Aku sengaja menyembunyikan diriku, diantara anak anak Osis ini, aku juga menutupi sebagian wajahku dengan buku, tapi aku tidak menutup mataku. Jadi aku bisa melihatnya, saat dia berjalan memasuki Sekolah, dan dia juga celingukan ke arah kami. Tapi sepertinya dia tidak melihatku.
" Fin..kenapa kamu?" tanya kakak kelas cantik yang duduk di sebelahku, saat aku semakin menyusutkan badan diantara mereka.
" Ahhh...tidak apa apa kok kakak cantik..cuma takut terlihat aja sama cowok kakak....,hehehe..." balasku dengan asal, ketika Nita sudah masuk ke dalam sekolah. Kak Fina lalu terlihat gugup atas jawaban yang aku lontarkan padanya
" Pacar aku tidak ada di sini Fin,..pacar aku tuh udah kuliah..." , kak Fina mengaku.
" Oh..gitu..kalo begitu boleh dong aku deketin kakak..." sahutku, merayunya.
" Maksudnya apa Fin?" balas kak Fina,dengan muka memerah.
" Deket duduk sama kakak...hehehe..." , aku bercanda dengannya. Sampai sekarang perasaanku masih suka sama Helen, tapi..aku mulai ragu akan perasaan itu.
", Ah ..kamu...bisa aja...," Kakak cantik langsung wajahnya semerah tomat. Dia tersenyum malu, dan aku membalasnya, dengan senyum juga, dalam hati aku ingin tertawa, ternyata aku mudah sekali membuat orang ge er.
Terlintas begitu saja dalam pikiranku, bagaimana rasanya kalau pacaran sama orang yang lebih dewasa...apa mungkin akan menyenangkan ya...?"
***
Aku masuk ke kelas, lima menit sebelum jam palajaran di mulai. Aku berjalan menuju tempat dudukku. Ini yang terbaik menurutku, karena jika aku duduk bersama Nitta lagi, aku takut dia akan mendengar detak jantungku yang keras ini ketika kami dekat.
Hari hari setelah itu, bagiku sangat membosankan, tanpa cewek setan itu yang biasanya di sisiku.
Aku berusaha untuk menjauhinya, bahkan mengabaikannya , dan juga menghindar sejauh jauhnya untuk sementara ini, mungkin nanti, sampai rasa di hati ini hilang dari diriku. Tetapi bagaikan sebuah magnet, yang akan saling tarik menarik dalam jarak tertentu, seperti itulah aku, yang tidak bisa begitu saja lepas darinya, walau aku sudah berusaha menjauh , tetapi ...aku tetap tidak bisa mengabaikannya begitu saja, diam diam jika mataku melihat keberadaannya, aku masih memperhatikannya, walaupun itu kulakukam dengan sembunyi sembunyi.
***
(Zenitta)
Sejak kejadian ,dimana aku pulang sendiri dari Warnet waktu itu, Gaffin jarang bersamaku. Akhirnya aku bisa bernafas lega, aku bisa bebas kemanapun tanpa harus ada dia. Dunia begitu indah saat saat seperti ini. Hidupku lebih baik dari waktu aku selalu bersama Gaffin.
Aku tertawa puas, dan menaikkan kedua tanganku ke atas, bathinku berkata..." bebas...". Hingga kemudian bel masuk berbunyi, dan aku sudah siap dan akan fokus menerima pelajaranku hari ini. Tekadku dalam hati.
Gaffin muncul dan masuk ke dalam kelas, 5 menit sebelum Guru datang. Mata itu sudah tidak lagi melihatku seperti dulu. Ada yang berubah dalam dirinya, dan aku merasa sedikit kecewa.
Aku menarik nafas pelan, menghilangkan isi pikiranku tentang Gaffin. Memfokuskan pada pelajaran, hingga jam istirahat berbunyi.
Rasanya aneh, menghabiskan waktu istirahat tanpa dia. " Huh"...aku merasa bosan. Aku mencoba bergabung dengan anak anak perempuan yang lain, yang suka sekali bergosip tentang publik figur, dan aku merasa tidak tertarik, akhirnya aku pergi dari anak anak perempuan itu.
Aku berjalan sendirian di koridor sekolah, dan akan menuju kantin. Kudengar suara suara dari balik pohon besar di sana, dan aku penasaran, lalu mendatanginya. Ada 2 kakak kelas perempuan, dan Gaffin di antara mereka. " Sedang apa mereka?" bathinku penasaran tentang apa yang sedang mereka kerjakan . Tetapi kemudian aku sadar, bahwa itu bukan urusanku. Tanpa ragu,aku segera berbalik memantapkan langkahku menuju kantin sekolah.
***
Tiba tiba rasanya aku ingin marah, sehingga pikiranku tidak jelas. Saat keluar dari kantin, aku tidak langsung kembali ke kelas, karena setelah ini, adalah waktu bebas, dimana para guru dan pihak sekolah, akan kedatangan tamu dari dinas.
Aku berjalan menuju lapangan basket, dan segera bergabung dengan anak laki laki yang sedang bermain. Aku memang lumayan jago dalam basket, walaupun aku perempuan, tapi aku memiliki tinggi badan ,hampir setara dengan rata rata tinggi badan anak laki laki di usia kami.
Beberapa kali aku berhasil memasukkan bola dan mencetak angka, hingga di akhir pertandingan, mereka menyuruhku bergabung bersama mereka untuk bertanding melawan group yang lain dan masih satu sekolah. Setiap hari minggu pagi dan hari jum at sore, kami menyempatkan untuk latihan.
Dan minggu pagi, aku sudah mamakai kaos olahraga saat keluar dari kamarku. Ayah dan Ibu sudah pergi ke toko satu jam yang lalu. Tepat pukul 10 pagi, aku keluar dari rumah lalu mengunci pintu. Tidak lama kemudian , Andre menjemputku dengan motor. Aku segera naik dan kami tiba di sekolah tidak lama kemudian.
***
" Ada apa ini?" tanyaku bergumam, ketika sampai dilapangan.
" Tidak tahu...aku juga baru datang, mari kita hampiri mereka!" ajak Andre ,lalu kami segera berlari ke lapangan, setelah Andre memarkirkan motornya.
Suasana nampak ribut, mereka saling beradu mulut.
" Kami duluan yang datang, jadi kami yang akan bermain di lapangan ini pertama kali."
" Kata siapa..kemarin kami yang ijin terlebih dahulu daripada kalian.."
"Itu sama sekali gak ada kaitannya, siapa yang datang lebih awal, yang berhak main terlebih dahulu."
" Apa kamu..."
" Kamu yang apa..."
" Banyak bacot kamu..."
" Emang kenapa, kalo berani kita bertarung sekarang juga ..'
", Oke siapa takut..."
Kedua kelompok sudah siap untuk berkelahi. Andre berlari cepat dan segera melerai mereka.
" Berhenti...jangan berkelahi...kita bisa bicarakan baik baik." ucap Andre dengan tegas. Sedangkan aku berdiri di sampingnya dengan wajah serius.
Suara bunyi motor yang memasuki lapangan, membuat suasana tegang semakin menjadi. Semua anak di lapangan itu ,serempak menoleh ke anak itu.
Gaffin membuka helmnya, dan turun dari motor. Seoarang anak perempuan yang di boncengnya, ikut turun dan segera menggandeng tangan Gaffin.
Hal itu tak lepas dari mataku, seketika aku mencibir dua sejoli itu yang menurutku sangat tidak pantas.
" Cih...dasar cowok plyboy..kemarin sama kakak kelas , sekarang sama adik kelas." gerutuku lirih.
" Ada apa ini..?" tanya Gaffin seketika, wajahnya terlihat dingin.
" Kami belum memutuskan siapa yang akan main terlebih dahulu untuk latihan."
Gaffin terlihat kesal,
" Hanya seperti itu kalian tidak bisa atasi..,." ujar Gaffin semakin.
Semua mata memandang dengan aura gelap ke arah Gaffin. Anak ini bukannya menyelesaikan masalah malah memprovokasi.
" Ayo sama sama kita hajar mereka" ucap Gaffin dengan entengnya.
Gaffin melepaskan genggaman ceweknya itu lalu maju ,siap berkelahi.
Seketika aku maju ke arah Gaffin dan segera menarik tangannya menjauh.
Gaffin terlihat terkejut, dan tercengang mengikutiku saat aku menarik tangannya, ke pojok lapangan.
Aku segera melepaskannya, dan memandang marah padanya.
" Otak kamu waras gak sih,...kenapa malah ingin membuat mereka berkelahi, kamu sinting..!", ujarku dengan penuh emosi.
" Oh..rupanya kamu ikut kelompok mereka..., kamu tidak puas dengan hanya bermain denganku..hah,...kamu rakus ya..." balas Gaffin yang tidak aku mengerti maksud kata katanya.
" Maksud kamu apa..". balasku seketika. Ku lihat wajah Gaffin memerah..dan memandang tajam padaku. Aku mulai mengerti kata katanya yang dia lontarkan padaku.
" Oh..kamu gak rela..aku main basket sama mereka...apa urusanmu..terserah aku dong..aku mau milih gabung sama siapa...dan aku akan sangat senang jika group kami bisa mengalahkan grup kamu..." Balasku, lalu melangkahkan kaki , berbalik akan meninggalkan Gaffin.
Tanganku di tarik seketika olehnya, membuat aku terbelalak kaget.
" Apa mau kamu...lepaskan tanganku" Aku menoleh dan dengan sekuat tenaga menghempaskan genggamannya. Aku berhasil , tapi Gaffin kembali meraihnya lagi, dan dia memajukan badannya dan wajah kami saling berdekatan. Mata kami saling memandang tajam, kami adalah musuh.
***
Gaffin menyudahi permusuhan mata kami, dia tersenyum kaku dan di paksakan, matanya sedikit melembut, membuat emosiku mulai mereda.
" Jadi kami musuhku...heh..oke...kita buktikan siapa yang unggul dalam permainan ini, jika kelompok kamu kalah...maka kamu yang bertanggungjawab ...." ujar Gaffin..berhenti di akhir kata katanya.
Aku penasaran dan langsung menyela
" Bertanggungjawab apa..hah..aku tidak akan mengelak..." sambungku.
" Baik...kita putuskan setelah kita bertanding".
***