Saat ini Sean sedang berada diruang meeting kantornya, Tentunya bersama sang sekretarisnya. Keduanya selalu beradu argumen dan membuat opini - opini yang tentu selalu dimenangkan oleh Sean.
"Apa kamu sudah siapakan?"
"Iya" jawab Emily mencatat beberapa hal yang menurut Sean sangat tidak penting
Sean memperhatikan Emily yang entah kenapa sangat berbeda hari ini. tak ingin hanyut dalam pikiran tersebut, ia kembali menjadi Sean yang profesional.
"Jadi dalam setahun ini penjualan kita mengalami peningkatan, untuk produk selanjutnya yang akan dipasarkan selanjutnya adalah pembersih lantai yang berbeda dari produk lainnya." ucap Sean
Emily sama sekali tak memperhatikan presentasi Sean, ia sejak tadi hanya sibuk menulis.
Sean melirik sekilas ke arah Emily, ada apa dengan wanita ini?
"Pak, jika pembersih lantai, bukankah produk ini biaya nya sangat banyak?" tanya seorang dari tim pemasaran
"Saya rasa tidak seperti itu, kali ini bahan yang kita gunakan akan sangat praktis"
"Cuka merupakan bumbu masak yang mudah di dapatkan, begitu pula dengan jeruk. Campurkan kedua bahan ini bermanfaat sebagai pembersih lantai, juga sebagai disenfektan"
Semua yang berada disitu sontak tersenyum bangga. walaupun boss mereka yakni Sean sering memberikan sanksi tegas karyawannya. Perusahaan ini tentu tidak hanya bergerak dibidang properti, tetapi juga perhhotelan serta pembuatan produk rumah tangga
"Baik pak"
"Baik, sekian dari meeting kita hari ini, terima kasih"
Para tim keluar dengan perlahan.
Emily membereskan berkas yang ia bawa.
"Emily"
Emily memalingkan wajahnya ke Sean
"Kamu kenapa?"
"Gak papa pak" Jawab Emily dengan senyumannya
"Buatkan saya kopi"
"Emang kopi yang tadi belum habis pak?"
"Buatkan saya Emily"
"Bapak saya tanya emang kopi yang tadi gak habis. Malah di jawab lain" kesalnya
"Kamu kenapa sih susah dibilang?"
"Pak, saya hanya memastikan saja"
"Ya sudah kalau gitu, gak usah buat saja"
"Beneran pak"
"Iya"
"Tapi gaji kamu saya potong"
Emily sangat kesal. Ia sudah menduga pasti hal ini terjadi.
"baik lah pak, saya buatkan"
Emily berjalan dengan malas ke arah pantry kantornya.
Saat Sean suah berada di dalam ruangannya, ia heran mendapati sosok laki - laki yang familiar baginya. Iasedikit menebak mungkinkah dia teman lamanya atau klien yang tidak diundang. Namun saat laki -laki itu menghadap ke arahnya. Sean sangat terkejut.
"Dafa?"
Sialan lo Sean, lama banget sih, sampai lumutan gue nunggunya"
Sean sangat terkejut ternyata dia sahabatnya waktu masa kuliah. Ia langsung memeluk laki - laki itu dengan erat.
"Kapan di Jakarta?"
"Udah sekitar seminggu"
"Ngapain?"
"Bokap suruh aku ngurusin perusahaannya, karen dia mau pensiun"
Sean manggut - manggut.
"Udah move on ?" tanya Dafa dengan seringaian.
Sean hanya mengedikan bahunya.
"Aku bingung sama perasaan aku, kenapa gue harus menyukainya disaat dia sudah punya suami"
"Emang dia cinta sama kamu?"
"Entah lah Daf, kemarin tiba - tiba saja dia kembali ke Indonesia setelah sekian lama gak ada kabar"
"Kenapa dia kembali? bukannya diasangat bahagia bersama suaminya"
"Aku gak tau Daf, kenapa dia kembali"
"Mungkin..." ucap Dafa saat terdengar bunyi ketukan dari arah luar
"Masuk"
"Pak ini kopinya" Ucap Emily tanpa sadar ada orang diruangan tersebut.
"Emily"
"Ha!? Kak Dafa..." Ucap Emily girang sekalugus terkejut saat mendapati orang yang sedang di ruangan Sean merupakan sosok yang paling spesial dalam hidupnya.
Emily memeluknya dengan kencang.
"my sweet Emily"
Sean menatap heran ke arah Emiy dan Dafa. Bagaimana keduanya bisa saling mengenal.
"hmmm" dehemnya
Keduanya melepaskan pelukan
"Kalian...."
"kak, kok bisa disini? kapan datang? kok gak ngasih tau aku"
Emily mengabaikan bosnya yang seperti kawah panas tersiram air
"Dafa mencubit pipi Emily dengan gemasnya.
"Aku datang seminggu kemarin. Aku ingin datang kesini ingin segera menikahimu Em" Emily yang mendengar itu tersipu malu
Sementara Sean geram dengan pernyataan Dafa
"Aku juga babe"
Sean benar - benar terkejut mendengar pernyataan Emily
"Emily, bisa kamu keruangan kamu sekarang?"
"Tapi pak, say..."
"Sekarang Emily, jangan membantah perintah saya!"
Emily hanya mendengus kesal medengar perintah Sean.
"Kak, aku keruangan aku ya, lain waktu kita ketemu ya?" Emily mengerlingkan mata nakalnya
Sementara Sean semakin heran mendengar ucapan keduanya
Wit, Apa kamu ingin menikahinya?"
"Ada apa bro?"
"Kalian punya hubungan?"
Namun tiba - tiba ponsel Dafa berbunyi.
"Hallo sir"
"....."
"Ah, okey"
"..."
"I will arrive soon"
"Maafin aku Sean, gue harus pergi ke perusahaan, sampai nanti"
"Tap..."
Daffa pergi begitu saja tanpa mengatakan apa - apa lagi. Namun pikiran Sean kesana kesini. Apa hubungan mereka berdua sampai kelihatan akrab seperti itu.
"Apakah mereka segera menikah. Kalaupun dia mempunyai hubungan tidak mungkin sahabatnya itu tidak bercerita kepadanya. Daffa tipe orang yang selalu bercerita dengannya tentang soal percintaan. Namun di biodata kantor Emily mengatakan belum menikah. Aishhh apa - apaan ini. Tapi dia kenapa seperti ini. Apa urusannya jika Emily menikah dengan sahabatnya.
bodoh sekali!
*****
Saat ini Emily sedang berkutat dengan berkasnyaa. Sementara jam sudah menunjukan angka sebelas. Ia tak pernah bosan dengan rutinitas yang hanya begini saja setiap harinya.
Setelah berkutat cukup lama Emily merasa haus, ia berjalan kearah pantry
"Aduh..." lirihnya saat gelas kaca jatuh mengenai kakinya
"Untung gak pecah" gumam Emily
Setelah mengambil air ia kembali ke ruangannya namun suara yang sedikit ribut menganggunya.
Namun ia berjalan pelan kearah asal suara itu, saat sudah menemukan sumber suara yang ia dengar. Ia berhenti didepan ruangan CEO nya. Dengan rasa penasaran yang tak tertahan, dibukanya sedikit pintu tersebut.
Mata Emily melotot melihat adegan di depannya.
Sean laki - laki itu sedang berciuman dengan panasnya bersama dengan, Dara?
Ah, bukannya Dara sudah punya suami ya. meng..., Aduh kenapa dengan dirinya. baru saja ia ingin pergi matanya dan Sean bertemu.
Emily gelagapan dan langsung lari meninggalakan Sean yang masih berciuman dengan panasnya bersama Dara
Ia berjalan menuju arah lift. Saat pintu tersebut akan tertutup tiba - tiba sebuah tangan menghalanginya.
"Kenapa kamu seperti melihat setan" Ucap Sean
"Tii...dak pak" ucap Emily gugup
Sementara Dara, ia sedang asik bergelayutan manja di dada sean. Emily yang melihat itu hanya menatap jijik kearahnya. Setelah pintu lift terbuka ia segera berlalu dari dua insan membuatnya ingin muntah.
Emily sedang menunggu taksi. tapi tiba - tiba ada seseorang yang datang.
takkkk!
"Awww" rintih Emily
"Kamu!"
"Maaf Pak"
"Dengar ya, lain kali jangan sering ngintip orang, nanti mata kamu bisulan" ucap datar Sean berhasil membuat Emily mencibir tidak jelas. Lagian siapa suruh beradegan panas di tengah malam dikantor. Untung ketahuannya oleh dirinya, coba kalau dengan karyawan yang lain, udah digosipin kali ah
Sean pergi begitu saja meninggalkan Emily yang sedang menunggu taksi yang tunggunya itu. Sudah hal biasa boss nya meninggalkannya serperti sebelumnya.