Seminggu berlalu, akhirnya Jo sudah di perbolehkan pulang dari rumah sakit. Liburan di Korea jadi terasa makin panjang. Untuk merayakan kepulangan Jo,Snapp mengajak Jo juga Silia untuk pergi berlibur ke pemandian air panas yang ada di Cheoksan.
Kebetulan musim di sana mulai memasuki musim gugur, udara menjadi semakin dingin, sepertinya pemandian air panas cocok di saat cuaca berubah menjadi semakin dingin, terlebih lagi mandi air panas juga cocok untuk pemulihan kesehatan bagi Jo.
Sebelum mulai ritual mandi, mereka memilih untuk minum teh di sebuah gazebo sambil menikmati pemandangan sekitar.
"Nona Silia, apakah ini pertama kalinya kau pergi ke Korea?" Kikan yang turut mendampingi Snapp mencoba membuka percakapan.
"Ya benar." Jawab Silia datar.
"Lalu, bagaimana menurut mu dengan Korea?"
"Menurutku Korea lebih indah daripada yang terlihat di tivi saat aku menonton drama korea."
Mendengar jawaban polos Silia, Snapp terbatuk dua kali, dia baru saja tersedak air liur nya sendiri, sedang kan Jo hanya mengulum senyum, dan Kikan menahan tawa sambil menutup mulutnya dengan sebelah tangan.
Silia mengawasi mereka satu persatu, apa nya yang lucu? Batin nya.
Dia sadar sedang di tertawakan, tapi dia lebih memilih untuk tak menghiraukannya, diam-diam tangan nya terulur untuk meraih gelas teh nya di atas meja. Belum sempat bibir gelas menyentuh permukaan bibir nya. Ada tangan yang dengan sigap menghalangi.
Dia terkejut, mendapati tangan Snapp yang sudah mencengkram tangan nya. Apa-apaan pria ini?
"Tuan muda, tolong lepaskan." Silia masih mencoba berkata dengan nada sopan meski dia sangat ingin marah saat itu juga.
"Kalau aku tidak mau bagaimana?" Seringai kecil mencuat di kedua sudut bibirnya membentuk senyum devil.
"A-aku akan menarik nya." Silia tidak peduli apa yang akan di pikir kan pria itu, siapa suruh berani menggodanya. Dia tidak akan pernah kalah dari pria itu, di tarik nya gelas sekuat tenaga, namun ketika Snapp mencoba melepasnya, air dari dalam nya terlempar semua ke wajah Silia.
Tawa Snapp kembali berderai, dia bahkan tak berniat menghentikannya meski Silia sudah membelalakkan mata ke arah nya.
"Aku belum pernah melihat Snapp sesenang ini?"
"Kau benar...." Jo tidak menyangkan kalo gadis di sebelah nya -Kikan, mendengar gumaman nya. Dia melirik wanita muda itu, meneguk teh nya dengan wajah getir, Jo berpikir mungkin perasaan nya sama dengan dirinya. Jo kembali menatap ke arah depan mereka, Snapp dan Silia mungkin terlihat seperti anjing dan kucing, tapi sorot mata mereka jelas menyimpan sesuatu.
"Bagaimana kalau setelah makan siang, kita mandi air panas?" Seru Snapp pada semua.
"Setuju...." Jo dan Kikan bicara serempak sambil memasang wajah ceria, mencoba menutupi segala gejolak hati yang ada.
"Air panas ini sangat bagus untuk kesehatan kulit." Kikan dan Silia berada di kolam air panas yang sama.
Wajah Silia terlihat merah bgai kepiting rebus, "tapi menurutku ini terlalu panas, aku tidak tahan, aku ingin keluar sebentar."
Saat dia mulai memasuki bilik ganti dekat kolam, dia tidak pernah menduga akan bertemu Snapp di sana, pria itu sedang bertelanjang dada dengan handuk terlilit di pinggang, memperlihat kan semua bagian otot nya yang menawan. Wajah Silia kembali memanas, jantung nya bahkan seolah berlompatan. Dia segera menundukkan kepalanya dengan gugup dan beringsut hendak berlalu.
Snapp menempelkan sebelah tangannya ke dinding dengan cepat, mencoba menghalau langkah gadis itu. Silia tak berkutik, kini wajah Snapp semakin mendekat, dia mencoba merayu nya kali ini, "Silia, maukah kau jadi kekasih ku?" Dia berbisik tepat di dekat telinga Silia dengan suara sensual.
Tubuh Silia meremang, tapi dia tidak boleh kehilangan kewarasannya. Apa yang di katakan pria itu barusan?
"Kenapa diam, jawab aku?" Seru Snapp lagi yang membuat Silia kembali menjejaki dunia nyata. Suara pria itu begitu menggoda, tatapannya sayu, dan aroma napasnya menerpa bahu Silia yang terbuka, dia hanya menggunakan handuk putih yang terlilit di tubuh nya.
"A-aku menolak nya." Silia berkata dengan suara gemetar, mata Snapp hampir-hampir menghipnotis nya, tapi dia tidak ingin larut dan kalah dalam pesona pria itu.
"Kenapa?" Ada raut tidak terima di wajah Snapp, belum pernah ia meminta lebih dulu sebelum nya pada wanita mana pun, dan apa yang di lakukan Silia seolah menggores harga dirinya. Dia menjadi sedikit kalap, mencengkram bahu Silia yang gemetar.
"Tuan muda, tolong hormati keputusan ku." Sila mencoba menghindar ketika bibir pria itu mencoba menyentuh kulitnya.
Satu penolakan dari Silia membuat nya sangat kesal, semua gadis bahkan kadang berlomba ingin menghabiskan satu malam dengan nya, tapi gadis di hadapan nya saat ini bahkan tak mau di sentuh oleh nya. Dia benar-benar kesal.
"Hah... Yasudahlah!" Dia menepuk tembok sekali dengan keras, setelah itu melangkah besar-besar meninggalkan Silia.
Silia menghela napas lega, pria itu ternyata masih punya harga diri, dia tidak memaksakan kehendak nya pada gadis yang telah menolak nya.
"Snapp, Silia, kalian sudah selesai mandi?"
Entah darimana datang nya, tiba-tiba sudah ada Jo di depan pintu, pria itu menatap ke arah Snapp dan Silia yang jauh di belakang secara bergantian.
"Ayo pulang, besok pagi harus segera di bandara."
"Hah... pulang besok? Kenapa buru-buru sekali?" Jo mencoba protes, tapi pria di hadapan nya sedang tidak mood sama sekali.
"Kerjaan tidak beres, jadi selesai lebih cepat." Tanpa menoleh lagi snapp pergi begitu saja meninggalkan sahabat nya itu.
Mendengar perkataan Snapp, Silia merasa sedikit merasa bersalah, tanda tangan kontrak gagal, juga kekacauan yang terjadi semua di sebab kan oleh dirinya.
"Snapp, dari wajah mu, ku lihat sepertinya kau sedang tidak senang?" Kikan membatu memakaikan kimono ke tubuh pria itu, "apa kau ingin ke kamarku dulu?"
"Tidak, aku ada urusan, aku akan berganti pakaian di kamarku saja."
Kikan mencoba merengkuh tubuh Snapp dari belakang, "nanti makan malam dengan ku, ya?"
Snapp melepaskan tangan Kikan dari perut nya dan segera menghadap ke arah wanita itu, "Kikan, sudah berapa lama kau ikut dengan ku? Seharusnya kau sudah tahu peraturannya kan?"
Kali Kikan juga menjadi sedikit emosional, "Snapp, tidak peduli, kapan dan dimana pun, saat kau mencariku aku pasti datang pada mu kan?"
"Kau bicara apa? Lebih baik jaga diri mu baik-baik."
"Snapp...."
"Kikan...."
Perasaanya sedang tidak enak karena penolakan dari Silia, dan sekarang dia sungguh tidak ingin berdebat. Dia hanya menyorot tajam pada wanita itu.
"Baiklah, aku mengerti...."
Snapp keluar kamar dengan tergesa, dia menggeleng kan kepala pelan, merasa tidak percaya, berulang kali dia sudah mengatakan pada setiap wanita yang tidur dengan nya, Jagan ciba-coba melibatkan perasaan jika masih ingin bersama nya.
Bersambung.