Chereads / Aletha : Revenge / Chapter 10 - Bab 10

Chapter 10 - Bab 10

Wanita itu seperti ratu kegelapan, tapi kenapa ia begitu tidak ingin bangun. Rantai ditubuhnya terlepas secara paksa banyak luka disana. Ia menggunakan kekuatannya untuk tidak bebas dari sana. Sosoknya begitu menakutkan. Aku tidak pernah melihat yang semenyeramkan itu.

Aku menatap pria yang baru-baru ini mengatakan diriku adalah matenya. Aku tau ia telah mengklaimku miliknya. Tanda bulan sabit kecil dileherku menandakan hal itu. Tapi kenapa aku tidak merasakan hal yang sama seperti dia. Aku ingin merasakan kehadiran mate. Sekilas kejadian dulu dan sosok wanita menyeramkan itu memenuhi isi kepalaku. Aku menutup mata dan memeluk leher Xander dengan erat.

Ia berhenti melangkah, mungkin karena aku tiba-tiba memeluknya. Ku pikir ia akan membawaku ke ruang kesehatan tapi ternyata ia membawaku ke gedung tua disamping perpustakaan yang menjadi area terlarang. Aku melepaskan pelukanku, memastikan memang benar ini area terlarang.

"Apa kau tau, dibalik area terlarang ini begitu banyak menyimpan rahasia, bahkan aku sendiri ingin mencari tau apa itu"

"Lalu kenapa kau membawaku kesini" ia menurunkanku perlahan dari gendongannya. Ia memintaku untuk berdiri.

"Ini akan terasa sakit tapi ku harap kau bisa menahannya"

"auw" Ia menusukan jarum kecil ke leherku. Entah apa itu. Aku merasakan panas disekujur tubuhku. Kepalaku begitu pusing.

***

Aku menangkapnya sebelum ia jatuh ke tanah. Aku harus membawanya kekediamanku terlebih dahulu.

"Kio!"

"Kau berisik sekali Xander !, eh?, ada apa dengannya?"

"mansion sekarang"

Kami bertiga sudah berada di area depan mansion milik keluargaku. Aku melihat keadaan Aletha. Bibirnya mulai membiru dan tububnya mulai menggigil.

"Xander apa yang kau lakukan padanya!"

"Apa maksudmu Kio?"

"Menjauh dari dirinya sekarang!!!"

BOOM!!!

"Aku begitu muak dengan kalian yang terus berusaha membangkitkanku secara paksa, apa kali ini kalian ingin melihat kemampuanku meski setengah tersegel?"

Aletha ia berubah, bola mata hitam dengan rambut yang hitam yang memiliki warna merah api di area tertentu. Dia menyerang membabi buta ke arah kami. Dia lebih kuat dari yang ku kira. Kio menahan serangannya. Namun ia berakhir terlempar menghantam dinding beton mansion.

Dia semakin menggila. Aku membangkitkan sisi demonku untuk bertarung dengannya meski harus ku akui sisi ini begitu sulit untuk dikendalikan. Aku tidak ingin membunuh Aletha. Aku menjeratnya dengan rantai dunia bawah. Awalnya ku pikir ia sudah tak berdaya tapi tak ku sangka ia menghancurkan rantai itu begitu mudah. Entah datangnya dari mana. Sebuah pedang yang terbuat dari tulang belulang manusia atau mungkin iblis muncul ditangannya dengan aura mencekam. Sungguh kegelapan yang begitu kental. Aku dan dia semakin lama semakin menyerang satu sama lain. Saat sisi demonku hampir merenggut kesadaranku, aku langsung mengambil tindakn dengan menidurkannya kembali.

"Lemah" itulah yang ku dengar darinya. Ia ingin menusukan pedang itu ke jantungku. Tapi terhenti.

"ja-jangan"

Pedang itu lenyap bersama dengan penampilan Aletha yang kembali normal. Ia membuka matanya, melihat ke selilingnya. Lalu kembali menatapku.

"a-aku maafkan aku..." aku berjalan cepat ke arahnya memeluknya. mengatakan semua baik-baik saja.

"Itu bukan kesalahanmu Aletha, bukan kesalahanmu"

"Ta-tapi."

"shutt...sudahlah" Aku menarik pergelangan tangannya dan membawanya ke mansionku. Syukurlah keputusanku membawanya kesini adalah hal yang benar, jika aku membawanya ke mansion utama. Sudah pasti ia akan membunuh banyak orang.

aku memintanya beristirahat di kamarku. Mungkin karena ia kelelahan. setelah berbaring di tempat tidurku, ia langsung tertidur. Aku menatap wajah damainya. membenarkan anak rambutnya. Kau memang makhluk yang indah Aletha. Bahkan kemisteriusanmu semakin membuatku tertarik.

"Xander" aku menoleh ke belakang melihat Kio berdiri di ambang pintu.

"Bagaimana luka mu Kio?"

"Tenang saja rose sudah menyembuhkanku, boleh aku masuk"

"masuklah"

"Matemu itu memiliki tanda kuno ditengkuknya, masih ingat saat kita ke perpustakaan kuno, ingat disalah satu buku itu terdapat tanda seperti yang dimilikinya?"

"aku masih mengingatnya, tapi penjelasan tanda itu belum ditemukan, bahkan ilmuwan kita belum dapat menerjemahkannya"

"Aku merasa tanda itu berkaitan dengan satan, ingat pada sampul buku itu, simbol satan"

"Kio aku ingin kau memperketat penjagaan di mansion ini, kirimkan surat kepada ayahku, beri tau dia aku menemukan mateku dan dalam beberapa mendatang aku akan membawanya kehadapannya."

"Baik"

Setelah kepergian Kio, aku mengingat kembali perjalanan kami. Perpustakaan kuno yang berada di hutan terlarang itu, membuatku berspekulasi jika buku itu ada kaitannya dengan Aletha. Apa hubungannya dengan satan?. Teka-teki ini harus ku pecahkan. Aku pergi ke ruang kerjaku menyelesaikan tugasku yang tidak berkesudahan.

Hari semakin sore, aku membereskan berkas yang ada dimejaku. berjalan menuju kamarku. aku tersenyum melihat wanitaku masih terlelap. Apa rose yang menggati pakaiannya?. Aku duduk disamping tempat tidur menatapnya dengan penuh kehangatan. Rasa lelahku hilang seketika. Ada pergerakan dari dirinya, ia mulai membuka kelopak matanya.

"Xander..."

"iya?" aku tersenyum saat ia memanggil namaku.

"Tengkukku terasa panas" Aku langsung membuat posisinya duduk, aku memposisikan diriku duduk di belakangnya. Ia terus menarik napas berat dan memegang tengkuknya. aku mengeluarkan kemampuanku untuk mengurangi rasa panas pada tengkuknya. Aku menariknya untuk bersandar kepadaku. Memegang kedua tanganya untuk mengalirkan energiku.

"Apa benar aku pasanganmu?"

"benar kenapa kau menanyakan hal itu Aletha?"

"kurasa aku bukan pasangan yang baik untukmu, mungkin aku akan menjadi bebanmu Xander." aku memeluknya dan terus mengalirkan energiku.

"apa maksudmu Aletha, kau memang pasangan yang terbaik dari yang ku harapkan, kau adalah tanggung jawabku bukan bebanku" aku semakin memeluknya erat. "Tunggu apakah ini artinya kau mengakuiku sebagai matemu?"

"ti-tidak." aku melihatnya salah tingkah. mateku lucu sekali.

***

BOOM!!

"tuanku tenangkan dirimu"

"bagaiman bisa aku tenang jika milik ku terus bersama pria itu. rasanya aku ingin membunuhnya."

"ingatlah tuan dia adalah ratumu dan tetap akan menjadi ratumu, tuan juga harus mengingat kekuatan tuan yang belum sempurna"

"huh~, bawa wanitaku padaku jangan sampai membuatnya terluka segores pun, kalian mengerti!"

"baik tuan!"

"pergilah"

"Xander ia menjadi ancaman untukku, bagaimana bisa orang itu memiliki kekuatan yang bisa melebihiku. putra panglima kerajaan. aku penasaran apakah keturunan kerajaan memiliki kekuatan yang setimpal ataupun melebihi dirinya."

"Kenapa tuan sangat penasaran dengan pemuda itu?"

"tentu saja aku penasaran, ia memiliki dominasi yang kuat, bahkan bisa menjadi raja diantara para raja sekalipun, lalu kenapa ia hanya ingin mewarisi pekerjaan ayahnya, bukankah itu menarik ardian?"

"tuan berhentilah memikirkan pemuda itu, tolong fokus pada pemulihanmu setelah kebangkitanmu baru-baru ini."

"Ardian..., apa kau masih memiliki perasaan terhadapnya?"

"Jika tuan menanyakan hal itu, saya tidak berani menjawab"

"kau masih memiliki perasaan terhadapnya, sebegitu kuatnya perasaanmu terhadapnya..."