Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

The Boss Is Devil

🇮🇩sheila_maharani
--
chs / week
--
NOT RATINGS
44.6k
Views
Synopsis
Sean Vernando (28 tahun) , CEO dari salah satu perusahaan tersukses didunia. Repurtasinya sebagai billionaire muda menyeruak bebas sampai keujung dunia. mempunyai fisik yang hampir sempurna, tetapi dia seperti dimasuki roh iblis. semua karyawannya tentunya menjulukinya sebagai iblis berwajah malaikat Emily Alexandria (25 tahun), seorang gadis cantik dan polos, dia harus bekerja banting tilang untuk ibunya yang sedang sakit dan kedua adiknya yang masih bersekolah oleh karenanya dia bekerja di perusahaan Vargo Vers Acompany yang tersukses di dunia. bagaimanakah nasib Emily yang bekerja sebagai sekretaris Sean yang terkenal kejam? apakah dia akan bertahan dengan sifat bossnya itu? Cover by. PUTRI_GRAPHIC
VIEW MORE

Chapter 1 - 1

Logis satu kata itu di suatu waktu bisa menjadi keberuntungan namun malapetaka adalah kemungkinan paling potensi khususnya bagi wanita yang mana persentase perasaannya lebih besar dibandingkan kelogisannya.

Logis setiap detik jam menit orang selalu memperdebatkan tentang kelogisan yang dimaksudkan. Emily Alexandria seorang wanita yang harus banting tulang menghidupi keluarganya setelah Ayahnya meninggal. Dia harus merawat Ibunya yang sedang sakit dan membiayai sekolah kedua adiknya.

Emily mau tidak mau harus berkerja disini karena bayaran yang sangat tinggi dan itu bisa membuat perekonomiannya membaik. Tapi dia harus menghadapi kenyataan bahwa dia harus bekerja di perusahaan seorang bos yang kejam, menuruti semua peraturan yang tidak masuk akal baginya. Bosnya itu dijuluki sebagai iblis berwajah malaikat.

Baru beberapa hari Emily bekerja dia sudah melakukan banyak pekerjaan ditambah peraturan yang sangat menyebalkan. Dia mati - matian menahan diri agar tak berteriak memaki pada laki - laki dihadapannya.

"Peraturan pertama dilarang berdekatan dalam jarak tidak lebih radius dua meter"

Kegilaan pertama ia harus mencatatnya di notes yang selalu ia bawa. Emily menulis dalam notesnya dengan kalimat lain seperti : bos terkena penyakit menular dan mempunyai kudis, panu, kurap dan tidak boleh berdekatan dengannya.

"peraturan kedua saya selalu benar dan kamu harus menyetujui yang benar tidak ada bantahan"

kegilaan kedua, ia sedikit pening bagaimana apa yang dilakukannya selalu benar, kalau dia salah harus selalu benar. peraturan macam apa ini.

Ia sedikit menambahkan beberapa catatan didalam notesnya seperti: bos adalah dewa kurap yang tersasar di bumi dan sedang mencari penyembuhan, selama menunggu kesembuhan dia mencari hiburan diantara bawahannya.

"Peraturan ketiga dilarang melakukan kecantikan, ya maksudnya dilarang berdandan, tidak boleh membawa perlengkapan make up. Jika tidak sengaja akan didenda satu dollar."

"Pak, ga bisa gitu dong? bisa bisa saya bangkrut seperti ini!" Emily memprotes.

"memangnya kamu ngapain bawa make up segala, cukup bedak sama lipstik itu bisa mempertunjang kecantikan kamu!"

"Taa..pi pak saya gak bisa?" bantahnya

Mata laki - laki itu menyipit. Dari sisi yang dia tepati sekarang. Emily bisa menilai jika bosnya sangatlah tampan. Keningnya tidak terlalu lebar juga tidak terlalu sempit, matanya cekung dan dalam. Ia yakin nyamuk yang lewat pasti langsung pingsan saat memberikan lirikan yang tajam. Hidungnya mancung. Kemudian bibirnya.... bibir yang inigin sekali ia lakban karena terus mendikte peraturan yang sangat tidak masuk akal menurutnya.

"Ya ngga sih pak, saya kan perempuan gak cukup pak kalau hanya lipstik dan bedak. untuk maskara, lipgloss, eyeshadaw, liptin, dan sebagainya gimana pak, masa kalau ketauan membawa make up selain itu didenda pak?"

Kalau ia tau begini ceritanya dia tidak akan bekerja disini tapi gajinya yang membuatnya tidak bisa menolak.

Dia tidak akan pernah tau jika CEO Fargo Vers merupakan jelmaan malaikat super perhitungan. Baru awal saja dia sudah mengajaknya ribut.

"Apapun itu dan selain itu di anggap denda, next"

Gerutu samar lepas dari bibirnya. Si Bos tidak mempunyai perasaan! masih muda tapi kelakuan seperti kakek - kakek. Sangatlah Cuek, judes, maunya menang sendiri dan itu sangat menyebalkan.

"Tadi peraturan nomor berapa?" Tanya Sean tiba - tiba

"Nomor tiga pak"

Tuhkan benar baru aja dibilang kumatnya seperti kakek - kakek.

"Peraturan keempat : Dilarang memasukan kuntilanak ke ruangan saya" lanjut Sean

"Pak, saya kan bukan pawang jin gimana saya bisa lihat kalau dia masuk pak?"

Apa wajahnya seperti seorang dukun yang bisa melihat sosok gaib? What the hell no! Ayahnya keturunan seorang timur tengah sedangkan ibunya keturunanan jawa bagaimana mungkin dia memandangnya seperti seorang dukun.

"Saya hanya bercanda Emily Alexandria" jawabnya santai

What sekarang dia mengatakan hanya bercanda. Emang gila Bos nya ini.

"Pak kalau mau sport jantung saya jangan sekarang pak, saya belum siap" Ia memelas tolong

"Kuntilanak yang saya maksud itu bukan kuntilanak yang ada dipikiran kamu, tapi yang saya maksud itu kuntilanak alias jalang alias wanita murahan yang datang untuk menggoda saya, paham?"

Emily sampai lupa apa yang akan dicatat selanjutnya. " Pak maaf, tadi bapak ngomong apa, bapak kecepatan ngomongnya" protesnya

Sean melirik lalu menunduk kembali

"Skill kamu dimana Em, kenapa kamu sangat lambat. kalau jadinya begini saya gak akan terima kamu bekerja disini!" cibir Sean

Mood Emily langsung hilang diterpa badai nyinyiran. Bagaimana ia bisa menulis yang ia ucapkan dengan kecepatan tiga ribu kilometer perjam

"Bapak intropeksi diri dong, gimana saya mau menulis kalau bapak saja ngomongnya kecepatan"

Kepalanya sudah pusing. Dewa iblis memang tidak mempunyai rasa kemanusiaan.

"Ya sudah kamu keluar, saya mau kerja lagi"

Emily tampak bingung. Tadi dia berkata akan membuat peraturan sampai dua puluh lima tapi sekarang apa.

"Segini saja pak, tadi bapak bilang akan membuat peraturan dua puluh lima?"

"Saya berubah pikiran, sekarang kamu ambil kertas dan print out sekarang"

"Baik Pak"

"Sekarang keluar!"

Menahan napas, kakinya bergerak menuju pintu keluar dengan sedikit linglung. Pening yang sangat luar biasa menghantap kepalanya. Sekitar satu langkah Emily selamat dari ruangan itu, pintu langsung tertutup otomatis.

Emily hanya menggerutu kesal saat sudah keluar dari ruangan seperti neraka itu.

Akhirnya dia bisa makan siang bersama teman temannya untuk pertama kalinya. Untuk makan siang saja sangat jarang dia lakukan dan sekarang dia bisa lakukan.

Tatapannya kembali pada kertas yang dia laminating.

Peraa... tuuu... raaa.... nnnn.... Eks... klu....sif

SIALAN GRAZY!! SEAN VERNANDO BANGKE!! KENAPA DIA MENYURUHNYA UNTUK MENCATAT KALAU HASILNYA SUDAH DI PRINT OUT!!!!

DASAR MALAIKAT BERHATI IBLIS BOS GILA!!!!!

Emily sangat kesal dengan kelakuan bosnya, bagaimana dia tidak kesal karena dia sudah di permainkan seperti ini. Dia sangat membenci bosnya itu. Yang semena mena terhadapnya.

"Kenapa kamu Em, bos lagi?" Tanya Ane karyawan yang menjadi teman Emily.

"Kamu pikir siapa lagi yang bikin hati aku kesal setengah mati"

"Biasain aja sih Em, lama - lama kamu juga betah di sini sama sifat Bos"

"Apa kamu bilang biasain! tekanan darah lama lama aku An, baru aja kerja disini tapi udah di buat frustasi dengan bos gila itu" Pekik Emily sangat frustasi

"An"

"Apa? aku memang gak suka ya sama tuh CEO, ganteng sih tapi ditaktornya itu selalu bikin aku kesal setengah mati tau nggak!"

"Em.. itu..." Ane tampak takut saat menatap Emily.

"Apa sih An, dari tadi manggil - manggil terus, kenapa?"

"hmmm...!!!!" dehem seseorang

Emily tertegun mendengar suara yang sudah tidak asing baginya.

"Eh.. Bap.."

"Saya tidak suka karyawan yang hanya menghabiskan gosip bukan melakukan pekerjaan dengan baik" Ucapan Sean sukses membuat nafas Emily berhenti sekarang. Ia memadang Emily dengan tajam seakan tengah menyiapakan peluru dari kedua matanya yang siap kapan saja menghantam jantung Emily.

Sean meninggalkan Emily dan Ane yang diam mematung ditempatnya.

"Kamu sih nyerocos aja dari tadi"

"Tapi kan seenggaknya kamu kasih kode ke aku"

"Ya Ela Em, aku udah berapa kali kasih kode, tapi kamunya aja gak peka"

Emily hanya berdengus kesal, sudah lah percuma menyesal ini semua sudah terjadi

Ini pertama kalinya ia dipergoki dengan bosnya itu. Setelah dipergoki oleh bosnya mereka segera menuju ke kantin untuk makan siangnya.