Chereads / Aletha : Revenge / Chapter 12 - Chapter 12

Chapter 12 - Chapter 12

Xander memenggal kepala darkelf itu dengan mudahnya dan darkelf satunya lagi berada digenggaman Kio. Xander memerintahkannya untuk membawa darkelf itu ke mansion utama. Tempat panglima berada. Aku turun ke bawah melihat mayat dari darkelf yang dibakar oleh Xander.

Hosh! Hosh! Hosh!

Lelah sekali. Tiba-tiba saja Xander menghampiriku dan menggendongku. Aku meminta dirinya menurunkan diriku tapi ia tak menghiraukannya. Tatapannya bukan tatapan hangat. Tatapan membunuh dan tak berhati itu muncul lagi di wajah Xander. Auranya begitu mencekikku. Terkadang ia menatapku dengan sorot mata tak terbaca.

Akhirnya kami sampai di kamar yang ku tiduri tadi. Ia memposisikan diriku bersandar pada tempat tidur. Mengambil cangkir yang ku tau itu berisi obat dari Kevin. Aku langsung meneguk habis obat itu. Membaringkan diriku dan pergi tidur.

***

Aku mengusap kepala Aletha yang tertidur tenang disini. Aku meradang setelah tau para pengkhianat itu mencoba memanfaatkan darkelf untuk membunuh mateku. Mana mereka begitu terbaca olehku. Aku akan terus menyelidiki mereka.

Setelah memastikan Aletha tidur dengan tenang. Aku pergi ke sel bawah tanah tempat Kio mengurung darkelf tadi.

"Katakan padaku siapa yang memintamu membunuh mateku!"

"Jawab!" Kio berteriak sambil mencambuknya.

"Argh!..., kau pikir nona kami adalah milikmu, kami datang untuk menjemputnya dan bersandibg dengan tuan kami, kau sama sekali tidak berhak memilikinya!" Kio mengeluarkan kemampuan elemen apinya. Perlahan dan pasti ia menakut-nakuti darkelf itu.

"Katakan siapa tuanmu!" Kio langsung menempelkan api itu diwajah darkelf. Teriakan kesakitan memenuhi sel bawah tanah.

"Kau pikir aku takut dengan siksaan kalian heh!?, lebih baik aku mati sendiri dibandingkan harus mati ditangan kalian"

Entah ia mendapatkan kekuatan dari mana. Badannya mulai bercahaya dan meledak meluluh lantahkan sel bawah tanah ini. Syukurnya aku membangun tameng untuk melindungi diriku dan juga Kio.

Dimana dia sebenarnya. Aku merasakan hawa keberadaannya tapi ia tak muncul. Aku hanya menemui darkelf. Lalu dimana dia?.

Aku meminta Kio untuk membereskan sel bawah tanah ini lalu aku berjalan menuju kamar Aletha. Aku duduk di sofa dan mulai memejamkan mataku.

***

Cahaya matahari menembus jendela kamarku. Aku terbangun karenanya. Selimut?. Aku langsung panik ketika menyadari Aletha tidak ada.

Dug!

"Hey tenanglah, kau seperti kehilangan sesuatu Xan?" Kio melemparkan bola ke kepalaku dan ia berhasil mengenaiku. Aku mengedarkan pandanganku.

"Seperti inikah ketika Xander menemukan matenya?, matemu berada di ruang tamu. Ia sudah siap pergi ke akademi, kami hanya menunggu dirimu bodoh".

Aku memicingkan mataku ke arah Kio. Setelah itu aku kembali ke kamar dan bersiap. Akhirnya kami bertiga pergi ke akademi bersama.

***

"Aletha!" Elina memelukku erat seolah aku pergi selama ribuan tahun.

"Aletha, crystal ingin bertemu denganmu, ia menunggumu di taman belakang" zeline masih sama bersikap dewasa dan biasa saja.

Tanpa pikir panjang aku melangkahkan kakiku menuju taman belakang. Ku ia duduk dibangku taman sendirian. Pagi-pagi buta seperti ini tidak banyak orang yang pergi kesini. Aku menghampirinya. Ia langsung refleks berdiri setelah mengetahui keberadaanku.

"Aku mencarimu kemarin tapi tidak menemukan dirimu"

"Langsung keintinya saja Crystal" ucapku padanya.

"Ini permintaanmu, mereka membuatnya menjadi senjata sesuai isi surat yang kau kirimkan dan ini kartu vvip yang kau minta. Ayahku akan mengadakan pelelangan akhir pekan ini. Pastikan kau datang, banyak barang yang bagus dan juga jangan lupa memakai topeng"

"Ini uangnya"

"Tidak perlu Al, anggap saja ini permintaan maafku atas berakhirnya hubungan kalian"

"Kenapa kau yang meminta maaf?"

"Mereka bilang karena diriku hubunganmu dan Eric berakhir" ia menundukan kepalanya. Aku hanya menatapnya dingin.

"Itu bukan kesalahanmu, lagi pula aku tidak mencintai Eric dan hubungan ini resmi ku akhiri karena aku sudah memiliki seseorang yang ku cintai dan mencintai diriku dengan tulus. Terima uang ini, kau dan aku akan menjadi mitra ke depannya"

Huh~mereka berulah lagi. Aku mematahkan mantra yang dibuat oleh Elina dan Zeline.

"Berhentilah bertindak bodoh!" Aku memarahi mereka bedua tapi mereka hanya terkekeh biasa. Senang melihat mereka seperti ini.

Kami kembali ke kelas untuk menerima pelajaran kembali. Seperti biasa mereka fokus dalam pelajaran. Ditengah-tengah perlajaran kepala akademi memintaku menemuinya. Aku langsung diberi tatapan tajam dari Zeline dan Elina bersamaan. Aku hanya bisa menggelengkan kepalaku.

Setelah sampai diruangan dapat ku lihat kepala akademi bersama dengan Trial penyihir tingkat tinggi yang kemarin beradu denganku. Aku langsung duduk besebrangan dengannya.

"Aletha, aku ingin kau dites ulang dengan menggunakan senjata. Apa kau sudah bisa memegang pedang?"

"Tenang saja pak, saya sudah memiliki penggantinya."

"Baiklah mari kita pergi ke arena."

Sesampainya kami di arena, aku memakai gelang yang pemberian dari Crystal. Setelah itu memfokuskan aliran mana ke gelang tersebut. Terbentuklah cambuk mana.

"Menarik"

"Xander?"

"Yup bukan Trial yang mengujimu, tapi aku Aletha"

"Kenapa?"

"hmmm hanya ingin tau kekuatan istriku" ia mengedipkan matanya ke arahku.

" Kau memang bukan makhluk es!"

aku mengambil langkah mengontrol senjata baruku dengan tenang aku mulai menyerangnya. Xander begitu tenang saat aku mulai menyerangnya. ia hanya menghindari seranganku. menyadari ada sesuatu yang aneh. aku menghentikan serangan. menganalisa kembali keadaan.

***

Tak ku sangka Aletha sangat piawai dalam menggunakan senjata. ia berhenti menyerangku. Hmmm analisa yang bagus mate. giliranku sekarang.

aku membelah pijakannya untuk membuatnya terjebak. Namun, ia berhasil keluar dan membaca situasi dengan cepat. ia mengarahkan jarum?, ke arahku. unik sekali jarum besar itu berasal dari duri landak dan tali yang mengikatnya adalah aliran mana. aku tidak pernah melihat senjata yang begitu fleksibel seperti ini. bahkan tanpa sadar naluri perangku bangkit saat adu tanding dengannya. Aletha kau memang mateku.

aku membangun barier saat ia mulai menyerang menggunakan elemen airnya. hilang?. airnya hilang. sekilas aku melihatnya tersenyum. barier ku tembus dan bersamaan dengan itu elemen air masuk bersamaan dengan elemen petir. aku tidak pernah sesenang ini. Aletha benar-benar membuatku berdebar dengan kemampuannya ini.

"sial sifat psikopat perangnya muncul lagi, tidak akan mudah bagi Aletha sekarang, mmm kepala akademi dan juga penyihir Trial akan lebih baik kita pergi dari arena ini karena ku rasa akan ada yang terluka jika kita tidak pergi dari sini" aku mendengar pembicaraan Kio. dasar kau Kio.

sisi demonku bangkit. aku merampalkan mantra membuat Aletha melayang ke arahku sepeti magnet. ia menggigit bibir bawahnya.

swoshh...

teleportasi yang mengesankan Aletha. aku membuat pusaran awan dan juga elemen petir untuk mengepungnya. ia terlihat terkejut dengan kemampuanku. ia berusaha keluar tapi tak bisa. aku tersenyum melihat ke arahnya.

gocha!

cup

aku mendapatkanmu my mate