Sean meninggalkannya begitu saja disana. sebenarnya dia tidak tega meninggalkannya tetapi dengan mulutnya yang bawel itu sudah membuatnya pusing.
Dia tersenyum setelah meninggalkan Emily. Sebenarnya dia mau saja mengantarnya tetapi dia terlalu lelah untuk mengantarkannya. Ya. karena mereka tidak satu arah.
ting ting ting
"Hallo nak, kamu belum pulang?" tanya wanita diujung telepon sana
"Ini Sean udah dijalan ma, bentar lagi sampai kok" ucapnya
"Oh. kalau begitu hati hati ya"
"Iyah mama"
Sean sangat menyayangi mamanya terlebih dia anak satu satunya otomatis dia menjadi kebanggaan keluarganya.
Sedang asiknya Sean mengendarai mobilnya. Sean dikejutkan oleh suara hp nya berbunyi.
"Hallo. pak, bapak masih hidup" ucap wanita itu
"kamu kira saya sudah mati apa" geramnya
"hihihi maaf pak, saya cuma mastiin aja kalau bapak masih hidup aja"
"emang dasar ya kamu, doain bosnya cepat mati ya? ada apa kamu telpon saya? "
"Sebenarnya gak ada apa apa pak, saya liat bapak online tadi makanya saya coba telpon eh ternyata diangkat" jelasnya
"bener bener ya kamu"
"see you bapak"
tut tut tut sambungan terputus begitu saja. Sean sangat kesal dengan sekretarisnya itu. kenapa tidak menelponnya cuma bilang tidak ada apa apa. What the hell.
Lihat saja besok Emily apa yang akan dia lakukan besok karena sudah membuatnya naik darah. Sean kali ini memijit pelipisnya, namun senyum yang jarang ia perlihatkan terbit begitu saja, melihat Emily yang kadang kesal sendiri atas dirinya bagi Sean menjadi hiburan tersendiri atas dirinya di kala penat. Ia tau Emily memang kadang merasa tidak betah bekerja dengannya, tapi bagaimanapun Sean tidak bisa mencari sekretaris baru saat ini, Emily sangat baik menangani masalah kantor.
Sean menghela nafas kemudian membelokkan mobilnya kerarah apartemen yang dia tinggali.
*******
Emily bangkit dari tempat duduknya untuk memberikan berkas laporan untuk bosnya periksa, Jam sudah menunjukan angka 9 pagi tetapi Sean belum datang kekantornya. Ia buru - buru membuka pintu dan menaruh berkas di atas meja bosnya sebelum bosnya datang. Karena dia tidak ingin melihat bosnya yang membuatnya kesal setengah mati.
Tidak lama kemudian Sean datang lalu segera masuk kedalam ruangannya. Emily sangat serius membuat laporan untuk besok, karena mereka akan ke lapangan untuk melihat proyek.
"Serius banget sih? Tanya Pria yang ada didepan Emily saat ini
Ia buru - buru bangkit saat suara itu menyambangi rungunya. Emily membungkuk badannya sekilas lantas menggeleng.
"Siap pak, maaf saya tidak tau bapak di sini"
"Oh iya ga papa Em" Laki - laki itu mendekati meja kerjanya. "Tolong konfirmasi ke Pak Sean ya kalau saya datang untuk berkunjung. Beliau ada diruangannya kan?"
Emily tersenyum profesional. Oh, jelas si duta Iblis ada diruangannya. Dia adalah bos sejati. Break time saja Sean musnahkan untuk membaca dokumen penting diruangannya. Emily yakin kalau sebentar lagi dirinya disuruh untuk memesan makanan.
"Oh iya pak, beliau ada diruangannya. Mari saya antar pak?" ucapnya sopan
Ia menghela napas panjang. Emily tidak heran kenapa Sean memiliki jadwal harian yang jika dicetak bisa mencapai tiga lembar HVS kalau menggunakan ukuran font delapan. Dia memegang keberlangsungan hidup ribuan orang di bawahnya. siapapun tau itu tidak akan mudah.
Oleh karena itu, pemilihan pegawai baru di Fargo Vers selektifnya minta ampun. Menjalanakan berbagai tesyang mengisinya wajib memakai otak bukan dengkul.
Tok tok tok
Selamat siang, Pak Sean. Pak Yoga sudah datang unt...."
"Ya suruh dia masuk, silahkan kamu keluar"
Shittt! Potong bebas. Ia menahan diri agar tidak kelepasan menggeram. Dia semena mena memotong pembicaraannya. Jika dia bukan boss nya dia pasti sudah akan membunuhnya.
"Oke thanks Emily"
Menunggu menunggu menunggu
Ayolah cepat masuk Pak. Saya sudah lemas berdiri terus.
Kepalanya mengangguk sekilas saat Yoga masuk ke ruangan si raja Iblis ia mengusap peluh yag menuruni keningnya dan keluar dari sarang iblis itu.
Emily melanjutkan tugasnya yang belum ia selesaikan dia sangat fokus untuk mengerjakannya karena sekarang juga laporan ini harus selesai sekarang juga.
Dia dikejutkan dengan suara interkom yang berbunyi di dekat samping komputernya. Dengan malas dia mengangkatnya
"Em, masuk sekarang!"
argghh ada apa lagi ini, nada bicaranya sepertinya sedang marah. Emily harus siap mentalnya karena lagi - lagi diuji mentalnya
Emily meggurutu kesal menatap arah pintu bosnya.
Ia mengetuk pintu tersebut dengan kerasnya
"Masuk"
"Ada apa lagi pak? Tanya Emily malas
"Tolong kamu berikan beberapa berkas ini kepada Leon, saya tidak terima jika proposalnya seperti ini!" Sean menyodorkan beberapa berkas kepada Emily
"Ini udah betul kok pak, ini juga...."
"betul!?"
"Tau dari mana jika ini betul, memangnya kamu yang memeriksanya?" Sean memandang Emily dingin.
"Ya saya sudah memeriksa pekerjaan sebelum bapak"
"Kembalikan proposal ini. Saya tidak ingin ada proposal yang seperti ini"
"Tapi pak.."
"Lakukan sekarang Em!"
Betapa kejamnya dia menyuruh mengulang pekerjaan ini kembali, memang dikiranya kita robot bisa menyelesaikan ini dalam waktu cepat. Ini juga manusia pak! punya harga diri juga!
"Mengapa kamu diam. mau gajinya saya potong?"
"Ah.. nggak pak!!!
Sean melototkan matanya mendengar teriakan Emily, kalau masalah gaji Emily nggak bakal ketinggalan tapi kalau disuruh yang tidak masuk akal pasti dia menggurutu kesal.
"Kamu boleh keluar, tolong atur ulang jadwal rapat hari ini, saya lelah dan saya ingin pulang" Sean memijit pelipisnya lelah
"Tapi pak, hari ini semuanya rapat penting"
"Jangan membantah Em, saya sangat lelah"
Emily menggeram marah bagaimana bisa, rapat bersama dewan direksi harus dibatalkan lagi. Memangnya selelah apa sih dia sampai menunda rapat penting ini. Ia menjadi kasian melihat temannya harus memberikan proposal dan harus membuat ulang kembali. Emily keluar dari ruangan sambil menggerutu pastinya.
******
Leon, ini proposal dari boss katanya kalian harus memperbaiki ulang kembali dan harus diserahkan bos hari ini juga"
"Serius kamu Em, proposal untuk kesekian kalinya ditolak lagi"
"Entah lah Leon. aku juga gak ngerti ada bos seperti dia, dikira kita robot kali" ucap Emily kesal sendiri
Namun, Leon sangat setuju dengan ucapan Emily bahkan karyawan disini sudah sangat hafal dengan Sean, sifatnya tegas yang membuat bergedik ngeri serta sifat bossy nya yang sangat keterlaluan sudah bukan menjadi rumor bagi para karyawan kantor disini. Sifat dingin, semena - mena membuat karyawan harap maklum melihat tingkah bosnya tersebut.
Namun menurut Leon Emily sangatlah tidak mnyukai bosnya itu yang sangat menjengkelkan
"Ya udah ga papa, aku kerjain lagi proposalnya" Ucap Leon sedikit lesu
"argghhh kenapa ditolak terus sih, kalau kaya gini mending kita resign yuk cari perusahaan lain" Ucap Emily sukses membuat karyawan menatap Emily dengan kesal.
Mereka bisa saja resign dari sini tapi tidak semudah itu, karena perjuangan masuk perusahaan yang tersukses di dunia sangatlah sulit.
"Kamu kira restoran bisa seenaknya resign apa?" Gila aja Em"Ucap Leon tak habis fikir dengan ucapan Emily.
"Ya kan cuma nyaranin aja Leon, siapa tau minat kan? " ucapan Emily sangatlah kesal untuk Leon
"Terserah kamu aja deh Em!" Ucap Leon meninggalkan Emily dengan tatapan kesal.
Emily mengangkat bahunya acuh, kemudian berjalan menuju meja kerjanya