Bersama dengan angin yang bertiup, baju wanita di depanku berubah menjadi baju khusus dungeon. Dengan rambut yang tergerai dan juga pedang jiwa yang bertengger dipinggangnya mengejutkanku. Pedang jiwa miliknya berwarna gelap dengan noda biru tua. Itu artinya pedang jiwa itu aktif. Berapa banyak orang yang telah dia bunuh.
***
Tidak ada waktu lagi, setelah perubahan warna langit ini, dalam hitungan kurang dari 5 menit dungeon break akan terjadi. Setelah persiapanku selesai. Ku pegang lengan pria disampingku ini dan berteleportasi langsung menuju bos dungeon. Syukurnya aku meletakan mana ku pada seluruh tim yang terjun. Begitulah cara mudahku untuk berpindah tempat dan menemukan bos dungeon.
Tepat setelah kehadiran kami di tempat, high orc tipe mage itu langsung menyerang kami berdua. Aku menangkis serangan tersebut. Sedangkan Charlie menghindarinya. Charlie langsung menyerang high orc tersebut. Jangan lupa ia tipe mage. Akan sulit dalam melawannya, jangankan melukai, mendekatinya saja sulit. Ku lihat keadaan sekitar sambil membunuh high orc lain. Rupanya seluruh tim yang dikirim langsung berada di ruang bos, hanya kami yang terpisah, itu artinya bos dungeon ini tidak bisa menarik kami berdua langsung menuju tempatnya.
Aku menyalurkan aliran mana untuk melakukan tugas healer sementara. Setelah melihat mereka kembali pulih dan mulai membantu penyerangan ini. Tampak mereka kesulitan melawan high orc dengan keadaan mereka saat ini juga, perbandingan kekuatan yang sangat jauh.
Perubahan warna langit mulai menjadi gelap. Aku tidak bisa membiarkannya kali ini. Ku tarik napas dan berteriak...
"Berhenti!"
Ku rasakan kekuatanku mengalir hampir melebihi batas kemampuan tubuhku menerimanya. Setidaknya kurang 3 menit harus ku selesaikan quest ini.
"Kemampuan kutukan...akan membuatku tertidur cukup lama dan akan terasa sakit sekujur tubuh..." entah kenapa aku menggerutu.
"High Orc mage atas perintahku, hentikan dungeon break dan jadilah bawahanku jika kau tidak ingin mati"
"Aku tidak akan pernah menyerah kepadamu, manusia. Kau meremehkan kemampuanku..."
Ia menyerang dengan elemen api yang dibentuknya. Aku berhasil memecah serangannya itu.
Kretek...
Sial. Retakan sudah terjadi. Mau tidak mau aku harus menggunakan kekuatan itu sekarang.
"Kau yang menyerangku, atas perintah ku matilah dengan tanganmu sendiri!"
"Dan pasukanmu matilah dalam debu..."
***
Aku telah salah meremehkan wanita itu. Ia benar-benar kuat. Bagaiamana ia masih memiliki kekuatan mana yang tersimpan begitu banyak. Jika diukur dengan batu mana. Ia berada di tingkat emas level s.
High orc tersebar menjadi abu seolah habis terbakar. Sedangkan bos mereka. Ia menyiksa dirinya sendiri hingga tewas mengenaskan pada saat ini.
Portal jalan keluar telah terbuka dan keadaan dungeon kembali ke level bawah dengan latar bawah tanah. Aku menghampirinya dan terkejut. Pasalnya saat aku mendekatinya ia mengeluarkan muntahan hitam dan memegangi lehernya. Apa itu kemampuan kutukan?
Aku langsung membopongnya dan berlari keluar untuk meminta healer diluar sana menyembuhkannya.
"Nona!" Terdengar teriakan Samuel setiba kami berhasil keluar.
"Charlie kau kembalilah ke tim mu, berikan dia kepadaku" aku menyerahkan nona ini pada Samuel.
"Ruth!" Panggilnya.
Aku tidak tau kenapa, tapi mereka terlihat lebih panik dari diriku. Apa sesuatu yang buruk terjadi pada wanita itu?.
***
"Nona ku mohon bertahanlah!"
Setibanya kami di masion. Aku langsung membawa nona Aletha ke kamarnya. Kakek juga mengirim healer untuk membantu pemulihan. Ruth terlihat mengambil sebuah gelang dari cincin sihirnya dan memakaikannya pada Aletha.
Aku, Eric dan pria lainya keluar dari kamar. Saat para maid mulai membersihkan nona. Setelah itu kami kembali dan melihat tidak ada perubahan dalam penyembuhannya. Ruth terlihat cemas. Kurasa ini pertama kalinya nona dalam kondisi seperti ini.
"Maaf tuan, kami hanya bisa membantu meringankan rasa sakitnya, untuk kesembuhannya sendiri kami juga tidak menemukan metode apa yang tepat, tapi kemampuan diri nona dalam penyembuhan dirinya dapat membantu kesembuhannya, kita hanya bisa mengurangi rasa sakit dan memantau perubahan suhu tubuhnya"
Setelah kepergian para healer terbaik itu. Aku melihat kecemasan kakek dan Ruth yang aneh.
"Samuel apa nona bertindak sebagai healer di dungeon?"
"Aku tidak tau kakek?"
"Cari tau siapa yang bersama dirinya di dungeon dan tanyakan!"
Aku tidak pernah melihat kakek semarah ini. Rahasia apa yang tidak ku ketahui.
***
"Kenapa kalian semua berada disini?"
"Ah tuan Samuel sebenarnya kami ingin bertemu nona muda, apakah beliau sudah sadar?"
Aku hanya menggeleng. Ketika membuka pintu mansion semua hunter kelas A berkumpul disini. Mereka yang dikirim memasuki dungeon.
"Kapan nona sadar?"
"Maafkan aku, aku tidak tau, untuk sementara kalian kembalilah dan beristirahat dan kau Charlie ikut aku sebentar"
Aku dan Charlie saat ini berada di ruanganku. Tanpa basa-basi aku mulai bertanya padanya...
"Kemampuan apa saja yang nona gunakan saat berada di dalam dungeon?"
"Kemampuan penyembuh, membangun barrier dan kemampuan kutukan..."
"Hanya itu?"
Charlie menjawab dengan anggukan.
"Baiklah kau boleh pergi"
***
"Kakek, Charlie bilang, nona menggunakan kemampuan penyembuh, menciptakan barrier dan kemampuan kutukan"
Setelah aku mengatakannya, raut wajah kakek dan Ruth berubah khawatir dan terkejut.
"Ruth...berapa lama nona harus menahan rasa sakitnya?"
Ruth menggelengkan kepalanya, tanda ia tidak mengetahui pasti hal tersebut.
"Samuel kumpulkan healer terbaik diseluruh daerah in-"
"Tidak Earl, nona tidak bisa menerima penyembuhan luar dengan kondisi sekarang, biarkan gelang itu bekerja untuk sementara, kita hanya perlu meracik obat untuk menekan rasa sakitnya" ucap Ruth.
"Aku mengerti"
Kakek tiba-tiba saja memperlihatkan padaku barrier tingkat tinggi yang ia ciptakan. Aku tidak pernah tau kakek sekuat ini.
"Aku akan memerintahkan beberapa orang untuk khusus menjaga ruangan ini secara ketat dan bergantian" ucap kakek dan langsung berlalu pergi.
Rasa penasaranku harus ku simpan terlebih dahulu, saat kondisi mulai stabil, aku akan bertanya pada kakek, apa yang sebenarnya terjadi.
***
"Aku ingin melihat keadaan Aletha Ruth"
"Kau hanya memiliki waktu sebentar, aku akan meninggalkan ruangan ini, untuk mencari obat untuk nona, kau berjagalah di dalam sebentar"
Aku hanya menggangguk ke arah Ruth. Wajah Aletha terlihat pucat pasi. Peluh dingin terlihat jelas di wajahnya. Ketika melihatnya dalam keadaan seperti ini. Apakah dulu ia pernah melakukan hal ini.
***
Aku menemukan mu sayang. Ku gunakan kekuatanku untuk menembus barrier kakek tua itu. Melihatnya terbaring damai membuatku tersenyum. Hal yang membuatku marah adalah ia harus menahan rasa sakit akibat efek kemampuannya dan juga pria yang tengah tertidur di sofa itu.
Aku duduk dipinggir kasur. Merentangkan tangan kanan ku untuk merapikan helai rambutnya. Wajahnya penuh dengan keringat dingin.
"Maafkan aku belum bisa menjemputmu sayang, tapi aku akan berusaha, agar kau tidak menahan rasa sakit ini lagi, selamat tidur sweet heart..."
Ku kecup keningnya dan menyalurkan kekuatan healer ku untuk menyembuhkannya.
"Saat kau sadar nanti, rasa sakit itu akan hilang..."
***
'Hai kita bertemu lagi Aletha...'
Aku hanya melihat ke arah sosok diriku yang lain ini.
'Dingin sekali, aku tidak tau kau memiliki kemampuan kutukan, itu terlihat kerennnnn'
"Apa kau sudah bosan, sehingga kau terlihat lebih aktif dari diriku"
'Heh, apa kau tidak salah?, dulu kau takut padaku!'
"Benarkah?"
'Wah Al, kau benar-benar...'
Aku dan dirinya terdiam ketika merasakan energi yang bukan berasal dari diriku, Kevin, Ruth atau pun juga Xander.
'Energi ini...'
Ketika mendengar dirinya dan juga melihat ekspresinya. Sepertinya dialah pengantin dari wanita ini.
'Aletha...'
Aku merasa ditarik dan akhirnya pandanganku mulai menggelap.