Aku melihat Xander nampak kebingungan karena ia tertidur. Demon pada dasarnya tak pernah tidur. Tapi hal itu berbeda, karena dia Xander. Xander memiliki darah manusia, yang artinya sifat manusia itu akan muncul sesekali tanpa ia sadari. Rupanya nenek Xander berasal dari kaum manusia. Entah kenapa melihat wajah baru bangun dan kebingungannya ingin membuatku tertawa. Aku melihat sekali lagi ekspresi bingungnya, ya ampun dia begitu menggemaskan dengan pupil mata yang membesar. Tanpa sadar aku tersenyum padanya.
"Kau tersenyum.."
"Eh?" Aku terkejut karena Xander mengatakan hal itu.
"Jangan lakukan itu di depan semua orang aku tidak suka, senyum mu itu hanya untukku"
Ya ampun lagi-lagi dia seperti anak kecil yang tidak ingin benda berharganya diambil. Aku hanya terkekeh geli mendengar penuturannya.
"Xander kau belum membersihkan dirimu, pergi bersihkan dirimu terlebih dahulu" perintah ibu Xander. Ia menggenggam tanganku dan menarikku melangkah mengikutinya.
"Xander kenapa kau menarikku?" Tanyaku padanya.
"Aku tidak ingin kau menghilang dari hadapanku lagi"
"Dasar kau ini" aku hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalaku ke arahnya.
Sesampainya di kamar. Lagi, ia kembali memelukku.
"Kenapa kau sering sekali memelukku?"
"Aku merindukanmu" entah kenapa jantungku berdebar kencang. Aku menenggelamkan wajahku di dadanya.
"Jantungmu berdebar" aku menggigit bibir bawahku.
"Jangan katakan apapun, bersihkan dirimu cepat"
Aku mendorongnya menuju kamar mandi. Setelah itu aku duduk di pinggiran tempat tidur.
***
"Sepertinya kita tidak bisa memberi tahu Xander tentang rencana aliansi" ucap Kio
"Sepertinya begitu" Kevin yang memainkan tongkatnya merespon perkataan Kio.
"Apakah kisah mereka berakhir bahagia?, aku sangat senang melihat Xander terlihat hidup saat menemukan matenya" Kio mulai menerawang perubahan yang ada pada Xander.
"Aku juga bahagia karena Aletha memiliki sandaran, akhir cerita dari kisah mereka hanya bisa dijawab oleh takdir, kenyataan yang sekarang adalah Aletha dalam keadaan sulit, selain aliansi ada yang mengincarnya, ini akan semakin sulit bagi Xander"
***
Aku merasa lebih baik setelah tertidur cukup lama. Rasanya energi dan kekuatanku meningkat dengan tajam. Aku berjalan menuju balkon merasakan semilir angin sore yang menyejukan diriku. Aku mulai menajamkan seluruh indra. Semakin ku pertajam semakin terdengar suara-suara yang muncul. Pikiran para laki-laki yang ada di tempat latihan tak jauh dari sini, aku bisa mendengarnya. Lucu sekali, sebagian dari mereka terus memikirkan mate dan yang belum mendapat mate memiliki pikiran fokus untuk berlatih.
Aku tersenyum dan membuka mataku. Aku terkekeh kecil, perempuan yang menjadi pasangan laki-laki benar-benar membawa perbedaan yang sangat mencolok. Apa Xander juga begitu?. Hee aku malah memikirkanya.
Grep!
"Xander kau mengagetkanku"
"Kau memang pendek Al" aku menyiku tulang rusuknya.
"Kalo begitu cari saja wanita lain!" Aku memilih pergi dari hadapannya yang benar saja, dia malah mengejek tinggi badanku. Xander sialan!.
"Aku hanya bercanda, ngomong-ngomong kau terlihat lebih hidup dibandingkan dulu, dulu kau begitu dingin dan kebingungan" aku menggigit bibirku. Entah kenapa kalimat yang ia lontarkan benar adanya.
Cup!
Aku membelalakan mataku terkejut dengan apa yang terjadi barusan.
"Jangan menggigit bibir mu seperti itu, kau tau aku tak bisa menahannya" ia tersenyum lembut padaku.
"Ku dengar selama aku tertidur kau pergi ke tempat lelang, kenapa kau tidak membawaku?"
"Kau tertidur Aletha, tidak mungkin aku membawamu pergi dalam kondisi seperti itu" Benar yang dikatakan Xander.
Aku merasakan mana Xander menyebar menciptakan barier ruang. Aku menatapnya. Ia tengah menutup matanya lalu membuka matanya kembali. Terlihat perubahan pada dirinya. Rambutnya berubah warna menjadi silver, maniknya berubah menjadi gelap total pada mata kanannya dan pada mata kirinya memancarkan manik emas yang terlihat menawan. Ia terlihat lebih tampan dan karismatik. Aku mendekatinya dan menempelkan tanganku pada pipi kanannya. Ia tersenyum ke arahku.
Ia mengeluarkan sebuah kotak lalu membukanya. Aku merasakan tekanan yang begitu besar pada cincin yang ada di dalam kotak tersebut.
"Aku membelinya di rumah lelang, ku pikir kau akan menyukainya, tapi aku begitu terkejut dengan tekanannya, sebab itulah aku berada pada sisi demonku"
"Aku menyukainya" Entah kenapa sorot mataku terfokus pada cincin itu dan tanpa sadar aku sudah memakainya.
Rasa sakit yang begitu asing langsung menyerangku. Aku menutup mataku untuk menekan rasa sakitnya. Meski ku tau itu adalah hal yang tak berguna. Aku membelalakan mataku saat merasakan rasa sakit luar biasa pada dadaku. Xander yang melihat itu langsung menahanku yang hampir jatuh.
"Aletha lepaskan cincin itu sekarang!"
Aku tidak bisa mendengar apapun. Gelap kenapa penglihatanku menggelap.
Argh!
***
Sial cincin ini tak bisa ku lepaskan dari jari manis Aletha. Ia sudah menahan rasa sakit ini cukup lama. Aku juga dikejutkan perubahan wujudnya yang menyerupai sisi demonku, hanya saja matanya berwarna biru terang, ia begitu cantik.
Aku mencoba menyalurkan energi ku padanya membantunya melawan rasa sakit itu. Seketika itu juga perubahan pada Aletha berangsur lenyap. Ia terlihat mengatur napasnya. Aku kembali pada wujud normalku dan menghancurkan barier yang ku ciptakan.
"Kau baik-baik saja?" Ia hanya menganggukan kepalanya. Aneh kenapa aku tidak merasakan tekanan itu lagi.
"Cincin ini apa bagian dari naga itu?"
"Ya" Aku menariknya untuk berbaring di tempat tidur.
"Kau harus beristirahat Al"
"Bukankah aku sudah beristihat, kenapa kau memintanya lagi" Aletha bangkit dari tidurnya dan menatapku sambil memikirkan sesuatu.
"Ajak aku berkeliling mansion ini, sepertinya menyenangkan" aku tak bisa melepaskan padanganku darinya matanya yang berbinar menginginkan sesuatu begitu indah. Ia terlihat polos jika seperti ini.
"Baiklah, ayo" aku menggenggam tangannya dan pergi untuk berkeliling mansion milik orang tua ku ini.
Kami tiba di tempat lantihan tim pengintai mansion ini. Terlihat bagaimana tim khusus itu dilatih secara khusus dengan menampilkan berbagai macam teknik dan kekuatan yang mereka kembangkan. Aletha tampak takjub dengan latihan para tim pengintai. Aku tidak suka melihatnya fokus ke arah mereka. Aku berjalan ke hadapannya dan menyembunyikan tubuhnya dalam jubah kebesaranku.
"Xander apa yang kau lakukan, lepaskan"
"Tidak, kau terus menatap ke arah mereka"
"Hoo jadi kau cemburu, ayolah lepaskan aku" aku membiarkan kepalanya muncul dari jubahku. Aku tertawa kecil memperhatikannya. Sungguh menggemaskan gadisku ini.
"Kau keterlaluan, kenapa hanya kepalaku?" Aku mengarahkannya ke depan dan berjalan meninggalkan tempat itu dengan Aletha yang berada di depanku. Setelah meninggalkan tempat itu barulah aku melepaskan tubuhnya.
"Kau benar-benar!" Tanpa memperdulikan amarahnya, aku menarik tangannya menuju tempat favoritku.
"Apa kau sudah bertemu dengan kedua orang tua ku?"
"Sudah"
"Bagaimana reaksi mereka?"
"Ayahmu hanya tersenyum dan suka sekali menjahili ibumu, saat aku bangun, aku terkejut ibumu tiba-tiba memelukku sambil menangis" Sepertinya ibuku melihat masa lalu dari Aletha.
"Apa ibuku mengatakan sesuatu?"
"Mmm dibilang akan menjagaku, melindungiku dan menyayangiku" aku melirik ke arahnya. Seperti biasa tindakannya selalu tak bisa dibaca.
"Kita sampai" aku melepaskan genggaman tanganku dan mendorong pintu kayu di depanku terbuka.
"Ini indah sekali" aku senang melihat Aletha yang antusias dengan mata berbinar.
"Ini tempat latihanku dan juga tempatku menyendiri, besok kita akan berlatih, kau harus lulus dari akademi itu agar aku bisa menikahimu"
"Hmm kalo begitu aku memilih gagal saja di ujian nanti"
"Jangan bermain-main Aletha" tanpa ku sadari Aletha mencipratkan air kolam ke arahku.
***
Tempat ini begitu indah. Pohon besar yang ada diujung dengan air kolam dan pancuran yang menenangkan membukaku terpana. Bahkan pencahayaan disini begitu terang.
"Ini tempat latihanku dan juga tempatku menyendiri, besok kita akan berlatih, kau harus lulus dari akademi itu agar aku bisa menikahimu"
"Hmm kalo begitu aku memilih gagal saja di ujian nanti" aku mencoba menjahili Xander. Kencemburuan dan keinginannya memilikiku terlalu kuat.
"Jangan bermain-main Aletha" Aku mencipratkan air kolam ke wajahnya lalu berlari menghindarinya. Ia mengejarku. Aku berusaha menghindarinya, hingga pada akhirnya ia mendapatkan ku.
"Hahaha..." aku dan Xander tertawa bersama dengan apa yang kami lakukan. Akhirnya aku dan Xander kembali berkeliling dan berhenti ditaman bunga milik nenek Xander.
Bunga krisan kuning?