Chereads / Aletha : Revenge / Chapter 26 - chapter 25

Chapter 26 - chapter 25

"Ada apa dengan wajah nona?"

"Waaa!!!, kau mengagetkanku Ruth, tidak ada apa-apa, tenang saja"

"Nona, tuan mengurung naga hitam bukan?"

"Sepertinya kau bisa merasakannya, aku akan berbicara dengannya untuk melepaskannya"

"Tidak perlu, naga itu hanya perlu mematuhi perintah dari tuannya" Ruth melihat ke arahku.

"Maksudmu aku?" Dia mengangguk.

Ruth menarik tanganku dengan tergesa-gesa menuju ruangan tempat dimana naga itu terkurung.

"H-hey kemana kau membawa Aletha" Kio tiba-tiba muncul di belakang kami.

"Dia menunggu nona"

Sialan kau Ruth kenapa membawaku ke tempat ini. Kio mencoba menarikku untuk tidak masuk ke dalam tapi Ruth menghalanginya.

'Akhirnya kau tiba nona'

Eh?

'Apa ada sesuatu yang salah nona?'

"Ah tidak-tidak, tapi bagaimana bisa aku dan kau berkomunikasi?"

'Tentu saja bisa, karena kau adalah nonaku'

Aku hanya mengangguk.

'Nona tolong beri nama untuk ku'

"Mmm blake, itu namamu"

'Terima kasih'

Tiba-tiba saja kepulan asap pekat mengintari naga itu. Aku menutup mataku karena merasakan tekanan yang tidak stabil.

Brak!

Aletha!

Aku mendengar suara Xander. Ia menahanku agar tidak terjatuh. Setelah tekanan itu menghilang. Aku membuka mataku.

Eh?!

Aku dan Xander tercengang atas perubahan bentuk Blake, ia berubah menjadi naga kecil yang imut. Aku dan Xander bertatapan sebentar. Entah siapa yang memulai aku dan dirinya tertawa karena hal tidak terduga ini.

'Nona jangan tertawakan bentuk ku ini, aku masih bisa mengeluarkan kekuatan maksimalku'

"Kesini Blake, aku hanya tidak menduga jika kamu berubah menjadi makhluk lucu seperti ini"

'Bentuk ini ku pilih agar nona bebas membawaku kemana pun'

"Apa kau lebih tertarik pada hewan kecil ini dari pada diriku?" Ucap Xander dengan wajah gelap.

"Apa kau cemburu pada hewan lucu ini?, oh ayolah..."

Cup

"Dia cuma sekedar hewan lucu"

Ia terlihat terkejut karena aku tiba-tiba mencium pipi kanannya. Ekspresinya sungguh lucu. Ia mengelus kepalaku sambil tersenyum.

"Sekarang waktunya kau beristirahat, bukan kah besok adalah harinya" ucapnya.

"Terlalu awal bagiku untuk beristirahat, aku dan Ruth akan mengobrol sambil menemanimu berlatih bersama pasukan mu"

"Tidak boleh, kalian mengobrol saja di tempat lain, jangan di tempat latihan, Kio pastikan mereka tidak ke tempat latihan kita" bersamaan dengan kalimat terakhirnya Xander pergi bersama Kio.

Aku dan Ruth pergi ke taman belakang yang terlihat agak menyeramkan. Pasalnya aku belum berniat untuk menanam apapun dan jangan lupa aku belum menjadi nyonya di masion ini.

"Nona menurut mata-mata saya, aliansi akan bergerak besok dan menyusup ke ujian akhir"

"Aku juga sudah menebaknya, mereka memang benar-benar menyebalkan. Pakaian dan senjata yang sudah ku siapkan akan membantuku, persiapkan dirimu untuk besok Ruth"

'Jangan lupakan aku nona, aku juga akan membantu nona untuk mengendalikan aliran mana yang tak terkendali dari nona'

"Iya-iya aku mengerti Blake"

"Apakah tuan tau tentang ini?"

Aku menggelengkan kepalaku. Aku tidak ingin melibatkan Xander dalam urusan yang belum selesai ini. Untuk itu aku berusaha menutupi kegugupanku dengan bersikap romantis padanya.

***

"Ini sudah malam Al, kenapa kamu berada di balkon"

"Aku hanya ingin menghirup udara segar"

"Shutt...besok kau harus pergi pagi-pagi, jangan sampai angin malam membuatmu sakit" Xander menggendongku dan membaringkanku di kasur. Ia memelukku dari belakang.

"Jika kau lelah dan kesakitan, lihat aku dan larilah ke arahku, aku akan memelukmu Al, sekarang tidurlah"

Setelah Xander mengatakan hal itu, mataku mulai terasa berat.

***

Aku tau ada sesuatu yang disembunyikan oleh Aletha. Sikapnya yang mulai berani mengekspresikan hubungan ini membuatku lengah. Dibalik itu semua aku yakin ia merencanakan sesuatu dan dia ingin menyelesaikannya sendiri tanpa melibatkanku. Tapi aku ingin dia bergantung padaku, melibatkanku dalam banyak hal di hidupnya.

Aku memeluknya dengan erat, aku tidak ingin dia pergi. Aku hanya ingin ia tetap disini bersamaku. Perasaan ini, aku hanya ingin merasakannya dengan Aletha.

***

Ke esokan paginya di Akademi

Xander terus menggenggam tanganku dari mansion sampai ke Akademi. Semua mata memang menuju ke arah kami. Tapi kenapa tatapan Xander menjadi sendu ketika melihatku seolah-olah dia berharap sesuatu.

"Al, aku hanya bisa mengantarmu sampai sini, berjanjilah setelah urusanmu seleai, setelah perjalanan panjangmu selesai kembalilah kepadaku, sekarang aku rumahmu dan orang berhargamu, berjanjilah"

"Xander kau..." Xander tersenyum ke arahku dengan mata sendunya. Jadi selama ini dia tau apa yang ingin ku lakukan.

Aku memeluknya.

"Aku berjanji, aku akan kembali, jadi tunggu aku suamiku"

Xander memasangkan anting padaku.

"Itu hadiahku untuk mu, jika kau merindukanku katakanlah, Anting itu memiliki kekuatanku, jika dalam keadaan mendesak gunakanlah kekuatan itu, aku mencintaimu"

Cup

Ciuman di keningku menjadi akhir pertemuan dengan Xander saat ini. Aku akan berjuang dalam ujian ini dan kembali ke sana.

"Blake"

'Ya nona' Blake muncul setelah aku memanggilnya, Ruth saat ini masih bersembunyi dan memantau diriku.

"Katakan padaku apa ada yang aneh di antara semua orang yang berkumpul?"

'Banyak yang mengawasimu nona, termasuk Ruth'

"Bukankankah Ruth memang harus mengawasiku, huh~, terkadang kau bodoh juga"

Dari kejauhan dapat ku dengar Elina memanggil namaku dengan senyuman hangatnya itu. Tunggu dia kesini sambil berlari, dia akan menabrakku...

Gubrak!!

"Punggungku sakit sekali, Aletha bodoh kenapa kau menghindar!"

"Kau pikir aku mau jatuh bersamamu?"

"Kau sekarang terlihat menyebalkan!" Elina terlihat marah.

"Penampilanmu berbeda dari sebelumnya, pedang?!" Zeline terlihat kaget aku memegang kembali pedangku.

"Tenangkan dirimu Zel, sekarang mari kita pergi ujian terakhir akan segera dimulai"

Disinilah aku berkumpul bersama dengan yang lain mengambil plakat warna untuk memasuki portal ujian. Hijau, kuning, merah dan hitam. Saat plakat hitam di dapatkan, maka berdo'a saja tidak ada kematian yang menghampiri. Level ujian pada plakat hitam adalah hal yang paling di hindari.

Zeline dan Elina mendapatkan plakat merah. Crystal mendapatkan plakat kuning. Eric mendapat plakat hitam. Aku mengambil plakat di dalam kotak dan yang muncul adalah plakat hitam. Tempat yang mudah untuk melenyapkanku bukan?

"Semua bersiap untuk memasuki portal!"

"MULAI!!!"

Tekanan yang luar biasa, ah aku baru saja tiba di dalam sini dan sudah dihadapkan macan hitam kepala tiga. Auman dari macan itu benar-benar berdampak. Tapi tenang saja, aku sudah berpengalaman di dalam dungeon. Aku berlari dan membiarkan badanku menuju bagian bawah macan itu.

Swosh!

Satu sayatan itu berhasil ku lakukan. Jangan remehkan pedang jiwa milikku. Meski pun aku benar-benar tersiksa dengan teriakan jiwa tak bersalah. Mau bagaimana lagi, pedang ini lebih mudah mendeteksi keberadaan para aliansi. Ya jiwa mereka dapat di deteksi dengan kontrak yang mereka tanda tangani di badan mereka. Membentuk semacam pola kontrak seperti milikku dan Ruth.

Saat macan itu ingin menyerangku. Aku melompat ke atas untuk menghindari hal itu.

Deg!

"Aletha!!"

Brak!!