Emily sudah berada di taksi tetapi tiba - tiba dering telponnya berbunyi. Ternyata yang menelponnya adalah sahabatnya Sakila. Pasti sahabatnya menelpon ada maunya. Dia sudah paham dengan Sakila.
"Kenapa Sakila?" Ucap Emily
"hiks... hiks... Em.." Ucapnya sambil tangis terisak
"Kenapa kamu, kok nangis?"
"Tristan Em, dia mutusin aku"
"Lagi?" Tanya Emily.
Sakila memang sudah lama berpacaran dengan tristan saat di bangku kuliah, ini bukan kali pertamanya dia menangis diputusi sama kekasihnya itu. Ada waktu itu, Sakila menangis seperti ini dan pada akhirnya dia akan ke klub disana dia mabuk mabukan. Emily lah yang harus menghubungi kekasihnya agar mau di ajak pulang. Sakila tidak akan mau pulang jika bukan tristan yang datang kesini.
"Dimana kamu? jangan bilang kamu di klub ya Kil?" Tanya Emily
"aaaa...aku butuh tristan Em"
Tiba tiba saja sambungan telpon terputus. Dengan rasa kawatir Em langsung saja menuju klub tempat Sakila berada.
Dengan langkah cepat Emily masuk ke dalam klub disitu. Dia paling benci berada disini. Karena menurutnya disini adalah tempat orang orang yag sedang frustasi menghadapi setiap masalah. Suara musik yang sangat keras, banyak orang yang berjoget dengan nyamannya. Emily mencari kesana kesini. Akhirnya Emily melihat Sakila yang sedang mabuk di meja bar.
"Kil, kamu kenapa sih seperti ini, bikin repot aja sih"
"Kamu... Emliy sahabatku" Racau Sakila yang setengah sadar.
"Aku telpon Tristan, supaya kamu pulang"
tut... tut... tut....
"Hallo" ucap Tristan disana
"Tris, kamu kesini sekarang?"
"Kemana Em?"
"Kamu tau, Sakila mabuk mabukan disini, kalian kenapa sih putus mulu?" Emosi Emily
"Aku muak dengan Sakila, yang terlalu cemburuan. Aku gak peduli kamu urus aja dia sendiri"
"Dia gak akan mau, kalau aku yang ngajak pulang, Kamu tau kan kalau kamu gak ada di depannya sekarang, kamu akan menyesal nanti" Ancam Emily
"aaarrgghhh merepotkan saja dia. tunggu aku, aku akan kesana"
Emily mematikan sambungan telponnya. Sakila sudah tak sadarkan diri. Dia sangat bingung harus bagaimana, karena dia tidak mengenal satupun orang disini.
"Akhirnya datang juga" Ucap Emily sambil menyerahkan Sakila ke Tristan
"Tristan akhirnya kamu datang" Ucap Sakila memeluk Tristan
"kamu kenapa sih, bikin repot aja"
"Ya lagian kamu, udah tau Sakila cinta mati sama kamu masih aja putus"
"Aku muak Em, muak dengan sifatnya.. Ya udah aku pulang dulu ya, mau aku anter juga?" tawar Tristan
"hmm.. ga usah de Tris, aku bisa pulang sendiri. Jagain dia ya.."
"Oke. Aku pulang ya"
Mereka berdua meninggalkan Emily. Ketika Emily hendak mau melangkah kakinya keluar, tiba - tiba saja dia menangkap sosok laki - laki yang ia kenal. Betapa kagetnya dia ternyata itu bossnya sendiri.
"Pak Sean?! ngapain dia disini? Samperin gak ya? tapi kalau disamperin pasti ada aja yang buat aku susah nantinya"
Lama Emily berpikir. Tapi dia harus menolong bossnya. Kalau tidak pasti ia akan jadi santapan wanita jalang disini.
Dengan langkah pelan Emily ke tempat bos nya berada.
"Pak, bapak mabuk?" ucapnya
"Siapa ya?" Ucapnya setengah mabuk
"Saya Emily pak"
"Oh Emily sekretaris saya?"
"Siapa lagi pak kalau bukan sekretaris bapak"
"Antarkan saya pulang?"
"Kok saya pak?" ucapnya
"Siapa lagi kalau bukan kamu, buruan Em!!
"Iya iya"
Degan malas Emily membompong Sean ke mobilnya. Sean sangat lah berat dengan tinggi 180 cm sedangkan dia hanya 160 saja. ah menyusahkan sekali dia.
"Kamu yang nyupirin saya"
"Saya ikut bapak?"
"Iya Em, kamu ikut saya!"
Emily paling benci saat Sean meyuruhnya dengan paksa. Jika ia tidak ikut perintahnya tidak lain pasti ancamannya gaji akan di potong.
Setelah sampai dirumah Emily membawa Sean ke dalam rumahnya. Hendak saja Sean akan di baringkan, Sean bertingkah seperti anak kecil. Dia berjalan kearah kulkas dan mengambil semua yang ada di dalam kulkas.
"Pak. bapak ngapain sih dikeluarkan semua?"
"Sebagai bos yang baik, saya akan memperlakukanmu sebagai seorang ratu"
Emily melotot dengan apa yang di ucapkan Sean. Dia tidak habis pikir apa yang dia bicarakan, Kesambet iblis apa dia?
Sean menuangkan minuman ke gelas Emily.
"Nih minum" ucap Sean dengan posisi wajahnya sangat dekat dengan Emily
Emily terkejut, matanya berkedip kedip saat Sean mendekati wajahnya ke arah Emily.
"Kamu cantik?" ucap Sean
"Pak, bapak sehat kan?" Tanyanya bingung
"Andai aja kamu gak bawel, gak berontak pasti saya sudah nikahi kamu"
Whattt... ada apa dengan bosnya. Lagi mabuk bisa - bisanya dia mengatainya dan mengajaknya nikah. Aneh
"Udah ah, pak saya mau pulang"
"Eitsss tunggu Em, mau kemana kamu?"
"Pulang pak"
Sean menarik tangan Emily lalu mendudukinya ke sofa.
"Bapak ngapain sih, saya mau pulang"
Gawat jika macam macam. Awas aja kalau Sean macam macam dia pasti akan membunuhnya sekarang juga. Dengan seribu langkah Emily kabur dari sarang Iblis.
*****
Keesokan harinya. Sean bangun dengan keadaan sangat pusing di kepalanya. Dia memegang kepalanya sangatlah sakit. Sean bingung kenapa dia tidur di sofa. bukannya dikamar. Dan Sean coba mengingat ngingat apa yang dia lakukan semalam. Terkejutnya dia saat mengingat semuanya dan apa dilakukannya.
"Oh, kenapa aku seperti ini" Ucap Sean sadarnya. Sean mengacak rambutnya betapa malunya dia bersikap seperti itu. Dia memikirkan bagaimana dia jika bertemu Emily dikantor.
Sesampai dikantor. Sean melangkah dengan pelan - pelan saat menuju keruangannya. Dia melihat tidak ada sekretarisnya di ruangannya. Lalu dia dengan langkah cepat menuju ke ruangan kantornya. Karyawan yang melihatnya sangat bingung dengan tingkah bosnya itu.
"Pak!!" Teriak Emily
"AAAAAAA" betap terkejutnya Sean saat ada seseorang yang meneriakinya. Dengan raut muka yang sangat kaget seketika Sean berubah menjadi sikap yang bijaksana.
"Kamu....!" Ucap Sean sambil menunjuk jarinya ke arah Emily.
"Bapak kenapa, jalannya seperti itu? malu ya pak dengan kejadian semalam?" ledeknya sambil terkekeh
Tanpa berkata apa apa Sean masuk ke dalam ruangannya dengan pipi merahnya.
Emily tertawa terbahak bahak dengan tingkah bosnya itu. Senang sekali dia bisa membuatnya malu setengah mati.
Seperti biasa sebelum melakukan tugasnya Emily membuatkan kopi bosnya. Dia menuju ke pantry setelah itu masuk menuju ruangan Sean.
tok tok tok
"Permisi pak, ini kopinya" Ucap Emily sambil menaruh gelas di meja.
"Terima kasih Em, oh Iya Em, soal kejadian semalam...."
"Aaaa gak papa pak, saya maklumi kok" ucapnya memotong pembicaraan Sean
"Maksud saya, semalam saya gak ngapa - ngapain kamu kan?"
"Menurut bapak?"
"Em jangan main - main sama saya ya?"
"Siapa juga yang main - main sama bapak, emang saya anak kecil mau diajak main"
"Em!"
"bercanda pak"
"Ya sudah kamu keluar sana, saya sibuk!"
Lagi dan lagi seperti biasa memerintahkannya untuk keluar dengan seenaknya.