Chereads / Aletha : Revenge / Chapter 17 - Chapter 17

Chapter 17 - Chapter 17

"Kenapa kau yang menyerangku bodoh!"

"Aku melakukannya agar dia tidak menghancurkan ruangan ini!"

"Daren yang dikatakan Kio benar adanya, apa kau ingin Xander menghancurkan ruangan ini?, ah kenapa terasa dingin disini" aku benar-benar kaget dengan aura yang dikeluarkan Xander. Ah bukankah aku putra mahkota lalu kenapa aku malah mundur mengikuti Kio, Daren, dan juga Arley. Sial. Jujur saja auranya benar-benar menekan kami semua anehnya Carl tak terpengaruh sama sekali.

***

Aku mengerjapkan kedua mataku menyesuaikan cahaya yang masuk. Sejak kapan aku berbaring di sofa panjang ini. Aku bangun dari tidurku saat mendengar suara ledakan mungkin. Saat aku menemukan kesadaranku sepenuhnya. Aku melihat putra mahkota, Kio, Daren dan Arley mundur perlahan seperti anak kecil yang takut ketika orang tua mereka marah. Lucu sekali. Lupakan. Aku melihat ke arah Xander dengan ekspresi marahnya mencoba mendekati mereka berempat. Aku yang sadar dengan aura mencekam lari ke hadapan Xander dan mencoba menenangkannya.

"Xander..." Fokus matanya beralih ke arahku.

"Kau sudah bangun, apa suara ledakan tadi yang membangunkanmu?" Sepertinya mereka berempat melakukan sesuatu hingga Xander semarah ini.

"Tidak, aku bangun karena auramu yang mencekam" jawabku sedikit berbohong. Xander membulatkan matanya. Tangannya mengusap pipi kiriku secara lembut.

"Maafkan aku karena membangunkanmu" aku menggelengkan kepalaku menandakan tidak apa-apa.

Sekilas aku melihat ke arah Carl. Ekspresinya tidak terbaca, hal itu membuatku menjaga jarak dan berhati-hati terhadapnya.

"Apa kau merasa tidak nyaman?" Sepertinya Xander mengetahui apa yang kurasakan. Aku menggelengkan kepalaku sekali lagi. Ia tersenyum tipis dan mengacak puncak kepalaku. Setelah itu ia terdiam sebentar seperti mendapatkan kabar dari pikirannya. Benar saja ia langsung berlalu begitu saja.

"Terima kasih Al, kau telah menyelamatkan hidupku darinya" ucap Daren.

"Kau tau Al dia marah besar karena aku menyebabkan ledakan itu, jika bukan karenamu aku akan lenyap"

"Bukan hanya kalian berdua yang terlibat, aku juga termasuk tanpa sebab, semua ini karena kalian berdua. Ah benar juga, ku dengar kau pernah melawan professor Dalbert" aku menganggungkan kepalaku ke arah putra mahkota Aldric.

"Wah berarti kau perempuan yang menakutkan, benar juga minggu depan kau harus mengikuti ujian akhir bukan?"

"Iya"

"Ternyata sikapmu dan matemu itu sama, tidak peduli dengan siapa mereka bicara tetap saja kalian bersikap dingin"

"Jika dia pernah melawan professor Dalbert, aku juga ingin melawanmu Aletha"

"Aku menolak"

"Aaa...kau mengagetkanku Xan!"

***

Berani-beraninya Daren mencoba melawan Aletha. Aku tidak mengizinkannya sama sekali. Meskipun ku tau Daren yang akan kalah. Aku mendapat pesan dari Kevin yang memintaku menemuinya tadi. Aku bergegas kesana karena ia terdengar tergesa-gesa. Ya ini mengenai keadaan Aletha. Sepertinya malam ini ia akan mampir ke mansionku untuk melihat keadaan Aletha.

Kevin memintaku untuk memakaikan gelang yang terbuat dari perak dengan sihir rumit yang melingkupinya. Aku meraih tangan kiri Aletha dan memasangnya disana. Aletha terlihat kebingungan, aku hanya tersenyum tipis kearahnya.

"Aku hampir lupa, Xander bukankah kita harus ke perbatasan sekarang?" Aku mengangguk ke arah Daren.

Kami pamit pada Aldric dan memasuki portal yang dibuat Kio. Aku memegang tangan Aletha dengan erat agar ia terus berdekatan denganku. Kondisi perbatasan saat ini tidak aman. Salah satu tawanan yang kami kurung terus meneriakan takdir 'wadah'. Aku merasa ada kaitannya dengan Aletha karena Alex menceritakan tentang manusia 'wadah'.

Saat kami tiba diperbatasan, semua prajurit yang ada tengah sibuk mengirim ulang bala bantuan, tenaga medis banyak dikerahkan untuk membantu yang terluka. Pemandangan seperti ini bukan lagi hal yang langka bagiku. Pemandangan seperti ini sudah menjadi tontonanku setiap harinya.

Aku mengeratkan genggamanku pada Aletha. Tak ada ekspresi ketakutan di wajahnya. Entah aku harus bernapas lega atau tidak. Ekspresinya saat ini menjadi kekhawatiran tersendiri bagiku.

"Tak bisa ku duga keadaannya begitu genting"

"Hormat kepada petinggi!"

"Jelaskan keadaan saat ini" Daren merubah sikapnya menjadi lebih dingin.

"Portal muncul ditengah-tengah hutan, kami masih belum bertemu makhluk apa yang keluar yang jelas tak ada yang bisa mendekati portal itu sekarang"

"Orc" semua mata tertuju kepada Aletha yang tengah memandang luka salah satu korban.

"Melihat luka yang disebab serangan itu, jelas makhluk yang keluar adalah orc" Tatapannya serius mengatakan hal itu. Aku langsung memerintahkannya kembali untuk memberitahukan makhluk apa yang mereka hadapi diluar sana.

"Wow dari mana kau tau itu?" Daren mulai penasaran.

"Aku memiliki pengalaman hunter petualang"

"Hey Xan sepertinya kau menemukan wanita tangguh disini"

"Boleh aku melihat lokasinya?"

"Terlalu berbahaya Aletha" aku melarangnya melakukan sesuatu yang berbahaya.

"Xander kita harus melihat kondisi portal saat ini, jika ukurannya lebih besar dari ukuran normal, maka tidak menutup kemungkinan high orc akan keluar" aku tetap menolaknya, ini terlalu berbahaya.

"Xander yang dikatakan matemu benar, kita harus memanfaatkan pengetahuannya tentang portal untuk mengetahui lawan dan meminimalisir korban"

Dengan berat hati aku mengiyakannya. Kio dan Arley ku perintahkan untuk menjaga gerbang di sisi barat dan timur. Aku, Aletha dan juga Daren akan maju menuju lokasi. Kali ini kami tidak menggunakan teleportasi karena mana disekitar sini begitu tidak stabil dan cenderung liar.

Boom!

Aku langsung memeluk tubuh Aletha saat ledakan itu terjadi di depan kami. Syukurnya Aletha baik-baik saja. Benar yang dikatakannya segerombolan orc tiba di depan kami. Aku dan Daren mengambil posisi di depam Aletha. Menyerang para gerombolan orc memanglah mudah tapi fokusku terbagi karena mengkhawatirkan Aletha.

'Xander fokuslah menyerang mereka, jangan khawatirkan aku'

Tanah yang kami pijak terbelah menciptakan lubang besar dan didasar ada tanah yang membentuk tombak. Aletha membuatnya untuk mengurangi jumlah orc. Tak pernah ku sangka ia begitu piawai dalam bertindak. Lihat saja ia melompati beberapa orc yang ingin menyerangnya. Tak mau kalah aku mengeluarkan elemen petirku ke arah segerombolan orc. Mereka lebih banyak dari yang ku kira.

Portal yang kami tuju sudah terlihat. Aku, Daren dan Aletha bergegas ke depan portal itu. Aletha memperhatikan portal itu dan mulai mengeluarkan kekuatan magenya. Aku selalu mendapat kejutan darinya bukan saja hunter elemental, sekarang mage. Sungguh mateku luar biasa aku terus tersenyum betapa beruntungnya aku mendapatkannya.

"Xander ciptakan barier sekarang!" Aku menuruti keinginan Daren rupanya ia mengeluarkan elemen air dan angin membentuk badai untuk melawan orc.

Aku terus memantau Aletha, ia mulai menutup portal itu. Aku membunuh semua orc yang hendak menyerang Aletha dari balik portal. Aku mencoba mengalirkan mana kepada Aletha tapi mode magenya itu tak memperbolehkanku. Aku merasakan gelagat aneh dari Aletha. Peluh dingin dan juga ekspresi ketakutan dan amarah menjadi satu. Tangannya mulai gemetar. Sial ini pasti ulah orc mage yang ada di dalam sana. Aku tak bisa menahan diriku lagi. Akhirnya aku mengeluarkan kekuatanku untuk menutup portal itu secara paksa. Tertutup.

Aletha terduduk di tanah dan mulai merancau tidak jelas. Ia menutup kedua telinga seolah ada yang mengganggu pendengarannya. Aku langsung bergegas menuju ke arahnya.

"Tidak, hentikan, hentikan suara itu!"

"Aletha tenangkan dirimu"

"Bukan aku, bukan aku, itu bukan kesalahanku!"

Aku menariknya kepelukanku dan mencoba menenangkannya. Ia terus memberontak di dalam pelukanku. Terlihat darah keluar dari hidungnya. Aku semakin panik dibuatnya.

"Aletha tenanglah aku bersamamu disini, bernapaslah perlahan"

Ia mulai stabil dan aku mulai mengobatinya dan membersihkan noda darah. Setelah portal itu tertutup, mana yang berada disekitar sini menjadi stabil. Daren yang merasakannya memaksimalkan kekuatanya untuk membersihkan sisanya.

"Ada apa dengannya?"

"Orc mage" Daren membulatkan matanya setelah aku mengatakan hal itu. Orc mage sangat sulit untuk dikalahkan. Meskipun aku bisa tapi kerusakan yang ditimbulkan akan terasa sampai keluar portal.

"Aletha kau baik-baik saja?" Aletha menganggukan kepalanya. Aku membawanya ke dalam gendonganku. Terlihat ia masih ketakutan terlihat jelas ketika ia memeluk leherku dengan erat.

"Daren kau selesaikan sisanya" Daren hanya mengangguk dan aku langsung melakukan teleportasi menuju perkemahan.

Aletha masih setia pada posisinya. Banyak prajurit yang melihat ke arahku mempertanyakan sosok yang ada digendonganku.

"Kau masih takut?" Aku mendudukannya disalah satu kursi panjang yang terdapat di depan perkemahan medis.

"I-iya" aku menyandarkan kepalanya ke dadaku memeluknya dan mengelus surai hitamnya dengan lembut.

"Tenanglah semua akan baik-baik saja"

"Xander, ada yang ku ingin bicarakan denganmu" aku mengalihkan pandanganku pada Kio yang baru saja tiba di depanku bersama dengan Arley. Sepertinya permasalahan kali ini ia tak ingin melibatkan Aletha.

"Xander, apa aku boleh membantu mereka?"

"Aletha kondisimu saat ini tidak stabil, kau harus beristirahat"

"Tidak aku baik-baik saja, lihat, aku bisa berdiri bukan?"

"Hahaha...baiklah Aletha aku akan meminta Arley mengawasimu disana, jika kau mencariku katakan saja padanya, aku harus meninggalkanmu sebentar"

"Tenang saja, aku bukan anak kecil lagi" Arley dan Aletha berlalu pergi membantu para tenaga medis yang ada.

"Xander, aku menangkap tawanan di gerbang utara, ia terus menyebut takdir 'wadah' dan berniat untuk menjemput nona mereka, kurasa ini berkaitan dengan Aletha. Bukan hanya itu aku merasakan pasukan hitam mulai bertindak"

"Sepertinya kita harus memperketat penjagaan di mansion untuk menjaga Aletha, apa kita tidak bisa menemukan info tentang takdir 'wadah' ?"

"Ku pikir hanya satu tempat yang memiliki sumber informasi ilegal"

"Rumah lelang aprikot"

***

"Bagaimana?"

"Saat ini kondisinya melemah, apakah kita harus memulainya sekarang?"

"Tidak jangan mengambil langkah gegabah, bukan hanya kita yang menginginkannya tapi juga mereka dan ingat siapa matenya sekarang"