Chereads / The Sleeping King / Chapter 2 - 01. The First Time

Chapter 2 - 01. The First Time

Grace membuka matanya perlahan karena tetesan air yang jatuh ke wajahnya semakin banyak.

"You okay?"

Perlahan pandangannya muali okus, Grace bisa melihat wajah orang tak asing yang sedang memandanginya dengan tatapanbingung, dan juga menatap langit-langit dibelangkangnya.

Tunggu sebentar, Grace sedang berada di rumah?

"Syukur deh kalau kamu masih hidup." Katanya lagi.

"Sebentar, sebentar, ini rumahku kan bukan hutan." Ujar Grace membatin.

Grace masih mengerjapkan matanya sambil memperlihatkan sekitar.

"Hello?"

"Ah!" Pekik Grace ketika sesuatu masuk kedalam matanya. Dan saat Grace mendongak- menatap orang yang baru ia sadar kalau dia memangku kepala Grace, ia sadar kalau dia dalam kondisi basah kuyup dan sedikit, eummm, berlumpur. Sebelah tangannya menggenggam erat tangan Grace.

Orang itu mendekatkan wajahnya pada wajah Grace.

"Mata kamu merah." Ucapnya.

"Woahhh!" Grace langsung bangkit dari pangkuan orang itu lalu merangkak menjauh.

"S-siapa ka-akh!" Kepala Grace terbentur sudut meja karna ia tidak melihat-lihat.

Dan dia malah tertawa.

"Siapa kamu?!" Grace mengulangi lagi pertanyaannya yang tadi terpotong karna kepalanya terbentur dengan meja. Kedua tangan Grace masih memegangi belakang kepalanya karna memang masih terasa sakit.

Orang itu berhenti tertawa lalu memandang Grace dengan intens.

"Aku Nathan. Nathan Kim."

-The Sleeping King-

Grace baru saja membersihkan tubuhnya, lalu berjalan melangkah kearah dapur, dan disana orang yang mengaku sebagai Nathan Kim itu masih disana, duduk dilantai sambil memeluk lututnya.

Grace sebenarnya kasihan, seperti pengemis jalanan pakaiannya basah, lusuh dan kumal terkena lumpur. Tapi Grace juga takut. Masalahnya, Grace tidak tahu orang itu berasal dari mana, tiba-tiba muncul dibelakang rumah yang notabenenya dipagari rapat, kucing pun tidak bisa sembarangan bisa masuk.

Dan lagi, jangan lupakan image 'mesum' yang masi dengan sengaja Grace beri padanya karna asal pegang kaki Grace. Bahkan sampai sekarang pun Grace masih bisa merasakan bekas tangan orang itu disana. Mungkin ini bisa menjadi traumanya terhadap orang asing.

"Sudah berapa lama disini?"

Orang itu bertanya kepada Grace, tapi dia tidak memandang Grace. Dia justru mendongak menatap langit-langit di sudut dapur sambil sesekali tersenyum.

"Sehat nggak sih dia ini? Jangan-jangan pasien kabur dari rumah sakit jiwa? Apa aku perlu memanggil 911 saja?" Ujar Grace membatin.

"Jangan!" Pekiknya. Sekarang orang itu memandang Grace- masih dengan ekspresi anak kucing minta dipungut.

"Jangan panggil 911, please. Aku nggak mau balik ke sana."

"Tunggu, dia bisa membaca pikiranku?" Tanya Grace dalam batin.

"Engga, aku nggak bisa. Dia yang memberi tahu." Terangnya dengan menunjuk ke arah sudut yang dari tadi dia lihat.

Seketika Grace menjadi merinding. Bagaimana tidak, dari tadi hanya ada meraka berdua di area dapur ini dan di sudut sana itu, tidak ada apa-apa.

"Ada kok, namanya Jay. Dia bilang, dia suka sama kamu."

Tiba-tiba orang itu tertawa lagi.

"Kamu lucu." Gumamnya.

"S-sudah, j-jangan ngomong yang nggak jelas!"

"Aku ngomong fakta." Celetuk orang itu.

"Tapi fakta mu itu nggak berdasar."

Dia mengerucutkan bibirnya. Grace pun menjadi gemas karna nya Eh, enggak, enggak! Dia nyebelin! Penguntit! Mesum! Tak tahu diri!

"Aku gak seburuk itu, kok." Melasnya.

Grace masa bodoh! ia melangkahkan kakinya kesal meninggalkan Nathan di sana. Tapi Grace kembali lagi saat ia ingat sesuatu.

"Mandi! Bersihin diri kamu! Setelah gitu pergi dari rumahku!"

-The Sleeping King-

Grace masih duduk di dapur sambil memijit-mijit pelipisnya pelan, menunggu Nathan selesai mandi.

Sial, gara-gara melihat noda darah di baju Nathan, Grace menjadi pusing. Baunya juga. Padahal anyir nya cuma tercium tipis, tapi itu sudah cukup untuk membuat Grace oleng.

Fyi, Grace fobia dengan darah. Walaupun darahnya hanya setitik saja, tapi reaksinya bisa berlebihan. Seperti tadi contohnya. Harusnya Grace yang menolong Nathan, tapi tidak tahu bagaimana ceritanya malah Grace yang ditolong. Sampai sekarang ia masih berpikir, kan tadi yang pingsan dia duluan? Kok dia bisa menolong ku? Masa iya dia jalan sambil merem?

Halah terserah. Makin ngilu kepala Grace memikirkan itu.

"Hatsyi!" Nah ini, kalo udah bersin-bersin gini bisa hibernasi di kamar seminggu.

Hahh.. untuk beberapa alasan Grace benci dirinya sendiri.

Tidak lama kemudian, Grace mendengar langkah kaki datang mendekat. Grace mendongak, iya itu Nathan. Tapi...

"Kok bajunya gak ganti?" Tanya Grace langsung merespon penampilannya yang tetap lusuh. Wajahnya saja yang bersih, sisanya tetap. Dan baju itu, sumpah, Grace ingin merobeknya saja. Melihatnya membuat kepala Grace makin pusing saja karna noda merah yang sangat lebar di bagian dadanya.

"Aku gak suka bajunya." Jawabnya enteng.

"Terus kamu mau keluar rumah pake baju kotor kayak gitu?" Bisa disangka gembel nanti.

Nathan mengangguk.

"Apa yang salah sih, sama bajunya?" Grace mendengus. Masih mending Grace berbaik hati sama orang mesum yang bahkan Grace gak kenal.

"Aku gak bisa pake baju yang memperlihatkan dadaku." Jawabnya lirih sambil menangkupkan kedua tangannya menutupi leher.

"Itu leher, bukan dada." Sarkas Grace.

"Eh, iya, leher." Dia cengegesan. Ck, apa yang lucu sih? Lagian mau dia topless juga Grace tidak akan hilang akal terus khilafin dia.

Maaf saja ya, Grace pride nya tinggi.

"Terus kamu maunya baju yang kayak gimana?"

Bukannya menjawab, lelaki itu malah memandang Grace lekat.

"Baju kamu." Tunjuknya.

Huh. Mungkin ini yang dinamakan dikasih hati minta jantung.

-The Sleeping King-

Lagi-lagi, Grace menunggu Nathan selesai mandi. Ya, Grace menyuruhnya untuk mandi lagi. Grace tidak mau menyiksa dirinya sendiri dengan membetahkan diri mencium bau yang paling dia benci.

Grace merebahkan diri di kasur, bukan kasur di kamarnya, tapi kamar Mark, adiknya yang tengah. Grace terlalu lemas hanya untuk bangun setelah mengacak-acak lemari Mark untuk mencarikan baju yang Nathan mau memakainya, sweater dengan model turtle neck.

Gila, sebenarnya dia siapa sih? Kenapa juga Grace mau repot-repot ngurusin dia?

Ah, masa bodoh, yang penting lelaki itu cepat-cepat pergi dari rumahnya itu.

Grace merasa sangat bersalah kepada Mark adiknya itu. Karna ia mengacak-acak lemari adiknya. Grace berharap Mark mengerti keadaan Grace saat ini.

"Hei." Suara Nathan terdengar, dan dia sudah berdiri di depan pintu. Dia -Nathan- sudah berganti dengan bajunya Mark, tapi tangannya masih menenteng baju kotornya yang tadi.

"Kenapa bajunya masih dibawa?" Tanya Grace.

Dia hanya memandang baju kotornya dengan tatapan bingung.

"Buang." perintah Grace.

"Buang kemana?"

"Ya udah bawa aja." Grace bangun dari kasur lalu berjalan melewati Nathan yang masih diam di depan pintu.

"Buang di tempat sampah depan rumah." sambung Grace.

"Aku gak tau tong sampah depan rumahnya sebelah mana."

Grace berbalik, "Ikutin aku makanya! Bengong terus."

Kesal. Itulah yang dirasakan oleh Grace Yoo. Sungguh rasanya ia sangat ingin mengusir Nathan dari dalam rumahnya itu.

-The Sleeping King-

Grace perlahan membuka mata. Masih sedikit kabur, samar-samar suara orang bercakap-cakap terdengar. Dan sedetik kemudian, wajah seseorang muncul di depannya.

"Udah bangun?"

Grace melayangkan pandangan ke sekitar. Ah, ini ruang tamu. Grace tidur di sofa dengan handuk basah di dahi. Pingsan lagi?

"Om Henry kesini?"

Pria yang duduk di seberang Grace ini ngangguk, "Iya, bareng sama Mark."

Grace ber-oh lalu mengambil posisi duduk, menyandarkan punggung ke sofa.

Nathan masih di sini? Ya, dia Benar-benar gagal pergi.

"Pingsan berapa kali?" Tanya Henry. Nadanya mengejek. Kebiasaan, orang sakit bukan dibilangin 'cepat sembuh' malah diejek.

"Dua kali." jawab Grace acuh.

"Udah minum obat?" Henry bertanya lagi, dan Grace menggeleng. Ya mana sempat, sudah kacau begitu keadaannya dari tadi pagi.

"Makanya pingsan-pingsan terus." Cibir Henry. Grace hanya menanggapinya dengan tertawa pahit.

"What the fucking hell! Siapa yang berani berantakin lemari ku??!!"

Ah iya, Grace sudah bisa menebak bagaimana reaksi Mark. Tapi apa daya, Grace sedang sangat-sangat lemas sekarang, tidak bisa memberi penjelasan ke Mark-yang Grace yakin pasti sekarang sedang menggaruk-garuk kepala frustasi.

Maaf, Mark.

"Jaga jantungnya baik-baik." Kata Henry sambil memberi Grace minum lalu menyodorkan obat. Grace diam saja, langsung meraih obat itu dan Grace minum. Sudah telat 4 jam, untung tidak kenapa-napa Grace.

"Ini siapa?" Tanya Henry sambil menunjuk Nathan

"Nathan." Belum sempat Grace menjawab, sudah dijawab sendiri sama yang punya nama.

"Bukan orang Amerika?" Tanya Henry lagi.

Ah iya, Grace baru sadar kalau Nathan tidak seperti orang Amerika pada umunya. Lebih cenderung oriental.

Nathan menggeleng, "orang bilang aku dari Korea."

"Korea yang sebelah mana? Aku juga dari Korea." Kata Grace. Jadi sedikit penasaran.

Nathan berpikir sebentar, lalu bilang, "Vatikan."

Sial, Grace tertawa. Vatikan di Roma, ah dasar. Ya begini kalau di sekolah makan bangku, bukannya pinter malah jadi lawak.

"Mana ada Vatikan di Korea?" tanya Grace sambil mengusap air di sudut mata ku. Selucu itu baginya, tertawa sampai menangis.

"Maksudku, aku dari Korea, dibawa pindah ke Roma." Jelas Nathan.

"Oh, oke, oke." Grace mengibaskan tangannya di depan wajah, seolah mengusir lucu yang membuatnya tidak sopan menertawakan orang yang sedang serius bercerita.

"Jadi, kamu biarawan?" Tanya Henry.

Nathan menggeleng. "Tidak. Aku calon raja."

Henry dan Grace serempak tertawa. Nathan mengarang cerita apa lagi ini. Untuk apa jadi raja di Vatikan? Jaman apa ini memangnya?

"Ah, aduduh." Saking kerasnya Grace tertawa, soft lens Grace sampai lepas. Iya, Grace selalu menangis saat tertawa. Bukan hanya sekedar berair, tapi seperti menangis, banjir. Jadi tidak heran kalau soft lens Grace sering lepas.

Grace mengambil soft lensnya dari sudut mata, lalu lanjut tertawa. Padahal sudah tidak ada yang lucu. Henry saja sudah diam, menatap heran sekaligus takjub ke arah Nathan.

Yang dapat Grace artikan, mungkin Henry sedang menebak-nebak dari jaman apa Nathan ini berasal. Henry memang se-out-of-the-box itu, jadi Grace memakluminya kalau kadang pikirannya agak nyeleneh. Sama dengan Peter. Kalau mereka bertemu, sudah seperti panci bertemu dengan tutup nya. Cocok.

"Irene."

Satu kata yang Nathan ucapkan itu menghentikan tawa Grace. Apa tadi dia bilang?

"Irene." Ulangnya. Kali ini dia bangkit dari duduknya lalu berlutut tepat di depan Grace.

"K-kamu mau ngapain?" Grace menjadi gugup karna, Nathan yang tiba-tiba mendekatkan wajahnya.

"Itu... mata Irene." Katanya sambil menunjuk kearah mata Grace yang ia maksud.

-The Sleeping King-