menghadap pintu, jadi saat Nita berdiri di depan pintu, maka bayangannya terlihat di layar.
Setelah kepergiannya, kejadian baru yang kami alami, kini malah seolah terus menghipnotis dan itu sangat kuat pengaruhnya bagiku saat ini. Aku terbayang wajah Nitta yang memerah, juga rupa ayu gadis itu.
" Oh..Ya Tuhan..kenapa aku terus mengingat wajahnya?" teriakku dalam hati.
Sesampainya di rumahpun ,bahkan saat aku berbaring , siap untuk tidur, wajah Nita selalu menghantuiku...
" Jangan jangan....apakah aku mulai tertarik padanya?"
" Oh tidak...aku tidak mungkin jatuh hati pada cewek Iblis itu." gumamku ,sambil berbaring ,dan seketika tanganku mengacak rambutku yang sedikit basah.
***
Pagi hari tiba, astaga...aku bangun dalam keadaan basah, dan orang yang hadir dalam mimpiku itu adalah Zenita...
" Oughh...harus bagaimana aku menghadapinya,..."
Wajahnya...pipinya, rambut serta hidung juga telinganya...zenitta...kenapa harus kamu yang aku mimpikan dalam pertama mimpi basahku...." teriak bathinku mengeluhkan keadaan.
Aku mengguyur mukaku ,hingga mataku perih dan merah, aku mandi sangat lama hari ini,...Sialan...aku menyimpan hasrat untuk Zenitta.
***
Pagi hari, aku berangkat ke sekolah, dan seperti biasa, aku duduk di depan gerbang, bersama siswi siswi cantik dari pengurus Osis.
Jantungku berdegup tak terkendali, ketika mengingat nama Zenitta.
Dug..dug..dug...
Astaga....jantungku berdegup lebih kencang, saat cewek itu turun dari mobil ayahnya, dan sekarang mulai berjalan memasuki pintu gerbang.
Dengan kucirnya yang berayun seperti gerakan ekor kuda, dia berjalan memasuki gerbang. Dia terlihat cantik dan bersinar di mataku...
Aku tersenyum bodoh ,memikirkan aku yang sedang " Gila" .
( bersambung)