Chereads / Oh, My Bos / Chapter 18 - Snapp menyusul ke Korea

Chapter 18 - Snapp menyusul ke Korea

"Kak Jo, kau luar biasa, sepertinya siasat mu berhasil, pihak Popou meminta kita untuk tinggal beberapa hari lagi."

Silia tak sabar mengutarakan rasa kagum nya sejak keluar dari ruang rapat tadi, kini mereka sudah kembali lagi ke hotel.

"Mengenai kontrak kerja sama, bisa di bilang sudah tercapai." Jo tersenyum penuh percaya diri. Kini langkah mereka sudah mencapai meja receptionis.

"Tuan Jo, nona Silia, tadi ada orang bernama Snapp cek in di kamar presiden sweet nomer 103, kalian di minta untuk menemui beliau."

Silia dan Jo saling berpandangan begitu mendengar penjelasan dari petugas reseptionist, dari sorot mata kedua nya jelas terbaca keterjutan, baru tadi pagi mereka membicarakan pria itu, dia malah sudah sampai di sini siang ini.

Apa tadi pagi kuping nya sempat panas saat tiba-tiba di bicarakan? Hingga dia nekad terbang dari Jepang ke sini?

Apa yang kau pikir kan Silia?

Silia menepuk kepalanya sendiri pelan, seolah menyuruh suara-suara dalam kepalanya untuk berhenti menerka.

Silia begitu kaget ketika sampai di depan pintu 103, seorang wanita muncul membukakan pintu.

"Hai... Snapp, kau berlibur lagi?" Jo langsung menghambur masuk, seolah tak merasa heran atau canggung dengan wanita yang membukakan pintu untuk nya tadi. Berbeda dengan Silia yang langsung memasang wajah muram. Pasal nya kali ini adalah wanita yang berbeda lagi, tidak sama dengan wanita yang dia ajak ke Jepang waktu itu.

Astaga... dimana pun berada pacar nya selalu ganti-ganti? Ganti pacar seperti ganti pakaian saja.

Silia terus menggerutu dalam hati, dia tidak bisa menolak perasaan cemburu yang perlahan menelusup dalam hati nya. Namun sebisa mungkin ia berusaha untuk terlihat senormal mungkin.

"Nona Kikan, sudah lama tidak bertemu, kopi buatan mu makin enak saja."

"Ah... manager Jo terlalu memuji."

Jadi wanita itu selain wanita penggoda dia juga seorang barista? Silia masih melakukan pekerjaan yang sama, diam dan terus membatin dalam hati.

"Kau tidak suka kopi ekspresso kan? Kafein nya sangat kuat, nanti lambung mu bisa sakit." Tiba-tiba mata Snapp melirik ke arah Silia dan menegurnya.

"Snapp apa yang kau katakan? Kau terlalu meremehkan Silia." Jo mengambil pembelaan untuk gadis itu. Silia masih terdiam dan memandangi cangkir nya, yang di katakan Snapp memang benar, dia tidak suka minum kopi atau pun teh, dia tidak biasa, dia lebih suka air mineral atau minuman soda ringan.

"Aku hanya memperingatkannya saja, lebih baik jika dia mau, dia bisa ambil minuman ringan lain di kulkas."

Kepala Silia seketika mendongak, pria ini, sungguh susah di tebak, dia seperti sedang memberi perhatian, namun dengan gaya yang dingin, lalu bagaimana dia harus mengartikan semua ini?

"Sudah... sudah, jangan mempermainkan dia lagi, dan biar aku saja yang mengambil kan minuman untuk nya." Jo berjalan menuju kulkas yang tak jauh dari sana. Mengambil minuman rasa buah kemasan botol dan mengulurkan nya pada Silia.

"Oh iya, nanti malam kami masih harus menghadiri rapat kerja dengan pihak Popau, semoga saja lancar, kalau malam ini mereka mau menandatangani kontrak kerja samanya, besok kami sudah bisa pulang," Jo menghabiskan sisa kopi di gelasnya dan menaruh nya di meja. "Baiklah, kami mau makan siang dulu dan beristirahat, aku tahu kau juga ingin bersenang-senang kan pastinya?"

Mendengar kalimat Jo, gadis di samping nya tiba-tiba tersedak, air menyembur dari mulut nya, wajah memucat dan kaca mata yang di kenakan nya sedikit basah.

"Silia, apa kau baik-baik saja?" Jo memeriksa dengan penuh perhatian, menyentuk pundak Silia dan merapikan rambut gadis itu, pemandangan itu rupanya membuat wajah Snapp berubah tidak senang, dia terbatuk beberapa kali agar Jo sedikit peka.

"Baiklah Snapp, aku mengerti, kau tidak ingin aku dan Silia mengganggu mu di sini lebih lama lagi kan?" Jo mengerling manja dengan suara menggoda ke arah Snapp dan Kikan.

Pria ini sungguh bodoh atau bagaimana? Snapp merasa kesal sendiri dalam hatinya, dia hanya berharap tangan Jo jangan sembarangan menyentuh Silia, tapi pria itu malah mengartikan yang lain. Namun dia tak bisa berbuat apa-apa.

Mata nya yang tajam dan dalam menatap ke arah Silia, dia sangat penasaran dengan reaksi gadis itu, entah apa yang dia cari? Apa dia sangat berharap melihat ekspresi cemburu pada gadis itu?

Yang pasti Silia tak menunjukkan gelagat apapun, dia mencoba mengelap kaca mata nya dengan tangan dan memasang kembali ke tempatnya semula. Tangan Jo kemudian terulur, membimbingnya keluar dari ruangan itu.

"Snapp, siapa gadis itu?" Kikan membuka suara saat Silia dan Jo sudah menghilang di balik pintu. Perasaan wanita memang peka, dia tahu kalau Snapp sejak tadi memperhatikan gadis itu dengan sorot mata yang berbeda.

"Apa kau sungguh peduli padanya?" Snapp tidak suka jika seseorang mencoba mencari tahu apa yang tersimpan dalam hati dan kepalanya.

"Bukan begitu, aku melihat manager Jo begitu perhatian padanya?" Kikan sengaja memancing reaksi Snapp, tapi pria itu tak sebodoh yang dia kira, untuk masalah manipulasi, tentu saja dia lebih ahli.

Snapp tak ingin membiarkan wanita di samping nya itu terus bicara, mencoba mencari tahu tentang Silia, yang ujung-ujung nya akan merusak mood nya sendiri, dia tidak mau itu terjadi, dia tidak sednag butuh drama kali ini, dia butuh pelampiasan, pelepasan.

"Aku sedang menginginkanmu, kenapa kita terus membicarakan orang lain, bukan kah seharua nya kita bersenang-senang sekarang? Aku sudah membayar kamar hotel kelas satu tidak hanya untuk bicara omong kosong kan?"

"Ah... Snapp," mata pria itu berubah sayu, dan tak lama membenamkan wajahnya di ceruk leher Kikan, desahan lirih dari wanita itu pun mulai terdengar, mereka merubah posisi, Snapp membaringkan nya di sofa dan menindih tubuhnya, mereka melakukan pemanasan dengan cepat. Hari ini dia sedang merasa bergairah dan tak mau menghabiskan waktunya untuk memikirkan Silia. Meski hati dan pikirannya tak pernah bisa berhenti memikirkan gadis itu.

***

Warna kuning lampu disco berpendar di langit-langit, cahaya nya yang hangat di iringi musik bertempo sedang, Silia dan Jo berada di dalam bar kelas VIP, client nya juga sudah ada di sana di temani beberapa wanita penghibur berpakaian minim. Sangat kontras dengan Silia yang mengenakan pakaian tertutup, rok rempel selutut, dan kemeja panjang warna lavender yang manis, di bawah remang-remang cahaya, kecantikan wajah nya seolah terpancar alami.

"Tuan Han, terimakasih untuk jamuan anda." Jo memang terkenal jago berbasa-basi, untuk itu dia tidak pernah gagal membuat client nya mau menandatangani kontrak kerja sama.

"Sudah sepantas nya, tuan Jo terlalu sungkan," pria paruh baya itu di gelayuti dua wanita di samping kanan dan kirinya. Sedangkan dirinya memegang gelas, salah satu wanita di antara mereka, segera menuangkan minuman pada gelas pria itu begitu gelas nya kosong. "Nona Silia, daritadi kenapa diam saja, sini duduk di samping ku, kita bersulang seperti waktu itu." Bahkan pria hidung belang ini tahu barang bagus meski Silia tak memakai baju yang menarik perhatian.

"Tuan Han, nona Silia tidak bisa minum, biar aku saja yang menemani tuan untuk minum sampai puas." Bukan nya tidak tahu mata keranjang pria itu yang sejak tadi memandangi Silia dengan tatapan mesum. Namun dia harus menjaga profesionalitas kerja, dan selama pria itu tak bertindak lebih dari itu, dia akan berusaha untuk bertoleransi.

"Tidak, aku ingin minum dengan gadis itu, kalau tidak aku tidak akan menandatangani kontrak nya."

"Tapi--"

Belum sempat Jo bicara, Silia sudah bersiap mengangkat gelas nya yang masih terisi penuh dan meneguk minumannya dengan segera.

"Wah ... nona Silia, kau sungguh hebat, kau bisa menghabiskan anggur itu dengan sekali teguk, bagaimana kalau kita bersulang lagi?"

Apa?

Aku tidak bisa...

Jo tahu kekhawatiran Silia dari sorot mata nya, gadis itu pasti merasa bersalah kalau sampai kontrak kerja nya gagal, tapi membiarkan nya berkorban sampai sepeti ini, seharusnya dia tak perlu melakukan nya.

"Tuan Han, mohon pengertian nya, nona Silia sebenar nya tidak bisa minum, tolong jangan paksa dia lagi."

Mendengar itu wajah tuan Han berubah marah, "Nina Silia saja tidak keberatan, tapi kau malah banyak bicara!" Pria itu membuang muka dan berjalan menghampiri Silia, "Nona Silia, bagaimana kalau kita minum berdua saja, di kamar ku."

Sejak tadi Jo masih mencoba menahan diri, kali ini tidak lagi, dia turut bangkit berdiri dan menarik lengan Silia untuk segera pergi dari sana, dia tidak peduli lagi dengan kontrak kerja nya. "Sepertinya kami harus segera pergi, permisi!"

"Hei... apa kalian mau cari masalah?" Pria paruh baya tidak terima dan memacahkan botol minuman, menodong kan ke arah Jo dan Silia untuk mengancam.

Bersambung.