"Apa yang kau lakukan di sini Ruth?"
"Aku kembali setelah menyelesaikan misiku, ku dengar dari para maid nona merupakan mate dari tuan terhormat, aku hanya ingin berada disamping nona dan menjaga nona, itulah janjiku setelah kau menyelamatkanku, ku mohon izinkan aku berada disamping nona" Aku memberikannya kebebasan tapi ia malah kembali dan meminta izin untuk menjagaku. Aku terus memperhatikannya dan memalingkan wajahku darinya memandang taman belakang ini yang terlihat indah kala malam.
"Nona anda memakai artefak naga hitam?" Aku menganggung padanya,lalu ia merampalkan mantra untuk meredam mana gelap dari cincin itu.
"Ruth bisa kau beri tau aku bagaimana keadaan mansion?"
"Sangat tenang dibandingkan biasanya nona dan itu membuatku merasa ada yang aneh" Kecurigaannya memang patut ku perhitungkan. Dia memiliki insting yang bagus.
"Aku ingin kau pergi ke mansion dan mengambil pedangku, aku rasa akan ada bahaya besar menuju ke arahku" Ruth menundungkan kepalanya lalu pergi dari hadapanku.
Gadis itu memang tidak memiliki hati. Dia jarang tersenyum, bahkan ia memotong rambut panjangnya. Aku hampir membunuhnya karena menyerang tiba-tiba waktu itu, setelah ku lihat penampilannya kurasa ia tidak berniat membunuhku, ia hanya ingin makananku, aku memberikannya makanan dan pakaian. Aku pun pergi dari hadapannya. Saat itu aku dalam keadaan terdesak, tiba-tiba saja Ruth datang dihadapanku dan menyelamatkanku dengan kekuatan yang luar biasa. Aku hanya bisa terdiam saat melihat kemampuannya. Aku bersyukur tidak menyerangnya saat itu. Masih ingat ditelingaku ia mengatakan
"Namaku Ruth dan aku berjanji akan melindungi dan menjaga nona yang telah menyelamatkanku" ekspresiku terkejut dan juga heran waktu itu.
"Ah tidak perlu repot-repot menjagaku, jaga dirimu sendiri saja" Bukannya mengiyakan ia malah melukai telapak tangannya dan meneteskan darah dilingkaran kontrak yang entah kapan ia membuatnya. Aku membulatkan mataku.
"Apa yang kau lakukan!"
"Aku Ruth berjanji akan menjaga dan melindungi nona" setelah itu tanda kontrak muncul ditelapak tangan kami berdua. Semenjak kejadian itu, ia menjadi tangan kananku.
"Kau disini, aku mencarimu dari tadi" Xander memelukku dari belakang meletakan dagunya dipundakku.
"Apa yang kau lakukan disini?" Tanyanya.
"Hanya ingin melihat pemandangan taman pada malam hari" Ia menganggung dan menarikku pergi ke ruangan favorit kakeknya. Aku melihat ada piano disana.
"Xander bukankah pestanya belum selesai?"
"Itu acara milik ibu, ia akan menyelesaikan, sekarang sini" Ia duduk dibangku piano itu dan memintaku duduk dipangkuannya. Jelas aku tidak mau.
"Aletha ayolah, aku tidak akan nakal"
"Tidak mau" Tiba-tiba Xander menarikku dan terjatuh terduduk dipangkuannya. Ia tersenyum dan mulai memainkan piano itu. Alunan indah itu seperti menghipnotis diriku, aku menyandarkan kepalaku di bahu Xander dan menutup mata. Alunan itu membuatku mengantuk.
***
Aku tersenyum melihatnya tertidur dipangkuanku. Aku terus memainkannya hingga ia benar-benar terlelap setelah itu aku berhenti memainkannya. Mencium keningnya cukup lama dan memperhatikan wajah cantiknya.
"Memilikimu adalah keberuntunganku Al" Aku memeluknya.
"Disini kau rupanya Xan-" Aku meletakan telunjuk di depan bibirku, mengisyaratkan untuk Kio diam. Kio melangkah mendekat, meskipun ia tengah menunjukan ekspresi menggodanya.
"Ada hal penting yang harus kau ketahui" Wajahnya terlihat serius, aku menganggukan kepalaku memberi isyarat untuk mengatakan hal itu.
"Aliansi akan mengakhiri hidup Aletha secepatnya" aku membelalakan mata.
"Apa mau mereka sebenarnya?"
"Mereka tidak ingin mala petaka terulang kembali, alasan kenapa Kevin memberikan gelang itu padanya adalah untuk mengobati dirinya dan juga tanda bahwa Kevin melindunginya. Kevin pergi memberitakan kabar itu pada Alex, aku hanya ingi kau tau, kami semua akan melindunginya" Aletha menggeliat di atas pangkuanku, tangannya memeluk leherku.
"Aku percaya padamu, aku harus membawanya ke kamar, untuk malam ini kau dan aku akan pergi ke tempat Alex" Kio mengangguk.
Setelah mengantar Aletha, aku berganti pakaian dan bergegas menuju masion Alex. Sesampainya disana, aku melihat Kevin dan Alex tengah panik akan suatu hal. Apa mereka mengkhawatirkan Aletha.
"Apa semua baik-baik saja?" Kio menanyakan keadaan saat ini. Mereka menyadari keberadaan kami menyapa terlebih dahulu.
"Bagaimana kabarku baik, jika adikku ingin mereka habisi" Alex mengucapkan hal itu dengan aura membunuhnya.
"Apa rencanamu?" Aku menanyakan hal penting pada Alex.
"Melindunginya, pasukanku belum cukup kuat untuk memberontak aliansi dan jangan lupakan statusmu, sedikit saja kesalahan bertindak maka akan berakibat fatal, sebaiknya kita ke dalam untuk membahas hal ini"
Malam itu menjadi malam panjang, dimana kami berusaha menemukan rencana untuk menyelamatkan Aletha dari aliansi.
***
Malam semakin larut aku merasakan angin dingin menerpa tubuhku, aku membuka mataku dan menyadari aku berada di kamar. Kepalaku terasa berat saat ini. Saat melihat ke arah pintu yang menghubungkan kamar dengan balkon. Aku menyadari keberadaan Ruth.
"Masuklah" ia berjalan membawa kembali pedangku dengan cepat aku memasukannya ke dalam cincin sihir yang berfungsi untuk menyimpan benda penting ku.
"Aku mendapat kabar buruk, aliansi memutuskan untuk mengakhiri hidupmu secepatnya, aku mendengarnya dari tuan Kevin" Bukannya terkejut, aku malah semakin tenang, benar bukan kali ini saja suatu organisasi atau individu menginginkan kematianku. Ku sadari pencarian artefak belangsung sangat lambat karena kondisiku.
"Kondisiku belum stabil, jadi tetaplah berada disampingku dalam bayangan, sàat waktunya tiba aku akan memperkenalkanmu pada Xander, beristirahatlah dan terima kasih" Aku mengganti pakaianku dan menutup pintu balkon. Rencana aliansi pasti terhubung dengan sosok wanita ditubuhku ini dan juga pria itu.
Aku akan menyulitkan Xander dan keluarganya. Mereka tentu tidak akan membiarkan ini terjadi. Untuk sementara aku akan berpura-pura tidak tau. Menyusun rencana sekarang hanya akan menjadi belati bermata dua bagiku. Mungkin dengan inilah penebusanku akan berakhir. Hanya saja aku tak yakin.
Aku akan menyimpan senjata baruku terlebih dahulu dengan begini tanganku merasa ringan. Pertama-tama aku akan berlatih bersama Xander sesuai keinginannya, setelah itu aku mengirim pesan pada Crystal untuk menemukan baju yang pas. Apa ada alkohol disini aku benar-benar ingin meminumnya sekarang.
Tok tok
Aku mengalihkan pandanganku ke arah sumber suara. Ternyata ibu Xander masuk ke dalam.
"Kau sudah bangun rupanya, ini minumlah, aku membuatkan susu hangat untukmu"
"Terima kasih bu" ucapku sambil tersenyum ke arahnya. Saat aku ingin meminumnya Xander masuk dengan raut wajah serius.
"Apa terjadi sesuatu?" Xander berhenti dan nampak terkejut. Sepertinya fokusnya teralihkan.
"Ah tidak, kau bangun, oh ibu membuatkannya susu?"
***
Aku terkejut karena Aletha menanyakan hal itu, ku pikir ia tertidur. Aku memintanya menghabiskan susu hangat buatan ibu. Kurasa ibu membuat susu pemulih stamina. Setelah kepergian ibu, aku langsung menghampiri Aletha memeluknya dalam posisi masih berdiri.
"Kurasa kau sedang ada masalah" aku mengangguk dan masih mengelus kepalanya, ia mulai memelukku berusaha menenangkan. Tanpa ia sadari aku membaca mantra untuk membuatnya tertidur lelap. Aku mengangkat tubuhnya dan merebahkannya.
Aku tidak ingin kehilanganmu...
***************************************************
huaaaaa
maaf banget baru bisa up chapter baru huhu :"