Chereads / Crazy Game / Chapter 4 - Bab 4

Chapter 4 - Bab 4

Siang ini ,aku ada les tambahan matematika, karena nilai harianku kurang memuaskan, maka Ayah menyuruhku mengambil les tambahan ini.

Aku baru saja duduk, menunggu ojek online yang sudah Ayah pesankan untukku ,ketika Gaffin kembali menarik tanganku dan membuatku berdiri. Lalu terpaksa mengikuti kemana Gaffin akan membawaku.

" Hah...kamu..sialan...kenapa tarik tanganku lagi,..brengsek.." Aku sangat terkejut dan terus memakinya, tetapi Gaffin sama sekali tidak menghiraukan umpatan kasarku padanya.

" Eh..Aku bilang berhenti,..eh..kamu budeg..ya...fin..fin...Gaffin..lepasin tanganku..." lagi lagi aku berontak, agar Gaffin segera melepaskanku.

" Mau kamu apa sih, aku mau les tahu...sebentar lagi ojolnya datang...Sialan..cepat lepasin tanganku..." Ocehku, menggerutu.

" Tidak ..temani aku dulu main basket,..." Balas Gaffin. Sambil masih menyeret tanganku ,membuat aku terpaksa mengikutinya.

" Kamu gila ya...aku mau les...kamu budeg..cepat lepasin..." Aku masih meronta.

" Tidak..pokoknya kamu harus temani aku main basket dulu..." Gaffin kekeh, tetap tidak mau melepaskan tanganku.

" Kenapa sih..kamu selalu menganggu hidupku,...apa aku berharga dalam hidup kamu..hah..kenapa tidak cewek cewek lain saja...please.. Fin...aku mau les...aku tidak mau nilai ulangan matematikaku jelek besok." aku memohon kepadanya.

" Tidak boleh.....kamu harus temenin aku main basket dulu..besok aku beritahu jawabannya, kamu tidak usah mikir..." Balas Gaffin seenaknya saja.

" Gila...fin..Gafin....oke..okelah aku nurutin mau kamu,..tapi aku harus ketemu ojol dulu ,buat membatalkan pesanananku." lanjutku membalasnya, dan terpaksa. Dalam hati, aku sangat geram . Anak ini terus saja mengganggu diriku...aku menjadi muak dengan sikap dia yang otoriter.

Aku sengaja memberengut, ketika Ojol itu sudah pulang, dan Gaffin mengganti biaya sewanya. Ku lihat wajah setan di sebelahku ini, dia terlihat puas dan senang, tetapi tidak denganku.

***

Gaffin sudah berganti kaos bebas, sedangkan aku masih memakai seragamku. Aku tidak rela waktuku yang seharusnya untuk belajar, tapi Gaffin mengacaukannya. Dalam hati dongkol, aku marah padanya.

Gaffin mulai mendrible bola basket dengan lincah dan semangat, sementara aku duduk di tepi lapangan, moodku seketika lenyap ,karena sebetulnya aku tidak berniat main basket hari ini. Yang ku inginkan adalah pergi ke tempat les, karena aku ingin sekali mendapat nilai sempurna untuk ulangan harian besok pagi, dengan kerja kerasku .

Kami memang sudah biasa bermain basket bersama. Walaupun aku perempuan, tapi aku mampu dan hampir semuanya mengusai bidang olahraga, termasuk Basket.

" Nit...ayo mulai...!" Gafin memanggilku dari lapangan ,agar segera masuk ke lapangan , memulai permainan.

" Aku lagi eneg main basket sama kamu." Ucapku begitu saja, tanpa aku sadar mengucapkannya. Lalu aku memalingkan muka.

Tanpa aku sadari, bola basket itu memantul dan datang ke arahku, seketika aku terkejut, dan melihat Gaffin dengan wajah marah , karena keberatan dengan kelakuannya.

Ku lihat wajah Gaffin memerah marah, tatapannya tajam padaku.

" Kenapa...aku begitu memuakkan?", sahutnya dengan nada tak enak di dengar. Pikiranku jadi senang, karena dia terprofokasi.

"Iya...lama lama aku benci sama kamu, tau tidak?" Balasku jujur , tanpa bermaksud menutupinya. Dalam hati aku mulai senang, karena bisa membuatnya marah.

" Baik..." balas Gaffin, berjeda lama...sepertinya dia menjadi serius. Aku agak terkejut dengan keseriusannya.

" Aku tidak akan ganggu kamu, tetapi

ada syaratnya.", Balas Gaffin. Gaffin datang ke arahku dan duduk di hadapanku. Dia terlihat marah, dan memandangku tajam, jujur aku merasa takut dengan aura kemarahannya kini.

" Kamu harus bisa ngalahin aku basket, setelah itu aku tidak akan mengganggumu selamanya , tetapi jika kamu kalah, maka kamu harus patuh dan menuruti segala perintahku.." ucap Gaffin memberi tantangan .

Aku merasa tertarik, dan segera menyetujui tantangannya.

" Oke...aku bersedia..." Dengan percaya diri , aku menjawabnya.

***

Kami mulai memainkan permainan ini, aku berusaha akan memenangkannya. Aku mau hidupku bebas darinya, tetapi lama kelamaan tenaga ku hampir terkuras, nafasku menjadi tak teratur, aku mulai kelelahan.

Sementara Gaffin masih terlihat segar dan prima, sehingga semakin lama skorku dapat tersaingi olehnya. Aku sedikit panik, ketika tahu, skorku tertinggal 3 angka darinya.

Aku berusaha merebut bole darinya, dan lagi lagi gagal. Gaffin tersenyum mengejekku, aku terprofokasi dengan senyumnya yang menyebalkan itu.

" Ayo...kamu sudah ketinggalan jauh dariku....." bisik Gaffin tepat di telingaku, dan menyentuh daun telingaku. Nafasnya membuatku merasakan sesuatu, sehingga aku sedikit tercengang.

Gaffin tertawa melihat aku tercengang, dan dia semakin merasa terbang di awan.

"Sebentar lagi aku akan menang" teriaknya saat memasukkan bola ke dalam ring, dan berhasil menambah angka.

" Jangan mimpi ya..." ucapku membalasnya. Dan bola berhasil ku rebut, dan aku jadi semangat bermain, karena aku tidak mau kalah darinya.

" Oke...buktikan...aku mau lihat" sahut Gaffin menantangku.

" Lihat ini...." ucapku ketika akan memasukkan bola ke dalam ring. Aku dan gaffin sama sama meloncat, Gaffin berada di belakangku, untuk menggagalkan bola masuk ke dalam ring. Dia lebih tinggi dariku, tapi aku tidak mau kalah, aku berusaha meloncat setinggi mungkin,agar bisa mencapai ring. Dan aku berhasil memasukkan bolanya, tetapi kemudian hilang kendali , " Ah..." badanku goyah dan aku jatuh mengenai badan Gaffin. Lalu kami sama sama jatuh di lantai lapangan tetapi dalam posisi canggung. Aku jatuh berada di atas badan Gaffin.

Jantungku berdetak sangat keras, wajahku mungkin memerah. Sekilas kami saling menatap satu sama lain, kemudian aku segera berdiri. Dan Gaffin masih berbaring , tangannya yang tadi sempat memelukku ,kini di jadikan bantal di kepalanya.

Gaffin tersenyum ringan lalu kemudian tertawa.

" Hahhahahha....aku yakin....sebentar lagi aku akan mengalahkanmu." ucap Gaffin. Kemudian dia berdiri dan sekarang semakin bersemangat bermain.

Setelah hampir 1 jam, akhirnya Aku kalah bermain basket ini, dan dengan berat hati, aku harus jadi hewan peliharaannya, karena harus mematuhi segala perintahnya.

" Hah..." Gaffin mengejekku sambil melihat ke arahku, wajahnya terlihat puas dan senang. Aku hanya bisa memutar kedua bola mataku, malas dan kecewa atas kekalahanku ini.

***

( Gaffin)

Entah kenapa, aku merasa sangat suntuk, malas untuk pulang. Ku lihat Zenitta terburu buru keluar kelas, sepertinya dia ada perlu. Sementara aku masih malas bangun dari kursi ini. Dan tiba tiba,..aku ingin sekali bermain basket.

Aku pergi mengambil bola, tetapi aku merasa tidak bersemangat jika aku hanya bermain sendiri. Dalam pikirannku, aku ingin bermain dengan lawan yang sepadan, dan segera muncul wanita iblis itu dalam pikiranku. Karena dia lumayan bisa menandingi ku jika kami bermain basket bersama.

Aku segera bergegas keluar , dan berharap perempuan itu masih ada. Dan rupanya doa ku terkabul. Segera aku menghampirinya dan segera ku tarik tangannya ,lalu menyeretnya masuk ke dalam sekolah lagi. Dia meronta, tapi tak ku hiraukan, karena aku tidak suka penolakan.

Tidak seperti biasanya, dia malas menemaniku, malah dia berkata pedas padaku. Aku tersinggung dengan kata katanya itu, dan apa memang aku memuakkan selama ini?.

" Brengsek....dia berani berkata seperti itu, ...." Bathinku, emosiku langsung meluap.

Aku tidak akan mengganggunya lagi, tapi aku masih belum rela, dan begitu saja ide untuk menantangnya muncul begitu saja dalam pikiranku.

" Baik..." aku emosi mengucapkannya, dan merasa sedikit kecewa.

"..........…..,tapi jika kamu kalah..kamu harus mematuhi segala perintahku"

***

Pertandingan berlangsung menyenangkan ,dia kini bersemangat,..yah..aku senang,..tapi pada akhirnya, tenaganya tidak bisa di bandingkan denganku. Aku senang melihat dia kelelahan, dan aku suka dengan semangatnya,..dan itu membuat aku gemas melihat tingkahnya.

Aku terkejut ,ketika kami jatuh bersama dan dia berada di atas badanku,..aku tercengang, dan jantungku...berdebar keras, ini kedua kalinya aku alami keadaan seperti ini...

" Apakah aku....ah..tidak...aku tidak mungkin tertarik padanya,..ah...konyol sekali..." bathinku,..aku kemudian tertawa.

Lalu kami melanjutkan permainan basket, dan dia harus menerima kekalahannya. Lihat...kamu tidak akan bisa unggul dariku...Zenitaku...., dia sekarang menjadi milikku, teriak bathinku.

***