"Halo...Silia, Bibi Eni Sabtu malam ulang tahun, apa kau bisa datang?"
"Ayah...."
Suara pria paruh baya di seberang sana terdengar memohon, "sudah lama ayah tidak bertemu denganmu, ayah rindu. Ayah berharap kau bisa datang tahun ini."
Silia tak bisa menghindar lagi kali ini, memang benar, sudah selama lima tahun ini dia tidak pernah mengunjungi ayah nya. Bukan kah dirinya sudah dewasa sekarang? Bukan waktunya lagi bertindak kekanak-kanakan.
"Baik, yah, aku akan datang." Setidaknya kali ini saja, biarlah dia bisa mengulas senyuman di bibir pria paruh baya itu.
"Silia, pulang bareng, yuk?"
Silia merasa kaget saat suara itu tiba-tiba muncul dari arah belakang nya. Dia berbalik dan mendapati Jo memasang senyum lebar.
"Manager Jo, memangnya luka mu sudah beneran sembuh?"
"Cuma luka kecil, tidak masalah." Pria itu selalu saja bisa tersenyum hangat.
"Saat di Korea kemarin, terimakasih sudah membantuku."
"Hem... jangan bilang begitu, harus nya aku yang minta maaf karena tidak bisa melindungi mu dengan baik."
"Kenapa begitu? Kau sudah sangat baik padaku, bahkan kau sampai terluka karena ingin melindungi ku...."
Percakapan keduanya diam-diam di dengar oleh beberapa karyawan lain nya.
"Silia dan manager Jo, sepertinya akrab ya?"
"Benar, mereka terlihat serasi layak nya sepasang kekasih,"
"Baenar juga, apa kira-kira mereka sudah jadian, ya?"
Suara dehaman terdengar beberapa kali, "Kalian sedang membicarakan apa?" Padahal sejak tadi Snapp mendengar jelas percakapan kedua karyawan nya itu.
"Tidak, tuan muda... kami em...em... mau permisi dulu." Melihat wajah Snapp yang begitu dingin, keringat mereka jadi mengalir, daripada terkena masalah, mereka mencoba menghindar.
Snapp menyeruput kopi di tangan nya dengan perasaan kesal, kini pandangan nya tertuju pada Silia dan Jo yang terlihat sedang berbincang dan saling melempar senyum.
Apa mereka sungguh pacaran?
Perasaannya mendadak panas, dia tidak pernah merasa kacau seperti ini sebelum nya.
"Aku ingin minta bantuan pada kak Jo, ada seorang bibi ulang tahun, aku tidak tahu harus memberikan nya kado apa?" Yang di maksud bibi oleh Silia adalah, ibu tirinya. "Nanti sepulang kerja, kalau ada waktu, apa mau menemaniku mencari hadiah? Nanti aku akan mentraktir mu makan, bagaimana?"
"Tentu saja aku mau, baik, aku ambil mobil, kamu tunggu aku di depan loby kantor."
Sampai percakapan keduanya berakhir, Snapp masih terus mengamati dengan perasaan kesal nya. Kopi di tangan nya bahkan sudah mendingin, namun hatinya malah berangsur memanas.
***
"Perhiasan gelang emas ini sepertinya cocok." Jo menunjuk ke dalam estalse berisi perhiasan.
Gaji Silia di snappay group tidak di ragukan lagi, bahkan lebih dari cukup,
Jadi untuk membeli hadiah mahal dia pun kini sanggup.
"Wah, sepertinya seleramu sangat bagus kak Jo."
"Ah... biasa saja, kau terlalu memuji, aku juga suka membelikan ibu ku hadiah semacam ini, dan beliau menyukainya, jadi ku pikir, bibi mu yang sedang berulang tahun juga akan menyukainya."
Selesai belanja, mereka beralih ke restorant untuk lanjut makan malam, "Kak Jo, terimakasih untuk hari ini."
"Ah... kenapa sungkan begitu, aku malah senang bisa jalan-jalan dengan mu seperti ini."
Jo tak tahan untuk mengutarakan rasa gembira nya, itu adalah perasaanya yang sebenar nya.
Seorang pelayan datang saat mereka telah selesai. "berapa semuanya?" Jo bertanya.
"Semuanya sudah di bayar oleh nona ini tadi." Jo langsung menatap ke arah Silia, dia tidak menyangka gadis itu benar-benar mentraktirnya.
"Kau sungguhan? Aku makan dengan seorang wanita, mana boleh wanita yang bayar?" Dia bertanya dengan sedikit ragu, seharusnya sebagai seorang pria, dia yang harus nya mentraktir wanita, namun Silia memang terlihat berbeda, dia mandiri, dan dia sangat menepati kata-katanya sendiri. Jo sangat menghargai itu dan tak ingin menggores harga diri nya.
"Iya... seperti kata ku tadi, karena kak Jo sudah berbaik hati menemaniku malam ini, maka aku akan mentraktirmu makan malam."
Jo terkekeh kecil, "kau membuatku malu, lain kali biarkan aku yang mentraktirmu, oke!"
Silia mengangguk sembari tersenyum, bersama pria ini dia merasa nyaman.
"Terimakasih sudah mengantarku pulang, sampai jumpa besok." Silia melambaikan tangan nya begitu keluar dari mobil Jo. Pria itu tak ingin berlama-lama lagi, karena sudah larut malam dan ia pun melesat pergi.
Silia berjalan gontai ketika hendak memasuki apartement nya, dia sudah sangat lelah dan mengantuk. Ketika hendak membuka pintu utama, dia di kejut kan dengan kehadiran Snapp yang sudah berdiri di sana entah sejak kapan.
Pria itu memandanginya dengan tatapan tak biasa, Silia merasa sedikit takut, dia pun memasang sikap waspada.
Snapp melirik tangan Silia yang menenteng goodyback.
Apa tadi Jo baru saja memberinya hadiah? Pikirannya mencoba menerka.
"Silia, apa kau sudah menjadi kekasih Jo?" Snapp tidak tahan untuk tidak bertanya, perasaan ingin tahunya seolah hampir ingin meledak di kepalanya.
Silia mematung di tempat, sejenak merasa bingung dengan pertanyaan pria di hadapannya itu.
"Silia, apa yang kau inginkan? Rumah, mobil, berlian? Aku bisa memberikan semuanya untuk mu?"
Silia tak menduga, ternyata Snapp menganggapnya seperti wanita yang mudah di dapatkan dengan uang. Apakah dirinya begitu murahan di matanya?
Mendapati Silia yang masih bungkam, Snapp merasa kesal, kedua tangannya mengunci gadis itu ke dinding, "apa jangan-jangan kau menolakku karena Jo? Kau menyukai pria itu?"
"Manager Jo itu tampangnya lumayan keren, orang nya hangat dan enak di ajak bicara, dia juga baik dan perhatian padaku, kalau aku suka padanya, aku rasa itu tidak aneh."
Mendengar jawaban itu, Snapp tak tahan untuk tidak marah, "Silia, jangan menguji kesabaran ku."
Jujur Silia sangat takut melihat mata Snapp yang seolah ingin menelan seluruh dirinya. Pria itu mendekatkan wajahnya, rasanya ingin menikmati bibir merah muda milik Silia, tapi gadis itu menolaknya, dia bukan lah pria pemaksa, jadi dia sekuat tenaga menahan diri dari godaan nya sendiri. Dia menarik dirinya saat bibirnya nyaris menyentuh permukaan bibir gadis itu.
Bersambung