Chereads / Aletha : Revenge / Chapter 33 - Chapter 31

Chapter 33 - Chapter 31

Apa yang terjadi disana?

Tak bolehkah aku mendatangimu?

Apakah kau lupa kita telah terikat?

"Xander akhir-akhir ini kau sering sekali berdiam diri di taman ini, apa yang membuatmu begitu khawatir?"

"Siapa lagi yang ku khawatirkan?"

"Aletha?"

Aku hanya mengangguk.

"Apa benar dia masih hidup?"

"Jaga ucapanmu itu, sebelum ku patahkan lehermu"

"Luar biasa seorang Xander begitu menyayangi wanitanya, ya maafkan aku, sepertinya seorang Aletha dapat menaklukanmu"

"Mengapa sulit untuk membuatnya berada disampingku"

"Temui saja dia"

"Tidak bisa"

"Huh~, bukan menemuinya secara langsung, tapi lihat dia dari kejauhan"

Ide yang bagus sekaligus ide yang buruk. Kemampuan Aletha yang seperti itu, bisa membuatku diketahui olehnya.

Sementara ini, biarkan aku menghormati segala keputusannya.

***

"Apa kau ingin membunuhku!"

"Kemampuanmu menumpul sekarang Samuel"

"Memangnya siapa yang mau melatih diri tanpa mana!"

"Earl jangan bilang cucumu ini tidak mendapat pengalaman yang cukup, apa dia tidak pernah melawan musuh yang lebih kuat darinya?"

"Jangan meremehkanku nona"

"Kalo begitu Samuel latih tanding dengan Ruth saja"

"Kenapa tidak dengan nona saja langsung?"

"Apa kau lupa aku tidak boleh memakai mana saat ini?!"

"Baik-baik"

"Ruth gunakan kekuatanmu 60% saja" aku memegang bahunya dan ia mengangguk menyetujui hal tersebut.

"Jika kau mengerti selesaikan dalam 10 menit"

"Memangnya dia bisa mengalahkanku apa?"

Buk...

Samuel terlempar dengan 1 kali pukulan dari Ruth.

"Ya jika kau mengerti, apa kau ingin menyombongkan diri kembali?"

"Ti-tidak"

"Bagus, berlatihlah setiap hari dengan Ruth, kau terlalu banyak bersantai akhir-akhir ini"

"Apa ada alasan yang jelas untuk diriku bersantai?"

Aku hanya mendiamkannya dan pergi begitu saja.

Sial...jika Ruth sekuat ini lalu bagaimana kekuatan nona. Meski dalam keadaan terluka ia masih bisa menggunakan kemampuan kutukan itu.

"Jika tidak salah disekitar sini portal perpustakaan dungeon itu masih terbuka bukan?"

"Masih ada, apa kau mau kesana?"

"Ada hal yang ingin aku temukan, Ruth ayo pergi"

Ruth mengangguk dan menghilang bersama Aletha.

"Samuel..."

"Ya kakek?"

"Jangan pernah mengkhianati nona ataupun mencoba melukainya, aku tidak akan segan membunuh cucuku sendiri kau paham" aura gelap kakek kembali lagi.

"Iya kakek, tapi kenapa aku tidak boleh menantangnya?"

"Dia bukan lawanmu, apa kau tidak melihat situasi saat ini dan juga kondisiku?"

Aku mulai memperhatikan tempat ini dan betapa terkejutnya aku, semua dinding yang mengurung tempat ini ada yang hancur dan ada yang retak. Aku memalingkan wajahku ke arah tubuh kakek. Kakek adalah yang terkuat dari keluarga Alberto dan kondisinya saat ini penuh luka memar.

"Asal kau tau saja Samuel, nona masih berbaik hati dengan serangannya, dulu ia hanya berlatih di dungeon level A, artinya Samuel meski dalam keadaan terluka dan terkena kutukan, ia masih sekuat itu dalam kondisi non-prima, jika kau melihat bagaimana usahanya membasmi musuh kita dalam keadaan non-prima, maka kau akan benar-benar hormat terhadap dirinya"

"Aku tak pernah melihat kakek memuji seseorang seceria itu"

"Benarkah hoho, karena bertempur disisi nona bagaikan euphoria bagiku"

***

Aku dan Ruth tiba di dungeon yang berisi perpustakaan.

"Blake"

"Iya nona?"

"Saat didalam nanti bisakah kau menerjemahkan apa yang ku katakan pada penjaga pepustakaan itu?"

"Dengan senang hati nona"

"Bagus kalo begitu mari masuk"

Perpustakaan ini benar-benar luas dan menabjukan. Terakhir kali aku kemari hanya mempelajari geografi tempatku berburu. Tak pernah ku sangka aku kembali lagi demi sebuah informasi yang sulit ku dapatkan. Penjaga perpustakaan ini tidak main-main. Dia adalah Dark mage.

"Blake tolong bantu aku berkomunikasi"

"Baik nona"

"Apa aku bisa menemukan buku mengenai takdir wadah secara detail?"

Blake menyampaikan pertanyaanku dengan bahasa yang mereka pahami.

"Nona dia bilang, kenapa nona menanyakan hal yang dilarang?"

"Katakan padanya karena aku salah satu dari takdir wadah"

Dark mage itu terlihat terkejut dan menatap ke arahku dengan bahasa yang sulit dimengerti dia berbalik dan berjalan menuju suatu ruangan.

"Nona dia meminta kita mengikutinya"

Aku dan blake mengikutinya menuju ruangan yang lebih privasi sedangkan Ruth berada diluar untuk menjaga ada penyusup atau tidak. Dark mage itu memintaku untuk duduk di depannya. Ia mengatakan sesuatu.

"Maafkan aku karena tidak mengenali Anda, maafkan aku nona muda, buku tentang rinci kejadian hanya berada di perpustakaan terlarang dark forest, itu yang dia katakan nona"

"Bagaimana aku pergi kesana?"

Ia menjelaskan kembali.

"Ia bilang, ia bisa membuat plakat masuk menuju perpustakaan itu atas rekomendasi dirinya"

"Tentu aku menginginkan hal itu, tolong sampaikan padanya, aku ingin mengetahui apa ada buku artèfak yang berkaitan dengan takdir wadah?"

Blake menyampaikan maksudku dan dijawab olehnya.

"Ada satu buku yang mungkin akan membantu nona, aku akan memandu kalian menuju rak buku tersebut"

Kami mengikutinya dan berhenti di lantai 2. Sekali jentikan buku yang dicari sudah berada di tangannya. Aku diminta duduk dan membaca buku tersebut. Ia menjentikan jarinya kembali dan muncullah secangkir teh hangat untuk ku minum.

Makam Sang Dewa Kematian

Aku membacanya dengan teliti dan menemukan hal menarik. Dibuku ini, dikatakan salah satu harta makam yang paling di incar adalah cawan perak dengan ukiran abstrak berwarna biru tua. Banyak yang mencoba mendapatkannya tapi hanya menemukan akhir yang tragis. Dikatakan bahwa orang yang tidak berhak akan benda itu, menemukan ending yang menyedihkan, mereka terjebak dalam ilusi yang menyakitkan tanpa batas.

Masih belum diketahui apa kelebihan dari cawan tersebut yang jelas sangat amat tidak disarankan mengambil artefak tersebut. Aku membalik halaman buku tersebut dan menemukan gambaran tentang cawan tersebut. Denah makam juga digambarkan secara jelas.

"Jadi bagaimana caraku menemukan makam ini?"

"Apa nona tau tebing tercuram selama menjadi hunter?"

"Sepertinya aku mengingatnya"

"Konon legenda makam tersebut berada diujung tebing"

"Apa aku harus bunuh diri untuk masuk kesana💢?!" Ucapku setengah marah.

"Aku tidak tau nona, ku mohon jangan marah nona "

"Aku tidak marah padamu blake, sekarang ayo pulang"

Sebelum kami benar-benar keluar dari perpustakaan ini, Dark mage memenuhi yang dikatakannya. Plakat pemenuhan akses seluruh perpustakaan telah dikantongi. Jika permainan itu dimulai sekarang, maka persiapan diri dan mentalku haruslah benar-benar baik.

***

Nona dan tuan blake keluar dari dongeon. Kami terus berjalan melewati pasar yang ramai. Meski suasana terlihat ramai, hal tersebut tidak mengganggu fokus nona. Ia terlihat menemukan sesuatu yang penting.

Disaat seperti ini nona sering memintaku membawakan teh krisan dan ia selalu duduk menatap pohon yang telah mati. Entah apa yang dipikirkan nona kala itu. Tapi hal ini berbeda ia tidak meminta ku membawakan apapun. Ia juga sering melakukan sesuatu sendirian.

Aku melihat ada camilan manis berbentuk bunga. Aku membelinya tanpa sepengetahuan nona.

"Nona"

"Ya Ruth?"

"Ini"

Aku memberikannya pada nona.

"Terima kasih Ruth, maaf aku terlihat sibuk saat jalan-jalan bersama kalian"

"Tak apa nona"

"Hari sudah semakin gelap ayo kita kembali dengan cepat"

Deg

Wajah nona kembali terlihat pucat. Aku, nona dan blake bergegas kembali. Seperti para hunter dan permintaan nona, kami hanya berlari cepat tanpa suara menuju mansion.

Dari belakang aku bisa merasakan pernapasan nona menjadi pendek. Aku berniat menghentikannya tapi tak bisa. Sorot matanya mengatakan...

'Sampai kapan kau akan lemah seperti ini'

Aku hanya bisa mempercayai hal ini pada nona.

Srak...

"Nona?!"

Sial, nona tersandung dahan pohon. Keseimbangan nona sedikit goyah namun ia masih bisa menahannya.

"Tak apa Ruth"

Kami tiba ditempat latihan mansion. Dimana para kesatria, Samuel dan Eric tengah berlatih. Sorot mata semuanya menuju kehadiran kami. Eric dan Samuel mendekati kami. Aku bisa merasakan napas nona tak beraturan.

"Wanita sialan, kapan kau pergi dari tubuh ku heh?!"

???

"No-nona???"

"Hosh...aku tidak...hosh...memarahimu Ruth"

"Kau baik-baik saja Al?" Tanya Eric.

"Tidak..., aku akan beristirahat sekarang"

"Nona"

Aku menyerahkan gelang pemberian Kevin pada nona.

"Terima kasih Ruth"

***

"Kakaaaaaa!!!"

Aku melihat Roy berlari dengan senyumannya yang lebar.

"Ohooo apa ada sesuatu yang membuatmu bahagia?"

"Iya aku bahagia, aku membuatkan kaka ini hehe"

Sebuah kalung sederhana dari manik berwarna hitam dengan corak biru tua.

Deg

Disaat seperti ini?!

Kenapa?!

"Kaka!!!"

"Aletha!!!"

"Nona!!!"