Sudah seminggu lamanya Emily bekerja di Fargo Vers Acompany. Tes masuknya saja, Emily menyingkirkan tiga ribu orang. Belum lagi dengan training panjang yang sangat melelahkan. Tidak ada kata mudah untuk mencapai titik yang seperti ini. Apakah Emily akan mundur begitu saja setelah tau sifat bosnya? Oh tidak mudah untuk melepaskan apa yang sudah dia dapati sekarang. Sean Vernando! si kampret ini sekali kali perlu dihajar agar tidak kurang ajar menyusahkan karyawannya.
"Aku balik An"
"Loh kok cepet, waktu istirahat juga belum selesai"
"Udah kenyang, duluan ya"
Dia akan baru saja menjalankan misinya untuk menaklukan kekejaman Pak bosnya itu. Hobinya adalah mencari kesalahan kinerja pegawai. Dia tidak boleh terlambat, jika terlambat habis lah dia.
Emily menghela nafasnya melihat beberapa tumpukan dokumen yang belum dia selesaikan sama sekali.
Tanpa sadar Sean keluar dari ruangannya dan melihat Emily menghela nafasnya.
"Kenapa kamu menghela nafas, ada masalah dengan pernapasanmu?" tanya Sean dingin
"Emily hanya mendengus kesal mendengar pertanyaan bos diktaktornya itu"
"Bukan urusan bapak kalau saya sakit" jawabnya dengan cuek
"Kamu bilang bukan urusan saya, kamu ini sekretaris saya, kalau kamu masuk ke ruangan atau dekat dekat saya bisa bisa menular lagi"
"Dikira aku sakit HIV kali bisa menular" gumamnya.
"Saya mendengarnya Em"
Sean meninggalkannya setelah beberapa menit dia masuk kedalam ruangannya lagi.
Emily mendenguskan wajahnya kemudian melanjutkan memeriksa dokumen yang menumpuk seperti biasa. Ia merenggangkan tubuhnya sedikit untuk mengusir pegalnya. Para mantan sekretarisnya meninggalkan jejak sampah di sini sehingga dirinya lah yang harus repot mengakumulasikannya.
"Emily, segera keruangan saya"
Interkom yang berada dekat dengan komputernya berbunyi. Oh, suara iblis sepertinya meluluhlantakkan perasaannya. Sedikit merapikan pakaiannya, takut ada bagian yang kusut dan dikomentari si dewa iblis, Emily berjalan cepat menuju ruangan Sean.
"tutup pintu dari luar"
Ia sedikit bingung tak paham. Baru saja masuk, bagaimana dia menutup pintunya dari luar?
"Saya bukannya hantu pak yang bisa menembus pintunya kembali pak? bagaimana bisa saya sudah masuk dan harus menutup pintunya dari luar" protesnya
Tatapan mata tajam Sean terarah padanya.
"Saya.. mau.. kamu... tutup.. pintunya... kembali" Sean menekan kata katanya dengan seksama.
"Pak, tadi saya sudah mengetuk pintu"
"Ulangi, ingat peraturan nomor dua Em"
"Iya pak, saya ulangi"
Dengan mood yang sangat jelek Emily pergi kembali ke pintu.
tok tok tok
"Masuk"
Terdengar sahutan dari dalam, Emily membuka pintunya dengan wajah sebal
"Pak, kenapa bapak memanggil saya"
"Ulangi"
Emily sangat kesal dengan kelakuan yang dilakukan Sean. Emily pun segera pergi dari ruangan dan melakukannya kembali
tok tok tok
Senyum Emily mengembang dengan sangat manis tapi mengesalkan "Permisi Pak Ada yang bisa saya bantu"
"Tidak ada, silahkan keluar saya sibuk!"
Emily sangat sangat marah. Apa - apaan Emily sudah berusaha untuk melakukan perintahnya tapi apa yang dia lakukan dan seenaknya berkata tidak ada dengar sekali lagi tidak ada. What apa apaan ini.
Tangannya mengepal di sisi tubuhnya. Sean Vernando hanya mengerjainya. Si Iblis itu menguji mentalnya saja!!!!! dia baru beberapa hari kerja disini tapi dia sudah mengerjainya untuk dua kali. dasar dewa Iblis.
Emily langsung membuka pintunya dan menutupnya dengan sedikit keras.
Sean yang melihat itu hanya tersenyum miring dan melanjutkan pekerjaannya.
Emily melihat jam tangannya yang menunjukan jarum angka enam. Akhirnya jam pulang berakhir, ia segera memberekan mejanya dengan tumpukan dokumen yang banyak.
"Arrgghhhh" erang Emily sambil merenggangkan kedua tangannya.
Ia masuk kedalam ruangan Sean mengingatkan bahwa jam pulang sudah berakhir
tok.. tok... tok...
"Pak, waktu jam kerrja udah selesai, bapak belum pulang?"
"Saya harus mengerjakan dokumen yang belum selesai, kamu boleh pulang" ucap Sean
"Baik pak, saya permisi sampai jumpa besok pak" Ucap Emily kemudian melenggang meninggalkan Sean yang menghela nafas.
Emily menuju kearah lift untuk turun, tapi dia menghentikan langkahnya ketika ia baru mengingat ada hal yang harus disampaikan kepada bosnya itu. Buru buru ia keruangan CEOnya tersebut.
Sean merasa lapar yang tiba - tiba menghampiri, ia memanggil sekretarisnya tapi tidak ada jawaban dia baru mengingat jika dia sudah pulang terlebih dahulu. Sean membuka lemari es dan disitu hanya terdapat buah Apel.
"Ah, lumayan lah bisa untuk ganjel perut" ucapnya
Ia mengambil pisau di rak piring dan mengupas dengan cekatan.
clek
Suara pintu terdengar dari ruangannya terbuka dan membuat Sean terkejut, sehingga tak sengaja dia mengiris tangannya sendiri.
"Aduh.. pak maaf"
Sean mendongakkan kepalanya kearah Emily
"Kenapa kamu belum pulang Em"
"Saya lupa pak, ada yang mau saya sampaikan ke bapak"
Emily melihat itu lantas merasa bersalah, ia langsung mengambil kotak p3k dilemari dekat dengan rak - rak.
"Sini pak, saya obatin"
"Tidak usah"
"Ih bapak, cepatan dong saya merasa bersalah karena membuat bapak kaget"
"Kira saya kamu hantu"
"Bapak takut sama hantu"
"tidak"
"Ah bapak, pasti takutkan, coba saya menyamar jadi Iblis penunggu kantor ini"
"jangan mcam macam kamu Em" ucapnya meringis menahan takutnya
"hahahahahaha tuh kan bapak takut"
"Diam kamu Emily"
"Maaf pak, saya hanya bercanda"
"Jangan bercanda sama saya"
"iyah pak, Pak saya pulang duluan, oh iya pak saya cuma mau menyampaikan besok ada Pak Yoga akan datang mengunjungi bapak katanya ada yang mau diomongkan sama bapak" Emily akan segera beranjak dari duduknya menempelkan plester kejari telunjuk Sean yang terkena pisau.
"Tunggu sebentar"
"Bapak lama gak, saya mau pesan taksi nih" Ucap Emily beralasan karena dia tidak ingin berlama lama dengan bos iblisnya ini.
"Sebentar, temani saya"
Emily mengutuk dirinya sendiri, kenapa dia kembali lagi ke ruangan bosnya dia menyesali perbuatannya. Mau tidak mau Emily menunggunya sampai dia tetidur di sofanya
Sean menghampiri Emily
"Em,bangun mau pulang gak"
"ah berisik" gumam Emily
Dengan kuat di goncangkan tubuhnya membuat Emily terlonjak kaget
"Bapak, kasar banget sih"
"kamu mau pulang gak"
"Mau lah pak, bapak aja dari tadi nahan saya gak boleh pulang" kesalnya
"Ayo" Ucap Sean yang sudah berjalan menuju pintu keluar ruangan tersebut
Emily mendengus malas seraya menguap karena saat ini kantuknya masih menguasai dirinya. Jika saja tidak ada cctv di ruangannya dia sudah pasti akan membunuhnya.
Emily memasuki mobil Sean seraya menghentakkan pintu mobil tersebut.
"Kenapa kamu masuk" tanyanya datar
Emily menaikan alisnya yang tampak bingung " bukannya, bapak kasih saya tumpangan ya?"
"Siapa yang bilang saya kasih tumpangan ke kamu?"
Emily melotot mendengar ucapan Sean. Ia melihat jam tangannya sudah menunjukan setengah sebelas.
"Baik lah pak saya keluar"
Emily berharap Sean akan membujuknya karena ia sejak tadi memasang muka sedih. Tapi tampaknya Sean tidak peduli akan itu.
"Ya sudah saya duluan ya, kamu bisa naik taksi kan? saya ada urusan tidak bisa mengantarkan gelandangan seperti kamu"
"APA!!!!!, pak, arghhh bos sialan!" Emily berteriak dengan frustasi melihat Sean sudah menjauh.
Beginilah nasib punya bos yang gak punya perasaan, untung ada taksi lewat. coba kalau tidak ada, bisa bisa dia mati sia sia disini karena kantornya kawasan rawan begal.