Pagi-pagi sekali Silia sudah berada di bandara, disana juga sudah tampak manager Jo yang menunggunya, "Silia, sini... biar ku bawakan kopermu."
"Ah... tidak usah, aku masih bisa bawa sendiri." Meski malam itu Silia dalam keadaan setengah mabuk saat di antar Snapp, tapi dia tak sepenuhnya kehilangan kesadaran nya, dia masih ingat kata-kata Snapp yang mengatakan kalau dirinya adalah type orang yang tidak enakan dan sulit menolak permintaan orang lain, Snapp juga mengatakan, dirinya bisa menolak dengan cara mengulas senyum, itu juga salah satu cara bersosialisasi, dan dia baru saja memperaktekannya pada manager Jo.
"Hei... kenapa kau selalu memanggilku manager... manager ... begitu, panggil saja aku Jo, bukan kah kita sudah sangat akrab?"
"Maaf, sepertinya itu tidak mungkin?"
"Kenapa?" Jo merasa sedikit tidak senang, gaids itu kadang memang mudah jika di ajak bicara, tapi ternyata sangat sulit jika di dekati, apa ini yang menjadi daya tarik bagi Snapp?
"Aku takut itu akan mengurangi profesional kerja."
"Ah... kau ini, kenapa kaku sekali, atau bagaimana kalau kau panggil aku kakak saja, Kakak Jo, bagaimana?" Meski demikian Jo masih tidak ingin menyerah.
Dia tahu, menjadi saingan sahabat nya sendiri pasti sama saja cari mati, tapi bagaimana bisa dia menyia-nyiakan kesempatan untuk mendekati wanita yang menarik perhatian nya saat ini?
Lagipula, selera Snapp sangat tinggi, seharus nya Silia tak masuk kriterianya, Jo hanya khawatir, jika Snapp hanya ingin mempermainkan Silia seperti wanita lain nya, jelas dia tidak terima.
"Maaf, manager Jo, pesawat kita berangkat jam berapa?" Silia mencoba mengalihkan perhatian, agar manager Jo tidak terus mengganggunya.
"Ah... iya, aku hampir lupa, masih setengah jam lagi, oh... iya, apa kau sudah sarapan? Sepertinya kita masih ada waktu untuk sarapan, mau sarapan bersama?"
Silia buru-buru menggeleng, "tidak, aku tidak lapar." Selang beberapa saat terdengar bunyi suara perut...
Krucuuukkk....
Ah... Silia ingat, dia belum makan apa-apa sejak tadi pagi karena terburu-buru, dan sebenarnya perut nya sangat lapar.
"Kau bohong, buktinya perut mu bunyi tuh!" Jo menunjuk dengan matanya, "Jadi, kau harus sarapan dengan ku, ayo!" Tanpa aba-aba Jo langsung meraih lengan Silia dan menarik nya menuju lounge tempat para orang menunggu pesawat sambil menikmati sarapan nya di sana.
"Makan lah, dan habis kan, kita masih ada waktu sekitar..." Jo menjeda kalimat nya dan melihat ke arah jam yang melingkar di tangan kirinya, "dua puluh menit."
Sebenarnya Silia merasa sangat canggung, namun rasa lapar juga mendorong nya untuk menyantap makanan yang ada di hadapannya, roti sandwich isi daging yang kelihatanya sangat lezat, membuat air liur nya hampir menetes. Dengan malu-malu dia mulai menyuapkan roti nya ke dalam mulut, dan... rasa nya benar-benar enak begitu sampai di lidah.
Jo menatap Silia sambil menahan senyum, karena detik berikut nya Silia makan dengan lahap, dan semua tandas dengan waktu kurang dari lima menit, "astaga... pelan-pelan honey, kau makan sampai belepotan begitu," tangan Jo bergerak mengambil tisu di atas meja dan mengelap sudut bibir Silia yang belepotan terkena sauce.
Silia mendadak membeku di tempat, wajah nya tiba-tiba merona merah, gerakan Jo begitu cepat hingga ia tak mampu menghindar.
"Manager Jo, aku harap lain kali jangan begini lagi, dan jangan panggil aku honey." Entah kenapa Silia jadi punya banyak keberanian, dan hatinya tiba-tiba di gelayuti rasa bersalah, dia terbayang wajah Snapp, tapi Silia menepis nya, dan meyakinkan dirinya sendiri bahwa dirinya melakukan nya bukan karena pria itu. Ya... benar, kenapa dia harus merasa bersalah, dia bukan seorang kekasih yang sedang berhianat kan? Dan saat ini pun Snapp malah senang-senang dengan wanita lain di Jepang, bukan kah ini tidak adil?
Lalu kenapa dirinya harus menjaga diri demi pria itu? Dan kenapa perasaan nya jadi tidak karuan seperti ini?
"Baiklah... maaf kan aku." Perkataan Jo membuyarkan lamunan Silia.
"Maaf... seharus nya aku yang minta maaf, maaf jika tadi perkataan ku terlalu keras."
Jo mengulas senyum, dia jadi semakin terkesan dengan gadis di hadapan nya itu, begitu manis, begitu sopan, dan di saat yang bersamaan juga bisa jadi begitu menggemaskan.
"Tidak apa-apa, tidak apa-apa juga jika kau tidak mau menyebut ku dengan nama saja, sungguh tidak masalah," Jo berkata sambil tersenyum meski hatinya merasa sedikit kecewa.
Silia menjadi merasa bersalah dan tidak enak, "Baik lah, bagaimana kalau sedang tidak dinas aku memanggil mu kak Jo, dan jika di kantor aku tetap memanggilmu manager Jo, sebagai profesional kerja."
Mendengar itu, wajah Jo yang tadinya lesu kini terangkat dan berbinar, "setuju." Dia bahkan berseru antusias.
Silia mengeriyitkan dahinya, apakah itu benar-benar membuat nya sesenang itu?
"Silia, nanti kalau telingamu merasa tidak nyaman mendengar suara bising pesawat, kunyah lah permen karet ini saja." Jo dan Silia kini sudah ada di dalam pesawat, mereka akan segera menuju Korea. Dan ini penerbangan pertama bagi Silia.
"Terimakasih, kak Jo."
Hati Jo jelas berbunga-bunga, gadis itu akhirnya mau memanggil nama nya saja, ya... meski itu bukan jaminan kalau Silia juga tertarik padanya.
***
"Selamat datang di Korea tuan Jo, nona Silia."
Perwakilan dari Popou group segera menyambut mereka begitu mereka turun dari pesawat.
"Terimakasih tuan Han, atas sambutan nya." Silia menyabut jabat tangan client nya, juga seorang wanita yang menjadi sekertaristnya.
Tiga hari berselang...
"Kak Jo, kenapa pihak Popou jadi berubah pikiran, mereka tidak mau menandatangani kontrak kerja dengan Snappay group?"
Jo menyahut tanpa mengalihkan perhatian nya dari layar tivi, di Korea sedang musim panas, cuaca sangat terik di luar, jadi mereka lebih senang berdiam diri di hotel tempat nya menginap saat siang hari daripada pergi keluar, "Itu namanya trik mengulur, mereka ingin meminimalis investasinya, agar mereka bisa mendapat keuntungan lebih banyak, bisnis bagaikan perang."
Silia membulatkan matanya, "jadi apa yang harus kita lakukan?"
"Pesan tiket pesawat, dan kirim pesan ke Popou group, dan katakan bahwa Presdir Snapp sudah menelpon, dan kita tidak bisa terlalu lama disini."
Apa ini tandanya kak Jo ingin memberikan serangan balik?
"Baik, akan segera ku laksanakan."
Silia baru di dunia bisnis, dan dia banyak belajar, lama-lama dia juga jadi menyukai pekerjaan nya. Saat memikir kan hal yang menyenangkan, tiba-tiba bayangan Snapp melintas di kepalanya, bayangan pria itu sedang bermesraan dengan wanita lain, sejujur nya itu sangat mengganggu, namun Silia berusaha untuk mengabaikan nya.
Cukup Silia! Jangan pikirkan... jangan pikirkan! Silia menarik napas panjang untuk menghilangkan kegelisahannya dan segera bergegas pergi melaksanakan perintah dari Jo.
Bersambung