Chereads / Aletha : Revenge / Chapter 30 - Chapter 28

Chapter 30 - Chapter 28

"No-nona apa kau baik-baik saja"

"Tenang saja aku tidak apa-apa"

Meskipun aku dapat menghindari serangan yang meleset ke arahku. Ruth dan Eric bergerak cepat untuk menghalaunya. Yah lagi pula tugas itu memanglah milik Ruth dan untuk Eric aku tidak tau alasannya.

"Kau kemari, minta maaflah padanya..."

"Untuk apa aku meminta maaf padanya, lagi pula jelas di tempat ini memiliki peraturan untuk berada pada jarak tertentu agar ia tidak terluka ketika kami berlatih"

"Kau!"

"Cukup Samuel yang dia katakan benar, untuk apa dirinya repot untuk meminta maaf padaku" aku berjalan ke depan sedikit untuk melihat rupanya  "siapa namamu?"

"Namaku Wen"

"Maafkan aku karena kelalaian ku Wen, silahkan lanjutkan latihanmu, jangan lupa obati lutut kirimu itu" Dia terlihat terkejut.

"Samuel siapa yang mengelola guild?"

"Aku" anak ini benar-benar membuatku repot.

"Lalu kenapa penjualan bangkai monster menurun?"

"Keadaan dungeon tidak stabil, kali ini banyak dungeon level tinggi yang muncul, meski kemampuan anggota diatas rata-rata, mereka juga memiliki ketakutan atas kematian"

"Baiklah aku mengerti, selesaikan saja sesuai kemampuanmu, kau memiliki orang-orang yang kuat Samuel"

"Yah sepertinya begitu, nona aku punya satu permintaan, aku ingin bertarung denganmu"

"Aku tidak mengizinkannya" Ruth tidak mengizinkan niatan Samuel untuk bertarung denganku.

Tanpa kami sadari alarm bahaya terdengar ke seluruh penjuru kota. Para hunter yang mengerti arti alarm itu bersiap menuju medan perang. Dungeon break.

"Ruth ayo kesana" Ruth mengangguk.

Samuel yang mengerti itu membuka portal teleportasi untukku dan juga anggota kelas A milik guild Alberto. Aku memerintahkan Samuel untuk mengamankan Roy dan juga penduduk lainnya. Sebagai gantinya ia meminta tim guildnya menjagaku.

Kami tiba di tempat dungeon break. Retakan portal itu akan segera hancur, sebelum itu terjadi harus ada yang menahan retakan dari luar selama tim penyerang memasuki portal. Sihir Ruth mampu menahan retakan ini. Aku memintanya untuk berbaur dengan yang lain. Jika aku tidak kembali iya harus mengeluarkan sihirnya lebih kuat. Meski ku tau tatapan tidak suka dari tim A serta anggota guild lain mengarah kepadaku.

***

"Bukankah seharusnya putri ini tidak masuk ke dalam bersama kita, menyusahkan saja"

"Pelankan suaramu Ben, tuan akan sangat marah jika mengetahuinya"

"Apa tidak apa-apa membawa wanita itu bersama kita Charlie?"

"Justru aku tertarik untuk mengetahuinya, wanita itu tidak gentar ataupun takut, sorot matanya begitu tenang bahkan dalam tekanan dungoen yang seperti ini..."

"Tidak seperti biasanya kau tertarik tentang sesuatu"

Dalam sekejab pasukan high orc mulai menyerang seluruh orang yang masuk dalam dungeon.

"Sial disaat seperti ini kenapa kita harus menjaganya"

"Kalian bereskan mereka, aku akan menjaganya" ucapku

"Terima kasih kapten Charlie"

Aku berdiri dihadapannya, tapi fokus matanya lurus ke depan bukan ke arah ku. Tapi seolah mencari sesuatu lewat mata itu. Aku sangat penasaran karena sejak awal auranya tidak bisa dibaca dan juga kenapa ia begitu tenang ketika serangan kali ini cukup brutal. Para healer mulai kelelahan karena hal ini.

"Tidak perlu menjagaku, bantu saja mereka"

"Dan meninggalkan mu sendirian dengan baju seperti itu dan tanpa senjata?"

"Apa ada masalah dengan hal itu?"

"Tidak ada"

"Pergilah"

"Tidak"

"Keras kepala"

Wah..., aku terkesan, tidak ada yang berani berkata terus terang seperti itu. Ku akui dia memang menarik.

Deg

"Ini..."

"Dungoen level S" ucapnya.

***

Sepertinya komunikasi di dalam sini akan terganggu. Ditambah lagi semua terpencar dihutan lebat ini. Sangat disayangkan, aku ingin melihat kemampuan mereka.

"Kau tidak takut?"

"Berhentilah bertanya dan kalahkan saja bos dungoen disini"

"Memangnya aku bisa meninggalkanmu tanpa pengawalan, sudah tugas ku untuk menjagamu"

"Kau pikir hanya kau saja yang menjaga siapa, aku juga melakukan hal yang sama"

Kenapa pria di depanku ini keras kepala sekali. Terserahlah. Lebih baik fokus mencari bosnya. Ah tapi aku tidak bisa melihat mereka bertarung. Kami terus berjalan tanpa tentu arah. Entah kenapa keheningan ini membuatku tidak nyaman.

"Sepertinya kau mengenal tempat ini"

"Tidak"

"Singkat sekali"

Apa aku harus mematahkan lehernya itu agar dia bisa diam. Huh~

Swoosh...

Aku merasakan kehadiran high orc dari dalam tanah.

Boom!!!

***

"Woh hampir saja, apa kau baik-baik saja?"

"Aku baik-baik saja, turunkan aku" ucap wanita yang ada digendonganku.

"Aku takut kau akan jatuh dari atas sini, kau tidak bisa lihat dibawah sana ada monster" peringatku.

"Huh~, apa kau tidak bisa pergi ke tim mu sendiri?"

"Dan meninggalkan mu di tempat berbahaya ini?, jangan bodoh, lagi pula aku tidak bisa berkomunikasi dengan mereka sekarang, ah karena jumlah mereka sedikit sebaiknya, tutup matamu dan berpegangan yang erat, aku akan membunuh mereka"

Tanpa mendebat, wanita ini menuruti ucapanku. Sambil membawa dirinya, aku mengeluarkan tombak andalanku dan terjun ke bawah untuk melawan mereka. Meski high orc termasuk kuat, mereka tidak bisa merasakan aura para assasins, termasuk diriku ini.

Sambil memudarkan aura ku dan dirinya, dengan gerakan cepat aku menebas kaki para high orc untuk mengurangi keseimbangan mereka. Mereka merespon rasa sakit itu dan saling menyerang satu sama lain. Ini saatnya, ku arahkan telapak kananku ke atas untuk mengumpulkan mana besi yang ada disini. Setelah itu ku tembakan ke arah high orc tersebut. Mereka berempat akhirnya dapat ku lumpuhkan.

"Lumayan..." ucapnya yang turun dari gendonganku.

"Hey apa kau tidak bisa bereaksi, 'ya ampun tuan sangat keren, apa tuan baik-baik saja, apa tuan terluka?', kau tidak bisa seperti itu ya?"

"Jangan berharap, lagi pula untuk apa aku melakukannya"

"Wah!, benar-benar..., hey nona aku baru saja menyelamatkanmu" ucapku sambil mengibaskan kedua tanganku di depan wajahnya.

"Iya-iya, terima kas-"

Kami berdua dikejutkan dengan perubahan langit pada dungeon tingkat s ini. Yang semula biru berubah merah dengan aura gelap. Tekanannya luar biasa, ku rasa para penyihir diluar gerbang tidak mampu lagi menahannya.

"Sepertinya memang bukan waktu yang tepat menunggu kalian menghancurkan bos dungeon ini, sebaiknya persiapkan mana dan juga senjata mu, kita akan menyelesaikan permainan ini sekarang juga"

Swosh