Chereads / Oh, My Bos / Chapter 19 - Menyelamatkan Silia

Chapter 19 - Menyelamatkan Silia

Silia segera bersembunyi di balik punggung Jo saat orang-orang suruhan tuan Han menghadang mereka. Jo yang kurang berkonsentrasi, akhir nya tanpa sadar mendapat serangan salah satu di antara mereka.

"Kak Jo!"

Darah langsung mengucur dari perut Jo, pecahan botol yang tajam tertancap di sana.

"Biarkan dia, bawa gadis itu!" Titah tuan Han dan membiarkan Jo terkapar di lantai.

"Jangan, kak Jo tolong aku!" Suara Silia terdengar mengantar hati, namun Jo juga tak berdaya.

Sebelum dirinya kehilangan kesadaran nya sepenuh nya, ia meraih ponsel dari saku celananya dan segera menghubungi Snapp, "terjadi sesuatu di club' dekat hotel kita menginap, mereka membawa Silia, tolong selamatkan...." setelah nya hening, Jo jatuh dalam pingsan.

***

"Gadis manis, kau membuatku tergoda, jangan takut, kita akan menikmati malam ini berdua..."

"Jangan, pergi sana! Pergi menjauh dariku."

Saat ini pria tua bangka itu sedang berusaha merayu Silia di atas tempat tidur, sebelum nya tidak ada yang memperlakukan nya dengan seburuk ini, dan sejujur nya saat ini dia ketakutan, pria tua itu mencoba menindih tubuh nya yang kecil, tenaga nya tentu saja kalah kuat, meski begitu Silia tetap berusaha memberontak, menahan rahang pria itu agar tak menjamah kulit nya.

Sebelum pertahanan Silia benar-benar melemah, suara gaduh terdengar dari arah pintu, sontak pria itu terkejut dan berteriak, "siapa yang begitu kurang ajar, bera--" belum sempat ia melanjutkan kalimat nya, kaki seseorang sudah lebih dulu menendang di bagian wajah nya, hingga membuatnya jatuh tersungkur ke lantai.

Dengan wajah marah, Snapp menghampiri pria itu, mengangkat kerah bajunya, kemudian melemparnya ke dinding, "apa kau cari mati?!" mata nya menyorot penuh kemarahan. Tangan nya kini bahkan terulur mencekik leher pria malang itu.

"Bawa dia keluar!" Snapp bicara pada anak buah nya yang kini ada dalam ruangan.

Setelah mereka berlalu, Snapp menghampiri Silia yang masih menutup mata karena ketakutan. Jangan sentuh aku!"

"Tenang lah, ini aku."

Silia perlahan membuka matanya, hatinya merasa lega saat mendapati Snapp yang ada di depan mata nya saat ini. "Tenang ya, kau sudah aman." Pria itu menariknya ke dalam pelukannya.

Entah kenapa ada perasaan hangat menelusup di hati Silia, berada di pelukan Snapp dia merasa aman dan nyaman. Dan tubuh nya juga tak bisa menolak, seolah menghianati apa yang tengah ia pertahan kan selama ini, bahwa ia tak kan pernah Sudi tertarik dengan pria playboy ini. Tapi hari ini....

***

"Ah... Nona Silia, maaf kan bawahan ku dan orang-orang yang bekerja pada nya."

Pemimpin perusahaan tertinggi, tuan Jang Geun sampai harus turun tangan sendiri untuk membereskan kekacauan yang di sebabkan tuan Han.

Snapp yang masih duduk tenang di sofa dalam kamar hotel nya, enggan untuk berbasa-basi, dia membuang napas dan berkata, "tuan Jang, jika aku membunuh mu dan meminta maaf padamu apa masih bisa?"

Pria tua di hadapan nya segera mengangkat kepala, "presedir Snapp, masalah pribadi dan masalah bisnis jangan di campur aduk kan, bukan kah kau juga sudah memberi hukuman pada Han? Kami masih ingin melanjutkan kerja sama kali ini..."

Snapp mengusap muka nya merasa muak, "tapi aku sudah tertarik lagi tuan Jang, silakan keluar dari sini."

Anak buah Snapp mengerti apa yang harus di lakukan, tanpa aba-aba mereka segera menyeret tamu itu untuk keluar.

"Tuan Snapp, mohon pertimbang kan lagi, aku mohon..."

Sampai suara itu benar-benar menghilang, Snapp sama sekali tak ingin mengubah keputusan nya.

"Mana manager Jo?" Tanya Silia yang sejak tadi hanya duduk diam di sisinya.

"Di rumah sakit."

"Apa luka nya serius? Di rumah sakit mana? Aku ingin menjenguk nya." kekhawatiran tampak jelas tergambar di wajah Silia. Dan itu membuat Snapp sedikit merasa tidak senang.

"Kau sungguh perhatian padanya."

"Apa?"

"Tidak, lupakan saja, ayo ku antar kau kesana."

Sesampainya di rumah sakit, Silia kembali mengulang pertanyaan nya, "apa lukanya berat?"

"Tenanglah, dia itu tidak akan mati." Snapp yang berjalan di samping nya menjawab dengan wajah ketus, "dia itu seperti anjing, mau terluka seberat apapun akan cepat pulih."

Sesampainya di kamar pasien, kenyataanya terlihat jauh berbeda, baik-baik saja apa nya? Kuat seperti anjing apanya? Sekujur tubuh Jo nyaris di lilit perban, dia lebih mirip mumi yang ada di Mesir saat ini.

"Manager Jo, apa kau baik-baik saja?" Silia buru-buru mendekat ke arah brankar, tatapan nya terlihat iba.

"Haha... jangan khawatirkan aku, aku pasti baik-baik saja. Hanya saja dokter menyuruhku untuk di rawat beberapa hari lagi di sini, perut ku habis di jahit seperti orang yang baru saja melahirkan secara sesar." Jo masih saja bisa bercanda dalam situasi apapun.

"Apa kau mau ku buatkan kopi?"

"Boleh..."

"Baiklah, tunggu sebentar ya?" Silia pun berlalu, menyisakan Snapp dan Jo di ruangan.

"Snapp, mana si Han brengsek itu? Kau apakan dia?!"

"Sudah ku kebiri...."

"Haha... mantap. lalu kau?"

Snapp menatap sahabat nya itu curiga, "maksud mu apa?"

"Hehe, tidak ada maksud, lupakan saja..."

"Cepat katakan, aku benci penasaran...."

"Baiklah kalau kau memaksa," Jo menarik napas dalam-dalam sebelum mulai bicara lagi, " kau sendiri, kapan mengkebiri diri mu sendiri."

Mata Snapp seketika melotot ke arah Jo, "apa maksud mu begitu? Meski aku sering tidur dengan banyak wanita, tapi aku tidak sama dengan si Han, aku tidak pernah memaksa seorang gadis, tolong garis bawahi itu."

"Haha... baik, baik... aku kan cuma bercanda."

Setelah beberapa menit berlalu, Silia belum juga kembali, Snapp terlihat khawatir, dan gerak gerik nya itu tentu saja bisa terbaca oleh Jo, mata pria itu beberapa kali mengamati ke arah pintu.

"Snapp..."

"Ya..."

"Apa kau benar-benar tertarik pada gadis itu kali ini?" Sejenak Jo merasa ragu karena telah bertanya, namun sudah terlanjur, tapi pertanyaan itu justru menimbulkan rasa tidak nyaman dalam hati nya sendiri.

"Siapa?"

"Sili--"

Kalimat Jo terpaksa terputus saat Silia tiba-tiba sudah muncul dari arah pintu. "Maaf ya, lama, karena tadi di dapur rumah sakit ini mengantri, para pekerja rumah sakit di sana ingin membuat kan kopi untuk mu, tapi aku menolak, aku tetap ingin membuat nya sendiri untuk mu sebagai ucapan terimakasih, tapi ya gitu, jadi lama deh..."

Jo merasa sangat terharu dengan penuturan Silia, "terimakasih, ya. Kau sudah sangat perhatian padaku."

"Jangan sungkan, kak Jo begini gara-gara aku."

Snapp langsung mengangkat sebelah alis nya...

Kak Jo?

Apa mereka memang sudah seakrab itu?

Silia tanpa sengaja menoleh ke arah Snapp, "o iya, aku lupa membuat kan satu untuk mu." Dia merasa bersalah, karena dia pikir pria itu pasti sedang marah pada nya, sorot mata nya begitu mengerikan saat menatap nya.

"Aku sedang tidak ingin minum kopi, aku sedan ingin minuman dingin, bisa Carikan untuk ku..."

"Ah... Snapp, kau ini apa-apaan, Silia kan baru dari luar, pasti dia lelah, lagipula kau kan pria, kau bisa cari sendiri minuman mu kan?"

Snapp terdiam, menatap ke arah Jo dengan perasaan jengkel.

Lalu, kau pikir aku akan membiarkan kalian berduaan di sini begitu?

Bersambung.