"serius pak boleh?" Emily bertanya untuk meyakinkan
"Iyah boleh silahkan"
Ia menarik napas terlebih dahulu sebelum kata kata yang ia lontarkan kesampaian sama bosnya itu. Sebenarnya Emily takut untuk mengungkapkannya tapi hati kecilnya berkata harus menyampaikannya, dia tidak ingin diperlakukan bosnya dengan semena mena.
"Dasar bos iblis!!!. bisanya semena mena sama karyawan, kita juga manusia pak ada batasannya, kita bukan robot yang harus dikerjakan dengan cepat. Bapak juga egois maunya menang sendiri apa yang dilakukan dengan benar selalu salah dimata bapak" ucapnya dengan sangat emosi
"sudah"
"belum pak"
"silahkan lanjutkan"
Emily melanjutkan perkataannya dengan lantang. "Saya ingin bapak bersikap baik terhadap karyawannya jangan bersikap jahat sama kita pak"
"Sudah Em, uneg unegnya?"
"Sudah pak"
Sean menegakkan badannya ke kursinya sambil mengetuk jari jarinya ke meja.
"begini ya Em, saya jelaskan dulu. Kamu tau kan betapa sulitnya masuk ke perusahaan ini, Apa kamu gak inget perjuangan kamu bagaimana menyingkirkan ribuan orang yang ingin menjadi sekretaris. Tapi sepertinya kamu tidak bersyukur?"
Sean lalu berdiri dan berjalan ke arah Emily dengan mata elangnya.
"Dan kamu tau resiko dalam bekerja. bekerja harus mempunyai skill yang bagus, jika tidak memiliki skill yang bagus bagaimana kamu bisa menyelesaikan masalah pekerjaan dikantor. Setiap pekerjaan harus selalu sigap. Apapun yang diperintahkan bos harus segera dilaksanakan. kamu tau kan perusahaan kita ini tersukses di dunia jadi kamu harus paham itu"
Emily mendengarkan apa yang disampaikan olehnya dengan serius. Ada benarnya juga apa yang dikatakan oleh bosnya. Seharusnya dia tidak harus menjelekkan bosnya itu. Tapi tetap saja dia tidak terima saat bosnya menyuruhnya hal yang tidak masuk akal.
"Apa kamu paham Em"
"Paham pak"
"kalau gitu ulangi lagi laporan itu saya tidak mau ada sedikitpun kesalahan satu pun di laporan itu dan jika salah lagi kamu harus mengulanginya sampai selesai"
Emily melongok. Dia tidak boleh salah sedikitpun dan harus sangat teliti dengan kerjaannya itu
"O ya satu lagi, tadi kamu ngatain saya Iblis bukan"
Mampus dia kalau sampai dilaporkan ke HRD karena ucapannya itu. Dia keceplosan sampai sampai dia tidak bisa menahan ucapannya itu.
" saya terima kasih karena kamu bilang saya iblis. I itu adalah integritas. B itu bertanggung jawab. L itu lemah lembut. I itu indah dilihat dan S itu sopan. Terima kasih kamu telah memuji saya, sekarang kamu keluar. karena saya sibuk sekarang"
Betapa terkejutnya dia apa yang baru saja Sean ucapkan dia menyangka itu adalah sebuah pujian terhadapnya. Sungguh benar benar gila bosnya ini. Emily keluar dengan muka yang sangat marah.
BOS IBLIS...
DASAR SEAN ALVARO!!!
ingin rasanya ia menendangnya jauh ke planet yang gak ada penghuninya.
*******
Malam harinya Emily memeriksa laporannya kembali, takut nanti dia disalahkan lagi dan harus mengulangi pekerjaannya lagi.
Ia sangat fokus saat memeriksa apakah ada bagian yang penting dia lewati, merasa laporannya sudah benar lalu dia submit dan mengirimkan email ke bosnya. Dia merenggangkan kedua tangannya bertanda bahwa dia sangat lelah hari ini. Untung saja besok weekend jadinya dia bisa bangun siang tanpa di ganggu oleh bosnya itu.
Baru saja Emily mau membaringkan badannya di tempat tidur hpnya tiba tiba berbunyi. Dia melihat siapa yang menelpon dan seperti biasa bos iblisnya menelpon di tengah malam seperti ini.
ting ting ting
"Apalagi pak? bapak gak liat jam berapa sekarang?" Tanpa basa basi dia berbicara seperti itu
"Kamu ya, ga sopan sama atasan. Sudah kamu kirim laporannya Em?"
"maaf Pak SEAN" dia berbicara kata katanya ditekan dengan jelas
Ya kenapa coba Sean harus menelponnya di jam segini. Padahal mata Emily sangatlah mengantuk tapi ada saja yang mengganggu tidurnya.
"Saya sudah mengirimkan laporannya ke email bapak, bapak bisa periksa sekarang"
"Bagus Em, Awas saja laporan yang kamu buat salah saya akan menyuruhmu mengulangnya kembali"
Emily memutar kedua bola matanya, dia sangat menyebalkan bagi Emily.
"Oh iya besok kamu temani saya untuk menemui klien, saya tidak ingin sendirian pergi kesana"
"Tapi pak besok kan libur pak, harus banget ya"
"Harus, kalau tidak gaji kamu akan saya potong!" ancamnya
"Kenapa sih pak ancamannya gaji terus"
"Saya tidak mau tau, besok saya tunggu di depan halaman kator!"
tut tut tut
Telpon terputus begitu saja, begini lah sifat bosnya selalu memutuskan pembicaraan yang belum selesai.
Dia benar benar kesal sekarang kenapa harus dia yang bekerja besok, biasanya kalau ada pekerjaan di weekend dia sendirian. Tapi ini apa.
Dia memasang alarm jam empat supaya dia tidak telat lagi seperti kemarin. Dia tidak mau mendapatkan masalah dengan bos itu.
*****
Ibunya sangat bingung kenapa Emily sepagi ini sudah sangat rapi bukannya dia hari ini libur kerja.
"Nak, kamu kerja?"
"Iya Bu"
"Dihari libur seperti ini"
"Biasa la bu, ada pekerjaan diluar kantor bersama bos, dan Emily sebagai sekretarisnya harus menemaninya" Ucap Emily malas
"Oh begitu ya nak" Ucap Ibunya dan meneruskan pekerjaan rumah dibantu oleh kedua adiknya
"Kalau gitu Emily berangkat ya bu"
Emily berangkat menggunakan taksi yang sudah ia pesan dan segera menuju kekantornya. Pasti bosnya sudah menunggunya disana.
Dia sampai dihalaman kantornya. Tapi tidak ada tanda tanda bosnya akan datang. Emily celingukan melihat di sekitarnya.
"Mana si tuh boss" keluh Emily
Ia sudah menunggunya namun batang hidung Sean tidak keliatan sejak tadi.
"Apa bos boongin aku ya, dia kayaknya marah mungkin ya" pikir Emily.
Perlahan ia berjalan meninggalkan halaman kantornya. Namun beberapa langkah suara klakson berbunyi membuat langkah Emily terhenti.
"Kamu mau kemana Emily" teriak Sean dari dalam mobil
Emily membalikkan badannya kemudian melihat Sean yang sudah berada dimobil dengan pakaian santainya.
"Kenapa kamu kesini? bukannya semalam ada yang protes ya karena hari weekendnya terganggu"
Emily tersenyum manis,duh.. kan efek hormon pms nggak jelas Emily, pengen marah tapi kok malah senyum manja gak jelas gini
Sean menatap Emily bingung
"Bapak gak tau saya aja, saya kan rajin masuk, rajin bantu boss, pokoknya saya harus bahagiaan bos!" lagi lagi Sean heran mendengar ucapa Emily, kesambet iblis mana dia pikir Sean
"OH"
"Mau kemana sih pak ketemu kliennya"
"Neraka!"
"Bapak ya, suka bercanda, bukannya ketemu klien pak?"
"Kerumah saya" sela Sean
Emily melototan matanya
"Kok kerumah bapak? nggak ah pak saya nggak mau"
"Memangnya saya ajak kamu?"
Vanila melongok dengan perkataannya Sean, malu juga dia
"Kalau gitu kenapa bapak maksa saya kerja pak? bapak mau ngejebak saya ya"
"Saya ingin kamu mengambil berkas yang ketinggalan dirumah" ucap Sean yang tampak kesal
sialan nih orang biasa aja mukanya jangan seperti iblis gitu. batin Emily
"Ya udah saya pulang aja pak" Ucap Emily segera bergegas berjalan kearah berlawanan
"Kamu datang, tapi pulang lagi maksud kamu apa mau mempermainkan saya?" tanya Sean dingin
"Bapak ah, nggak seru saya kan hanya bercanda, terus saya ngapain pak disini? kalo bapak pulang kerumah?" tanya Emily berusaha tersenyum manis. fiks bosnya telah dirasuki roh iblis jahanam
"Kamu ikut saya kerumah ambil berkas" ucap Sean membuka pintu mobilnya
"Tapi bukannya bapak dari rumah ya, kok balik lagi kerumah?"
"Masuk Em!" perintahnya
Vanilla hanya terdiam memandang Sean
"Kamu tuli ya? saya suruh masuk kenapa diam? tanya Sean lagi datar
" sialan bos nih ngatain aku tuli" ucap Emily dalam hati
"maaf pak" ucap akhirnya Emily dan masuk kedalam mobil