Chereads / Sebuah Kata Kerinduan / Chapter 54 - 54. Pilihan 2

Chapter 54 - 54. Pilihan 2

Hari ini entah angin apa yang merubah sikap meledak-ledak Amel menjadi lebih tenang. Dan hari ini juga dia sebenarnya berencana pergi bersama Arka karena cowok itu mengajaknya jalan-jalan ke toko buku. Tapi kali ini ada Amel yang menjadi orang ketiga. Ara juga baru mengerti kenapa sikap Arka seperti membiarkan Amel untuk mendekat itu semua karena ayah Arka pernah berhutang budi pada ayah Amel. Untuk membalas budi tersebut ayah Arka memintanya untuk selalu bersikap baik pada Amel.

Tapi, satu yang mengganjal apakah ayah Arka tahu penyebab kematian Azka? Jika dia tahu apakah masih akan tetap membiarkan Arka dekat dengan Amel? Entahlah Ara sendiri tidak bisa menebaknya.

Azka, Ara dan Amel jalan-jalan ke toko buku setelah sebelumnya makan-makan di restoran. Amel menggamit lengan Arka, minta di temani mencari buku-buku desain interior hadiah untuk kakaknya Rena, sedangkan Ara mengikuti dari belakang. Bersikap biasa sambil bersenandung kecil. Mengabaikan tatapan provokasi dari Amel.

Sementara Amel berdiskusi dengan Arka membahas gaya ekletik, Ara sengaja terus menghindari mereka dengan berjalan melihat-lihat di rak sebelah yang memajang beberapa buku panduan mendaki gunung. Jika ada kesempatan dia ingin mendaki gunung lagi. kali ini dia ingin mendaki puncak gunung merapi.

Di buangnya jauh-jauh perasaan cemburu setiap kali melihat Amel melirik mesra Arka dan berbicara dengan lembut. Dengan berat hati Ara sedikit menjauh membiarkan Amel menikmati waktunya sebelum dia merebut dan mengambil semua yang telah dia miliki. Bibir Ara terangkat sedikit tapi jelas tatapan mata tajam itu menyimpan banyak rencana.

Belum lama Ara membuka buku itu, tanpa di duga Hana muncul dengan Ezhar.

"Eeeeh, kau lagi ngapain? Waaaah, kebetulan banget!" seru Hana kegirangan melambaikan tangan penuh semangat, dan menghampirinya. "Kau sendirian?"

"Enggak, bareng Arka sama Amel tuh," sahut Ara mengangkat dagunya ke arah Arka dan Amel yang berdiri tidak jauh dari mereka.

Hana berdecak. Dia masih tidak mengerti mengapa Arka masih bisa tahan dekat dengan Amel. Dan mengabaikan sahabat terbaiknya sepanjang masa dan manis semanis gula jawa ini.

"Ara, sini sebentar," bisiknya seraya menyeret Ara ke pojokan. "Bagaiamana kalau kau jalan bareng Ezhar saja. Dari pada menjadi obat nyamuk untuk mak lampir itu..!" tunjuk Hana dengan menggerakkan dagunya ke arah Amel.

Ara menghela napas menatap sahabatnya datar, lebih tepatnya seperti orang bodoh "Kau itu kehabisan stok pria tampan atau kenapa sih, Han. Kenapa Ezhar kau jodohin ke aku?"Ara menjetik kening Hana membuat sahabatnya itu mengaduh di sambut kekehan Ezhar dari belakang Ara.

"Aku baru tahu pikiran sahabatmu itu sangat gila! Aku menyesal menemaninya pergi! Jika bukan karena aku akan menjemput Rian aku sangat males pergi bareng dia yang cerewetnya minta ampun!"

Ara tidak heran bagaimana mereka bisa kenal dan bisa akrab seperti sekarang. Karakter Hana yang ceplas-ceplos dan Ezhar yang welcome adalah alasannya. Mereka cocok untuk jadi teman dalam membuat masalah. Ara yakin itu.

"Hei, jadi bagaimana usulan ku tadi, di terima?" tanya Hana lagi.

"Tidak!" jawab Ara daan Ezhar serentak.

"Yaaah…, kan bisa tuh buat Arka cemburu sekalian."Hana masih tidak menyerah.

"Ah, aku males!"

"Alaaah, jangan sok nolak gitu! Kau juga ingin kan membuat Arka cemburu?"

"Tapi..,"

Ezhar dan Ara saling tatapan tidak lama kemudian senyum jahat terukir di bibir mereka berdua membuat Hana tanpa sadar mundur, sedikit menjauh dari aura gelap dua orang itu.

***

Ezhar berdiri di depan gerbang kampus. Mengenakan pakaian terbaiknya. Ara yang melihat itu tersenyum lebar. Sedangkan Hana melongo dengan mata melotot tidak berkedip, Ara bahkan bisa melihat air liur Hana menetes saat menatap Ezhar dengan wajah mupeng.

"Hai! Ingat Abe..," ujar Ara.

Hana mendecak punggung tangannya menyapu bibirnya seperti menghapus sesuatu dari sana. Ara sungguh tidak bisa menebak isi kepala sahabatnya yang kadang di bawah kata normal. Apakah Abe tahu dengan kelakuan pacarnya ini? Entahlah Ara tidak mau ikut campur.

"Hai, tumben datang ke sini biasanya juga diam di rumah. Kau kan takut matahari."

Merasa di ejek Ezhar hanya bisa merengut lalu melambaikan tangan pada Hana sambil berakata "Ih jorok! Ilernya ada di mana-mana..!"

"Dasar sial! Sia-sia aku mengagumi wajah tampan mu! Ternyata sipatmu tidak setampan wajah yang kau miliki! Ara sebaiknya kau berhenti dekat dengannya dan buang dia jauh-jauh!" teriak Hana emosi.

Ara dan Ezhar terkekeh. Lalu perhatian Ezhar beralih pada Ara " Temani aku ke suatu tempat."

"Mmm.. kemana?"

"Nanti juga bakalan tahu sendiri." Kata Ezhar lalu menatap Hana "Dan kau pulang sana!" usirnya kejam.

"Kau! Si tampan menyebalkan! Aku menyesal menjadi teman mu!" desis Hana kesal.

"Aku tidak pernah memintamu menjadi temanku..," goda Ezhar membuat emosi Hana semakin meledak.

"K-kauuuu…" Hana menatap Ara berniat mengadu namun ucapan Ara langsung membuat kepala Hana terkulai layu.

"Pulang lah!."

Akhirnya mereka bisa lepas dari Hana yang terpaksa pulang padahal dia ingin ikut kemana pergi dua orang sahabatnya itu. tapi melihat wajah serius Ezhar dia memilih untuk menundanya dan memilih pulang. Sedangkan Ara dan Ezhar kini sedang berada di sebuah rumah sakit.

Ezhar membawa Ara masuk ke dalam sebuah kamar VIP. Kamar itu sepi tidak ada siapapun hanya seorang gadis cantik berbaring di atas tempat tidur. Ara menoleh ke arah Ezhar namun lelaki itu memberi kode untuk memintanya diam.

Ezhar berjalan mendekati tempat tidur menggenggam tangan gadis itu, alis dan bulu matanya yang panjang berbaris rapi. Ara bisa menebak jika gadis itu membuka matanya pasti sangat indah. Di tambah pitur wajah yang oval, hidung mancung sekilas pandang gadis itu seperti orang turki. Ara tidak bisa menjelaskan dengan baik karena memang gadis itu sangat cantik.

"Ezhar…" suara gadis itu serak. Seperti bangun tidur.

"Mmm…" Ezhar menggumam.

Ara masih berdiri agak jauh menjadi penonton yang baik, memperhatikan di setiap perubahan emosi Ezhar. Tiba-tiba cowok itu memintanya untuk mendekat. Ara mendekat dan terkejut saat melihat warna bola mata caramel cerah itu sangat indah. Tapi… kosong. Ara menatap Ezhar bingung. Tapi cowok itu tidak menjawab hanya terus menatap wajah gadis itu dalam diam. Dengan berani Ara menggerak-gerakkan tangannya di depan mata gadis itu tapi tidak mendapatkan respon. Ara akhrinya mengerti kalau gadis itu.. buta.

"…Kau membawanya..?" suara serak itu kembali terdengar.

Ara menatap Ezhar bingung, apa yang di maksud gadis itu dengan membawanya.

"Mmm.." Ezhar kembali hanya bergumam.

Tangan gadis itu menggapai-gapai seperti mencari sesuatu. Ezhar menangkap tangan itu dan menggenggamnya lagi. lalu meminta tangan Ara dan membuat mereka saling bersalaman. Tiba-tiba gadis itu tersenyum lebar memperlihatkan gigi ginsulnya yang lucu.

"Inikah yang bernama Ara itu? kenalkan namaku Issabella.. aku senang akhirnya ada yang bisa menjaga Ezhar.." Ara semakin tidak mengerti dia menatap Ezhar meminta penjelasan tapi cowok itu hanya diam tidak melepaskan tatapannya dari gadis bernama issabella itu sedikit pun.

Ara terbatuk, lalu berdehem pelan ."Yaaah, nama ku Fata Arabella kau bisa memanggil ku Ara. Apa aku boleh memanggilmu Abel? Itu terdengar sangat baik untukku."

Gadis itu mengangguk "Kau bisa.." lalu mata yang menatap kosong itu seakan menoleh pada Ezhar "Kau bisa meninggalkan kami berdua.." pintanya.

"Mmm…"

Kening Ara semakin berkerut, kenapa yang keluar dari bibir Ezhar sejak tadi hanya 'Mmm' dan 'Mmm..' dan lebih parahnya lagi kenapa cowok itu pergi meninggalkannya berdua dengan orang asing? Siapa sebenarnya gadis ini untuk Ezhar?

"Duduklah.."

Ara menuruti dan duduk di tempat yang tadi di duduki Ezhar. Bibirnya masih terkatup rapat tidak tahu harus mengatakan apa. Lama. kamar rawat itu sunyi hingga suara tawa abel terdengar.

"Jangan cemas aku tidak memakan orang!" kekehnya.

"Oh.. eh, baiklah…" Ara menelan ludah. Tiba-tiba dia merasa gugup " Apakah kau baik-baik saja?"

Gadis itu mengangguk "Baik-baik saja." Jawaban yang menurut Ara meragukan tapi dia tidak mau terus bertanya. "Ezhar bilang kau adalah pacarnya. Aku sangat senang akhirnya dia mau membuka hatinya untuk orang lain."

"Yaa.. Hah! Apa? Pacar? Siapa? Aku? Kapan?"