Chereads / The Boss Is Devil / Chapter 15 - 15

Chapter 15 - 15

Hari ini mereka akan pergi keluar kota untuk melakukan proyek dengan perusahaan besar. Dan sebagai sekretaris Emily harus mengikuti kemanapun bosnya pergi.

"Kamu jadi hari ini berangkatnya nak?" tanya ibunya

"Jadi bu" ucap Emily

"Kalau gitu kamu sarapan dulu"

"Iyah bu"

Akhirnya Emily menuruti ibunys untuk sarapan sebelum ia melakukan tugasnya. Selesai makan Emily berpamitan kepada ibu dan kedua adiknya.

"Bu, aku pergi ya, dek jagain ibu ya selama aku gak ada disini" Ucap Emily

"Siap kak" ucap keduanya kompak

Emily harus segera cepat ke kantornya karena bosnya mungkin telah menunggunya disana. Emily sudah tidak heran jika mereka harus keluar kota dia pasti menunggunya di halaman kantornya, entah kenapa bos nya itu tidak mau untuk menjemputnya kerumah

Sesampainya di halaman kantor Emily mencari keberadaan bosnya tetapi belum ada tanda tanda kedatangannya. Jika dia setengah jam lagi belum ada dia akan membunuhnya persetan dengan hukum.

Tin tin tin

Klakson berbunyi dan Sean membuka jendelanya melihat sekretarisnya memasang muka juteknya

"Em, buruan masuk" ucap Sean saat membuka jendela mobilnya

"Bapak lama banget sih, saya capek tau nugguinnya" protes Emily

"Kamu tidak tau hari ini weekend jalanan sangat macet tau"

"Alasan" gumam Emily

"Saya dengar itu, buruan masuk" perintahnya

Emily segera memasukkan ranselnya dibelakang kursi lalu ia masuk ke kursi depan.

"Kamu kenapa sih cemberut terus?"tanya Sean

"Bapak tau gak saya nungguin bapak hampir sejam disini"

"Tau"

Emily membelalakan matanya karena ucaan Sean sangat enteng, dia tidak pernah menghargai karyawannya.

"Kalau dinegara ini gak ada hukum negara ya, udah saya bunuh bapak sekarang" ucapnya

"Emang kamu berani?"

"Siapa bilang saya takut"

"Saya jelasin sedikit ya Em, jika saya kamu bunuh otomatis kamu akan dipecat dan akan masuk penjara. Kamu gak mikirin keluarga kamu gimana?" ucapnya

Benar juga dikatakan bosnya ini, jika dia membunuh bosnya bisa bisa dia akan dipenjara dan dipecat terlebih lagi tidak digaji sama sekali. menghayalkannya saja sudah cukup seram apa lagi jadi kenyataan.

Emily bergidik ngeri. Sementara itu Sean hanya tersenyum melihat tingkah laku Emily.

Tidak ada percakapan lagi selama perjalanan, Sean melirik ke arah Emily yang sedang tidur dengan pulasnya. Bisa bisanya dia neninggalkan bosnya sendirian sementara dia sedang bermimpi indah

Perjalanan menuju ke Bandung cukup lah lama karena banyak orang yang melakukan perjalanan dihari weekend. Butuh 6 jam baruah mereka sampai di tempat tujuannya.

"Emily bangun" Sean menepuk nepuk pipinya agar terbangun tetapi tetap saja Emily tidak terbangun

Tanpa sadar Sean menatap wajah Emily yang begitu cantik dia mengelus rambutnya lalu menuju pipinya dan berakhir di bibirnya. Bibir nya yang diolesi lipstik warna pich menambah kecantikannya. Tapi siapa sangka Emily yang merupakan lulusan pendidikan yang biasa biasa untuk ukuran seorang sekretaris namun ia sangatlah pintar dan berbakat dalam urusan perusahaan Sean saja rasanya kagum.

Selama menjadi sekretarisnya Sean merasa Emily sangat santai untuk seorang bawahan terhadap atasannya, ia tak segan membentaknya jika sedang jengkel atau marah ketika tidak suka. Sean cukup tenang jika itu masih dalam bentuk wajar, setidaknya Emily masih berada disisinya entah sampai kapan.

Selama ini seluruh pikirannya berpusat pada pekerjaannya, masalah percintaan baginya sangat menyakitkan. Hanya Dara yang menemani kekosongannya tetapi mau dikata apa lagi Dara sudah menikah dia tidak mungkin mencintai seseorang yang sudah memiliki suami.

Mama Sean selalu bertanya kapan dirinya akan menikah tentu Sean terganggu dengan pertanyaan mamanya. Ibunya merupakan single perent, ayahnya sudah lama meninggal saat Sean berada di bangku SMA dan perusahaan yang sekarang ia kelolah yaitu perusahaan ayahnya dan sebagai anak tunggal ia harus meneruskan perusahaan yang sudah didirikan ayahnya dari nol. Sean memang miris dengan masalah percintaan yang pelik sampai sekarang ia belum menemukan kekasih.

"Errgghhh" Emily melenguh dalam tidurnya, matanya menatap disekitar dan seakan tersadar ia terbangun melihat bossnya melihatnya dengan tatapan tidak mengerti

"Maaf Pak saya ketiduran" Ucap Emily tertunduk saat kesadarannya sudah terkumpul.

"Hmm.. ayo pak kita turun" Emily membuka seatbeltnya dan akan segera turun mobil Sean namun sebelum hal itu terjadi Sean mencekal tangan Emily

"Tunggu dulu. Kamu harus bertanggung jawab Emily!"

Emily kebingungan. Maksud dari bertamggung jawab itu apa, apa yang ia lakukan, padahal.Emily hanya tertidur tanpa mengganggunya sama sekali

"Maksudnya apa ya?" tanya Emily dengan nada kesal

Sean tetap diam, ia menatap dalam mata Emily kemudian Sean menarik tekuk lehernya dan menciym bibir Emily yang lembab. Sean menatap keterkejutan Emily dan dengan refleksnya Emily menggenggam kaos Sean.

"Emily diam kamu!" Sean menggeram saat Emily terus memukul mukul dadanya dengan kuat

"Maksud bapak apa nempelin bibir bapak ke bibir saya" Emily menggeram saat dia berhadil mendorong badan Sean dengan kuat

Sean mndekatkan bibirnya ke Emily masih merasakan hembusan nafasnya didekat sean, tanpa berpikir panjang Sean kembali menempelkan bibirnya dan berdiam diri, dia ingin melihat respon jika ia menciumnya kembali dan ternyata dia hanya diam dan melanjutkannya.

Entah dorongan dari mana Emily ingin sekali mencicipi bibir bossnya itu. Tapi logikanya berkata ini tidak benar namun hati Emily berkata 'Ayo Em, ini yang kamu dambakan'

Sean kembali menekuk leher Emily.

CUP

Sean menciumnya dengan dalam. Sean mulai mengecap bibir Emily dan beberapa kali menjilatnya ia juga menghisap bibir manisnya itu.

Mata Emily berkunang kunang mendapat serangan yang tak terduga. Kali ini ia tidak pungkiri bahwa ia terbawa suasana dan dia hanyut dalam ciuman Sean. Bibir Sean sangat lah manis, astaga dimana ego dia selama ini yang ia junjung.

Emily tak hanya diam, Emily menggigit bibir bawahnya dengan lembut sehingga dengan otomatis Emily membuka mulutnya dan Sean kembali merasakan perasaan membuncah dadanya yang mulai tak karuan. Emily kali ini membalas ciuman Sean namun masih kaku lalu Emily mengalungkan tangannya ditekuk Sean.

Sean tersenyum dalam ciuman mereka, ia senang bukan main dan membalas setiap kecupan yang diberikannya. Ciuman mereka semakin panas sean semakin menempelkan badannya ke Emily walaupun terhalang oleh seatbeltnya ia tahan dengan sesuatu dibawah sana yang meronta ronta ingin dilepaskan.

Tangan Sean meraba dengan lembut perut Emily dan itu membuat Emily merasa sangat tidak bisa diungkapkan ia merasa geli dan nyaman namun saat tangan Sean mulai kembali naik kembali keatas dan berhasil meremas kedua gundukan yang membuatmya penasaran sedari tadi.

Emily langsung mendorong Sean, ia menatap Sean dengan napas terengah engah seperti kehabisan oksigen.

"Hmm.. aa..nu pak lebih baik kita masuk kedalam udah malam" Emily membuka pintu mengambil ranselnya dan pergi begitu saja meninggalkan Sean.

Sementara Sean yang masih didalam memukul stirnya dengan kesal, seharusnya ia tidak gegabah namun dilain sisi hatinya begitu senang jantungnya juga berdrgub kencang sangatlah kuat, jika seseorang berada didekatnya mungkin debarannya akan terdengar.

"Aku sudah gila karena kamu Emily" gumam Sean tanpa sadar