"Apa kau memang sebodoh ini dalam hal ramuan?"
"Dari tadi kau terus mengoceh, sebenarnya kau ingin mengajariku atau tidak?"
"Kau mulai menjawab gurumu"
"Tolong siapa pun hentikan pertengkaran mereka berdua"
Hah pagi-pagi buta aku mendengar pertengkaran dari pasangan yang memiliki sifat keras kepala yang sama. Aku bertanya-tanya bagaimana bisa mereka menjadi atasanku.
"Kio kemari!" Xander berteriak memanggilku.
"Apa"
"Ini, bantu aku mendeteksi kesalahan pada ramuannya"
Saat melihat ke arah cangkir yang diberikan padaku, kurasa hari ini adalah hari terakhirku membuka mata.
"Kenapa rasanya berbeda?"
"Xander entah kenapa perutku rasanya tidak enak"
"Kio yang kau katakan memang benar, perutku juga sakit"
"Ah sepertinya aku membuat ramuan untuk membantu pencernaan"
"APA!" teriakku bersama Xander.
Aku dan dirinya berlari meninggalkan Aletha yang tertawa terbahak-bahak melihat tingkah kami.
***
Setelah kepergian mereka, aku membuka mata dan mengubah ekspresiku. Melihat ke atas langit. Ketenangan ini menggangguku. Aku menutup mata membiarkan semua aliran mana di tubuhku bergerak bebas mengikuti mana alam. Badanku terasa lebih ringan dari sebelumnya.
"Ruth"
"Ya nona" ia datang bersamaan dengan awan hitam yang mengelilinginya.
"Ambil ini dan pergu ke rumah lelang Aprikot, mereka akan memberimu barang yang ku perlukan, rahasiakan identitasmu"
"Baik nona"
Kepergian Ruth membuatku kembali hanyut dalam pikiran sederhana.
"Kau merepotkan"
'Sudah lama sekali sejak kita berkomunikasi'
"Kau pikir aku mau berhubungan denganmu?"
'Haha...kau memang gadis yang unik, siapa tau kau sudah menarik perhatian kaum pria'
"Aku sudah memiliki pasangan, jaga ucapanmu itu"
'Dia akan menjemputmu meski kau memiliki pasangan'
"Kau dan juga pria itu, kalian begitu memuakan"
'Apa kau mendeklarasikan perang padaku?'
"Bodoh, aku hanya mengungkapkan apa yang ada dipikiranku"
'Tenang saja aku hanya bercanda, kau baru saja menemukan artefak kunci'
"Maksudmu cincin ini kuncinya?"
'Ya, kau bisa memenangkan hak artefak lain dengan dominasinya'
"Huh~ tak ada kah cara lain untuk menghentikan pria dan juga dirimu"
'Ada, kematianmu, tapi tentu saja kami akan diwariskan ke keturunan yang sudah digariskan'
"Berharap apa aku dengan jawabanmu itu, pergilah, aku ingin berlatih"
'Tiba-tiba?, kau memang yang terburuk, tapi aku menantikan mesin pembunuh yang akan menampakan taringnya sekali lagi'
Setelah kepergiannya aku mengulurkan tangan kanan ke atas. Membayangkan badai terjadi di depanku.
"Hentikan badai itu nak, kau bisa membuat masyarakat ketakutan"
"Maafkan aku bu"
"Sepertinya ada yang mengganggumu, apa terjadi sesuatu di antara kau dan Xander?"
"Tidak ada yang terjadi, hanya saja, ada suatu urusan yang masih belum ku selesaikan"
"Mintalah bantuan pada Xander, ia akan membantumu"
Aku mengelengkan kepalaku
"Tidak ibu, ini bukan masalah yang serius, ini hanya masalah pribadiku, aku tidak ingin Xander ataupun yang lainnya terlibat"
"Apakah rasanya sakit berada di kegelapan yang pekat?" Aku mengangkat kepalaku dan berbalik ke arahnya.
"Jadi ibu melihat masa lalu ku?"
Deg
***
Aura yang begitu mencekam, aku tidak tau akan menjadi seperti ini. Ku pikir aku bisa memberi taunya bahwa aku melihat masa lalunya. Rupanya ia masih tak menginjinkan siapapun melihatnya. Termasuk aku ibu mertuanya sendiri.
"Maafkan aku ibu, aku tidak bisa berpura-pura baik dalam hal privasiku, karena seperti inilah aku, seperti yang kau lihat"
"Aku memahaminya, jika menginjinkanku untuk mengetahui lebih dalam siapa dirimu, aku akan merasa senang"
"Untuk sementara ini, aku hanya ingin memilikinya sendiri, aku ingin beristirahat, maafkan diriku yang lancang ini"
"Tidak apa"
***
Aku berjalan cepat menuju ke arah kamar. Tapi langkahku malah mengarah ke taman bunga. Aku tidak tau jika ada mawar hitam disini. Kematian. Akan ada banyak pengorbanan dalam hal ini. Aku ingin mengakhiri semua ini.
Grep
"Apa yang sedang kau pikirkan?"
"Tidak ada, aku hanya ingin beristirahat"
"Beristirahatlah, aku ada urusan, setelah menyelesaikan urusanku, ayo kita pulang ke mansion"
"Baiklah"
Setelah urusan Xander selesai. Aku, Xander dan Kio kembali ke mansion. Besok adalah hari dimana ujian final dilakukan. Setelah berganti pakaian aku berjalan-jalan di tempat latihan pasukan Xander berada.
Xander memang memintaku untuk tidak datang, tapi aku bersikeras. Aku harus melihat bagaimana mereka berlatih sampai memiliki julukan pedang kekaisaran.
Seperti yang ku duga mereka dilatih dengan sangat ketat, bahkan Xander sampai menggunakan kemampuan manipulasi untuk membuat pasukannya berada diperang sungguhan.
"Jangan memelukku di tempat ini Xander" Ia selalu saja memelukku dari belakang.
"Kenapa mereka sedang dalam pengaruhku, aku hanya ingin memelukmu untuk menghilangkan rasa lelah, ngomong-ngomong, kenapa kamu memakai gaun sederhana, apa kau tidak menyukai gaun yang lainnya juga?"
"Gaun bukanlah pakaian keseharianku Xander, lagi pula aku sudah banyak berkelana dan sering memakai pakaian nyaman dan mudah untuk aku bergerak, jangan lupa aku ini seorang hunter"
"Baiklah aku akan membelikanmu gaun sederhana, jangan menggunakan pakaian yang sering kau gunakan pergi ke dungeon, pakaian itu pasti ketat dan aku tidak ingin mereka melihat lekuk tubuhmu"
"Kau pikir aku memakai pakaian ketat, apa dipikiranmu itu hanya ada lekuk tubuh wanita?"
"Mmm iya, sejak kau hadir, aku sering memikirkanmu dan juga le-"
"Diam!"
Tiba-tiba saja Xander melepaskan pelukannya dan memintaku berdiri di belakangnya.
"Tunjukan dirimu!"
Ah jadi kehadiran Ruth mengganggunya. Tunggu dulu dalam mode persembunyiannya. Tak ada satu pun yang merasakan keberadaannya kecuali aku. Sepertinya Xander lebih kuat dari yang ku duga.
Ruth menunjukan dirinya.
"Apa yang kau inginkan?"
Sejak kapan pedang itu berada di tangan Xander. Ruth menunduk ke arahku. Aku menurunkan pedang Xander.
"Tenanglah, ia adalah Ruth tangan kananku yang baru kembali"
Boom!
"Xander aku merasakan mana abnormal dari si-, ah jadi kau sudab menemukannya" ucap Kio
Kedatangannya cukup heboh dengan ledakan yang disebabkannya ketika mendarat.
"Ruth berikan tanganmu" aku menentralkan aliran mananya.
"Jadi siapa wanita ini?" Tanya Kio
"Dia tangan kananku yang baru kembali dari misinya, maafkan aku karena membuat kalian mengambil posisi siaga"
"Nona ini barang yang kau inginkan"
"Terima kasih Ruth" aku tersenyum ke arahnya
"Jadi apa itu?" Tanya Xander dengan selidik
"Hanya beberapa barang yang ku perlukan dan pakaian yang nyaman untuk besok, Ruth kau tidak perlu lagi bersembunyi, psikopat itu merasakan kehadiranmu"
"Aku bisa mendengarnya Aletha"
"Hehe"
"Kio tunjukan tempat beristirahatnya" perintah Xander.
"Apa kau tertarik pada Ruth sampai matamu terus memperhatikannya seperti itu?"
"Bagaimana keturunan pelindung naga hitam menjadi tangan kananmu?, aku tidak pernah tau kenapa ia bisa tunduk pada orang lain, yang ku ketahui klan mereka tidak pernah tunduk pada apapun"
"Aku pernah menolongnya dan sejak dari itu ia terus mengikutiku, bahkan membuat kontrak denganku, aku terkejut Ruth klan dragon"
"Kau memang pantas menjadi mateku" ia mengatakan itu dan mencium keningku.
"A-aku ingin ke perpustakaan, kau lanjutkan saja"
"Baiklah, aku mencintaimu"
"I-iya aku juga" dengan nada cukup kecil.
"Aku tidak dengar!" Teriaknya saat aku berusaha meninggalkan tempat itu.
"Diam!" Teriakku.