Aku membuka mataku, ini di kamar yang pernah ku tinggali, kediaman Alberto...
Hah...
Hah....
Sakit...
Tubuhku rasanya sakit sekali...
Seperti ada dua kekuatan yang saling bertolak belakang berada di tubuhku. Rasanya sakit sekali. Aku berusaha berbicara tapi tidak bisa.
Perutku terasa mual. Aku mencoba bangun dan hendak menuju kamar mandi, tapi ketika diriku mulai berdiri.
Prang!!!
Tubuhku merosot bersama gelas kaca yang berisi air. Tanganku terluka akibat terkena pecahan kaca. Napasku mulai tak beraturan. Aku mendengar suara pintu terbuka.
"Aletha!!"
Eric yang melihat keadaanku langsung mengangkatku kembali ke atas kasur. Ia membaringkanku. Setelah kehadirannya, aku melihat Ruth dan Samuel terengah-engah. Apakah mereka berlari menuju kesini.
"Bersihkan pecahan kaca itu" ucap Samuel pada salah satu pelayan.
Eric dengan telaten mengobati lukaku.
"Nona apa terasa sakit?" Tanya Ruth.
Aku hanya mengangguk menjawab pertanyaannya. Sesekali aku menggigit bibirku agar tidak berteriak.
Deg!
"Argh!!!"
"Nona!"
"Aletha!!"
***
Disaat seperti ini kenapa kemampuan penyembuhanku juga tidak bisa mengobatinya. Ia kesakitan. Kami dibuat panik melihat keadaan Aletha saat ini.
Aku duduk dipinggiran kasur dan menyandarkan tubuh Aletha kepadaku. Napasnya terlihat tidka beraturan. Aku ketakutan setengah mati melihat hal ini.
"Nona ku mohon bertahanlah, kenapa gelang ini tidak bekerja!" ucap Ruth.
Ruth terlihat marah dan juga frustasi. Ia terlihat begitu menyayangi Aletha. Gelang inikah yang dimaksud. Menurut analisisku gelang itu hanya memancarkan auranya ketika Aletha kesakitan saat ada sesuatu yang menjalar ke arah wajahnya.
"Nona..."
Plung
"Blake?"
"Nona maaf aku terlambat, aku akan menentralkannya untukmu, hey kau, bisakah kau menjauh dari sini?" Itulah yang dikatakan oleh naga itu padaku.
***
Rasa sakitku berangsur-angsur pulih. Berapa lama lagi aku harus menahan rasa sakit ini. Aku memeluk blake dan dengan sendirinya air mataku menetes.
'Nona aku membuat ruang kedap suara diantara kita'
Blake mengerti apa yang terjadi.
"Aku sangat lelah..., aku sangat terluka..., sangat sakit..., rasanya sakit sekali!"
Aku mempererat pelukanku pada blake. Aku hanya bertanya-tanya kapan kebahagiaanku muncul.
***
"Kalian semua berbalik!" Kataku.
"Apa yang terjadi Ruth?"
"Tidak apa-apa tuan, hanya saja pemandangan ini, aku tidak memperbolehkan kalian melihatnya, ku mohon tinggalkan ruangan ini sekarang, biarkan aku menjaga nona"
Aku memperhatikan nona dari jarak yang cukup jauh. Aku tau ia tengah menangis dan mungkin saja Blake membuat ruang kedap suara. Nona ku itu kuat, tapi sekuat apapun dia, nona pasti memerlukan sandaran. Masa lalu nona dan kehidupan yang dimilikinya sangat berat. Aku mengetahui hanya 25% dari kehidupannya. Penuh luka dan rasa sakit.
Selama perjalanan ku menuju kemari, aku terus mencari obat dan benda yang bisa menyembuhkan penyakit nona. Tapi aku gagal. Semakin lama, rasa sakit yang menggerogoti nona semakin menjadi. Keadaan fisik nona semakin melemah. Damage yang ia dapat setelah menggunakan kekuatannya sangatlah berat. Aku hanya bisa menjaganya dan mencegah ia terluka.
Saat keadaan mulai tenang, ku lihat nona tertidur sambil memeluk Blake. Blake melihat ke arah ku. Tanpa ia beritahu, aku langsung bergegas maju dan membenarkan posisi tidur nona. Air mata yang tumpah itu akan membuat matanya bengkak.
"Apa yang sebenarnya terjadi tuan Blake?"
"Ada penyusup yang mencoba menyembuhkan nona, tapi aliran mana miliknya ditolak oleh tubuh nona, meskipun berhasil membuat nona sadar, tetap saja ia akan merasa terjadi ledakan dalam tubuhnya, aku mengeluarkan aliran mana yang bertabrakan dengan nona"
"Bagaimana bisa ada penyusup di mansion ini?"
"Dari energi yang ku rasakan, dia orang yang sangat berbahaya, sepertinya ia menyayangi nona"
"Aku akan meminta memperketat keamanan kamar ini" ucapku.
"Tidak bisa, dia lebih kuat dari mu,sebagai gantinya aku akan menjaganya, dalam waktu 5 jam dia akan sadar, siapkan saja makanan untuknya"
"Baik tuan"
***
Kepergian Ruth memberikanku ruang untuk berbicara ke alam bawah sadar nona.
"Sepertinya sesosok benalu menempel pada nonaku, ah atau jangan-jangan kau itu parasit?"
"Beraninya kau memasuki area ku lancang!"
"Jadi segel itu untuk mengunci dirimu?, hah yang benar saja, seorang manipulatif sepertimu dan juga kebusukan yang terselubung membuatku tertawa, apa yang bisa membuatmu keluar dari tubuh ini, karena kau tidak layak berada di tubuh ini"
"Naga hitam yang bodoh, kau pikir semudah itu mengeluarkan ku dari sini?, kau tidak mengetahui apa-apa jika aku bisa keluar dari sini?"
"Berani kau menyakiti nonaku, saat itu juga aku akan memusnahkan mu"
Aku keluar dari ruang gelap itu. Nona tidak boleh mengeluarkan kemampuan penyembuhnya, karena ia akan sembuh. Aku tidak akan membiarkannya menyerap energi nona dan memberikan rasa sakit lagi.
5 jam kemudian...
"Argh" ia bangun sambil memegang kepalanya.
"Perlahan nona, kau baru saja mengalami rasa sakit luar biasa, ku rasa untuk saat ini nona tidak akan bisa banyak bicara karena damage kemampuan kutukan, aku akan berbicara lewat pikiran nona, jika nona memerlukan sesuatu"
Tok tok
Lewat telepati aku memperbolehkan Ruth memasuki kamar. Seperti yang diharapkan ia memang perhatian pada nona. Makanan yang bawa cukup lengkap. Susu pemulih mana?
"Nona makanlah, anda harus mengisi perut Anda yang kosong"
Nonaku hanya mengangguk. Anting yang ia pakai dan pemberian dari pria itu. Kurasa tidak apa-apa mengaktifkannya nanti.
Brak!
"Aletha!" Pria bernama Eric itu berlari dan hampir memeluk nonaku, tapi maaf aku tidak mengizinkan hal itu.
"Tuan Blake jangan terlalu kasar dengannya"
Cih...
***
Aku baru saja bangun, tapi kenapa semua orang di tempat ini seperti ingin menghukumku.
"Aku senang melihat nona sadar kembali, aku akan membuatkanmu kopi dan kudapan kesukaan nona dulu, akhir-akhir ini aku rindu membuatkan nona" aku senang mendengarnya.
Tapi kenapa cucunya yang satu ini, melihatku seperti ingin membunuhku saja.
"Aku tidak keberatan jika kau mengeluarkan kemampuan sehebat apapun, tapi apa harus kau melakukannya sendirian dan membuat dirimu sendiri terluka, apa kau gila!?"
"A-ak.."
"Jangan bicara, kau baru saja menerima damage dari kemampuan kutukanmu itu, meskipun kau itu nona dari keluarga kami, tetap saja aku marah jika kau seperti beberapa waktu lalu, heh!" Dia pergi berlalu dengan mengepak keras kemejanya.
Aku yang sakit disini, kenapa aku dimarahi.
"Ruth..., bantu aku ke taman belakang"
"Nona keadaan Anda saat ini..." Ruth sepertinya mendapat mindlink dari blake.
"Baiklah nona, silahkan berpegangan pada diri saya"
Sebelum aku meraih tangan Ruth. Eric tiba-tiba saja mengangkatku.
"Eric?"
"Biarkan aku mengantarmu ke taman belakang, setidaknya izinkan aku"
Sepanjang perjalanan aku hanya diam. Hingga Eric memecah keheningan.
"Aku ingin bicara berdua dengan Aletha, apakah bisa?" Pintanya pada Ruth dan Blake.
Mereka berdua melihat ke arahku. Aku hanya mengangguk sebagai jawaban.
"Bolehkan aku mengantarmu perlahan ke taman belakang?"
Sepertinya ada hal yang ingin disampaikan olehnya.
"Silahkan"
"Aku ingin meminta maaf karena menolak kehadiran dirimu waktu itu, aku benar-benar menyesal"
"Tak apa Eric"
"Kau banyak berubah, dulu kau sangat periang, perhatian dan juga sering membantu banyak orang, kau tau dimanfaatkan tetapi kau tetap baik pada mereka, aku ingat dulu kau sering menempel padaku ketika status kita masih bertunangan, ku akui dulu ku pikir, status itu untuk memperkuat posisi keluarga ku di daerah ini dengan status tinggi dari kakamu, awalnya aku menolak kehadiranmu karena menurutku, aku benar-benar terganggu dengan hal itu dan jujur aku tidak tertarik sama sekali dengan Crystal, itu hanya dalih agar kau bisa menjauhiku, tapi rupanya kau itu tipe setia, kau percaya padaku, tapi aku mengecewakanmu"
Dia melihat ke arah ku dan berhenti sejenak. Aku hanya melihatnya sekilas dan membuang muka ku ke arah lain.
Cup
Ia baru saja mengecup dahiku.
"Aku baru sadar, aku menyukaimu sejak saat itu, tapi aku mengacaukannya, sekarang aku akan meminta maaf padamu dan bolehkah untuk sementara aku berada disampingmu?, bukan sebagai Eric yang kau cintai dulu, tapi sebagai teman ataupun kakak yang menjaga adik perempuannya, bolehkah?"
"Terserah dirimu"
Cinta merupakan perasaan terkuat yang dapat mengorbankan apapun di dunia ini. Tapi cinta juga merupakan hukuman jika tidak dapat mengendalikan perasaan itu. Perasaan itu akan berkembang menjadi amarah, lalu berevolusi menjadi dendam. Itulah hal terkelam yang terkadang jarang disadari.
"Kau memang sulit ditaklukan, aku merasa dirugikan karena menolak dirimu, nah nona Aletha kita sudah sampai"
Ia mendudukan ku dikursi taman belakang.
"Pemandangan sore yang indah, kau memang menyukai hal ini" ucap Eric.
"Huh~, terima kasih sudah hadir dihidupku Eric dan maaf karena aku menghapus dirimu, inilah jalan terbaik bagi kita berdua"
"Yah aku tau, katakan saja jika si brengsek itu menyakiti dirimu, aku ah tidak-tidak, kaka akan menghancurkannya haha..."
Aku hanya melihatnya dan ia langsung membalikan wajahnya.
"Bolehkah aku disini sebentar dan bisakah kau menemaniku sebentar saja?"
Aku hanya mengangguk. Ia duduk direrumputan dan sepertinya aku merasakan perasaan sedih dan lega secara bersamaan.
***
Sebentar saja Al, sebentar saja, biarkan aku menumpahkan kesedihan ini bersama denganmu. Meski kau hanya berada disampingku. Itu sudah cukup. Terima kasih karena sudah memberikan banyak kesempatan yang tidak pernah ku ambil. Terima kasih karena sudah mencintaiku. Terima kasih. Maafkan aku, aku hanya laki-laki bodoh yang melepaskan sesuatu yang indah. Maafkan aku, maafkan aku...
Tetes air mata ini tidak terbendung lagi, menyatu dengan beban dan derita yang selama ini menggumpal. Dipenghujung matahari yang akan meninggalkan tempatnya ini, akan menjadikan saksi dimana perasaan menggumpal ini meledak.
Hiks...hiks...hiks...
***
Aku membiarkannya menumpahkan segala bebannya. Wajar saja ia merasa terluka. Dunia perpolitikan para kalangan atas membutakan segalanya. Sampai-sampai ia harus melupakan perasaannya. Aku tak pernah mencari tau tentang dirinya. Tapi yang ku tau, tanggung jawabnya sangat besar. Huh~ apa ia tidak mengeluarkannya saja, mengigit bibirnya seperti itu hanya akan membuatnya terluka.
***
Sring...
Terlihat ada pembatas ruang yang terbentuk disekitarku. Ku lihat Aletha berjalan perlahan ke arahku. Ia merentangkan kedua tangannya.
Grep
Eh?!
"Bodoh keluarkan saja tangismu, tenang tidak akan ad yang mendengar, apa kau ingin melukai bibirmu?"
Hangat...
Pelukannya hangat. Aku memeluknya balik dan menumpahkan segalanya. Izinkan aku sekali saja seperti ini 5 menit, tidak 2 menit.
"Terima kasih Al"
"Yup sama-sama"
"Xander benar-benar beruntung mendapatkanmu, apa boleh aku merebut dirimu darinya"
Bug!
Argh, kepalaku dipukul
"Jangan berpikir yang macam-macam"
"Baik hehe"
***
Huh~
Aku tidak bisa seperti ini terus. Lama kelamaan aku akan berubah menjadi beban. Kondisi fisikku akhir-akhir ini memang melemah. Selain fisik, mentalku juga dalam masa pemulihan. Ini tidak bagus. Jika kedua hal penting ini tidak segera pulih, ku yakin akan membawa petaka pada diriku sendiri.
Wanita yang tersegel dalam diriku ini, penuh akan misteri. Entah apa yang terjadi jika semua artefak itu digabungkan. Aku hanya ingin segera pulang ke tempatnya. Yah terbiasa menanggung sendiri dan tidak percaya diri dalam menjelaskan rasa sakitku adalah hal yang sulit bagiku. Mau bagaimana lagi, setiap orang adalah pemain yang berperan sebagai tokoh utama dirute masing-masing. Rute yang ku temui adalah jalan rasa sakit. Itulah pilihan awal yang selama ini ku yakini bisa menanggungnya.
Tapi, keadaan fisik dan mental yang seperti ini, tidak akan bisa membantuku berkembang. Benar. Bagi para hunter yang kecanduan kekalahan, memilih rute pengorbanan untuk mendapatkan apa yang mereka impikan. Jawaban dari ujung permainan ini adalah ending apa yang akan menjadi akhir dari seorang hunter.
"Sejak kapan kau mengalami hal ini Al?"
Aku hanya melihatnya dengan ekor mataku.
"Ada hal yang tidak boleh kau tanyakan, termasuk apa yang menimpaku ini Eric"
"Nona, sudah waktunya Anda kembali ke kamar" bersama semilir angin malam yang tenang. Ruth sudah tiba dihadapanku.
"Aku mengerti"
Eric ingin menggendongku tapi aku menolaknya. Aku memilih berjalan kaki menuju kamar ku.
Ruth dan Eric mengikutiku dari belakang. Sesampainya di depan kamar, aku melihat Earl dan satu pelayan yang membawa nampan tengah menungguku.
"Ah akhirnya nona kembali, aku membawakan kue kering dan juga minuman pemulih untuk nona, tapi aku tidak tau apakah rasanya tetap sama, sudah lama sekali sejak aku mulai memasakannya untuk nona"
Aku tersenyum ke arah Earl dan mengambil satu untuk ku makan. Dia memang koki yang handal. Rasanya masih saja enak.
"Tenang saja Earl rasanya masih tetap sama, ah benar aku ada permintaan, tolong ganti isi lemariku dengan beberapa baju yang memudahkanku untuk berlatih, gaun hanya akan membuat gerakanku terkekang"
"Tapi nona keadaanmu saat ini..."
"Earl aku tau kekhawatiranmu, tapi aku juga tidak bisa seperti ini terus"
"Baik Nona"