Chereads / Aletha : Revenge / Chapter 18 - Chapter 18

Chapter 18 - Chapter 18

"Luka mereka parah sekali" aku menghampiri salah satu korban dengan peta merah. Aku mulai mengeluarkan kemampuanku untuk menyembuhkan. Awalnya pihak medis dan juga healer disana mencegatku. Syukurnya Arley bersamaku disini. Ia mengatakan tidak apa-apa membiarkanku melakukannya pada mereka.

"Nona apa tuan memperbolehkanmu melakukan hal ini?"

"Kenapa kau memanggilku nona, panggil saja namaku, tentu saja ia memperbolehkanku, apa kau seorang healer?"

"Tidak, aku hanya warrior biasa" aku menolak pernyataan Arley. Dalam tubuhnya aku merasakan titik 'mana' yang tidak stabil. Jika titik itu ku buka, ia akan bergerak cepat dan benar ia seorang elemental atribut api. Buktinya aku melihat ruang 'mana' ditubuhnya terkunci.  Aku meletakan tanganku didadanya. Menyalurkan kekuatanku untuk membuka paksa titik yang tertutup.

"Argh!, apa yang telah kau lakukan Aletha?"

"Akan terasa sakit untuk beberapa hari, tapi jangan khawatir kau akan menjadi warrior tercepat dan memiliki kekuatan elemental atribut api" ia terkejut mendengar penuturanku. Sepertinya ia mengharapkan hal ini. Melihat posisinya yang berada diamping Daren dengan kekuatan biasa saja tentu membuatnya tertekan. Ia mungkin di cap sebagai penjilat tuannya.

Grep

"Terima kasih banyak, terima kasih..." terdengar tulus. Aku hanya bisa menyunggingkan senyum samar padanya.

Akhirnya aku dan Arley berkeliling membantu para korban yang sekarat. Aku merasa kasian pada para healer. Saking bersemangatnya mereka menyembuhkan pasien, mereka sampai lupa keadaannya sendiri. Sudah 3 orang healer yang jatuh pingsan disini. Saat aku hendak mengobati pasien kembali tiba-tiba ada yang menggenggam lengan kananku dan memaksaku mengarah kepadanya.

"Kevin"

"Apa yang kau lakukan Aletha?!" Arley yang melihatku seperti dicekal langsung menarikku dan berdiri dihadapanku.

"Kau menyakitinya!"

"Siapa dia Al?"

"Dia Arley... arley tenang saja dia Kevin" sepertinya Arley mengetahui suatu hal tentang Kevin yang membuatnya begitu terkejut.

"Berhenti untuk membantu menyembuhkan mereka Al!"

"Aku hanya ingin membantu"

"Ku bilang hentikan!"

"Kalo begitu kau yang sembuhkan mereka!" Kevin mendengus kesal akan hal yang ku minta. Ia memintaku untuk beristirahat dan membiarkan dirinya mengobati pasien yang sekarat.

"Aletha, ayo ikut aku sekarang" Kevin menarikku keluar dari tenda medis.

"Kemana kau ingin membawanya?" Xander tiba-tiba saja muncul dari samping kanan.

"Kau matenya, kenapa kau memperbolehkannya mengobati para pasien itu, kau tau keadaannya bukan!" Kevin benar-benar marah pada Xander.

Xander berjalan mendekatiku dan menatapku tajam. Sepertinya ia marah karena aku menolong para pasien.

"Apa yang dikatakan Kevin benar Al?" Aku hanya mengangguk. Ia benar-benar marah padaku. Ini kesalahanku karena tidak meminta izin padanya.

"Maaf" hanya itu yang bisa keluar dari mulutku.

***

Saat melihat Aletha yang menunduk didepanku dan berkata maaf. Aku benar-benar marah pada diriku sendiri. Bagaimana bisa aku memarahinya karena berniat baik pada mereka. Namun sekarang keadaannya lebih penting. Dia memiliki hati yang tulus. Aku menariknya ke dalam pelukanku. Aku melihat ke arah Arley yang berlari mengejar Kevin dan Aletha. Auranya benar-benar berbeda.

"Kita akan kembali ke mansion sekarang"

Setelah sampai di mansion, Aletha pergi ke kamar untuk membersihkan dirinya.

"Jangan membiarkannya menggunakan kemampuan penyembuhnya, itu akan memakan jiwanya" aku begitu terkejut mendengar pernyataan dari Kevin.

"Kenapa masa lalunya, jati dirinya dan kekuatan yang ada padanya begitu sulit untuk digali"

"Bukan hanya kau Xander aku pun sama, yang tau segalanya tentang Aletha hanya Alex, tapi setiap kali bertanya ia hanya mengatakan bahwa Aletha adalah takdir 'wadah', tak lebih dari itu" Kevin berdiri "kurasa Aletha sudah membersihkan dirinya, sekrang aku harus mengobatinya"

Aku berjalan mengekori Kevin. Akhirnya kami sampai di depan kamar Aletha. Aku menerobos masuk ke dalam. Tidak ada Aletha didalam ruangan. Merasakan angin yang bertiup dari arah depan.  Kurasa ia berada dibalkon. Aku berjalan dan berdiri bersandar ke pintu masuk tersebut.

Aletha tengah menikmati semilir angin sambil memejamkan matanya. Rambut panjang hitamnya begitu indah mengikuti semilir angin yang bertiup. Ia memakai piamanya. Aku memanggilnya.

"Aletha" ia menoleh. Senyumanku pudar diganti dengan ke khawatiran. Ia terlihat pucat dari sebelumnya. Ia berjalan menghampiriku. Namun, ia terlihat goyah dan hampir jatuh ke lantai, syukurnya aku langsung merengkuhnya. Aku mengangkatnya dan membaringkannya. Ia berusaha tetap sadar saat ini. Kevin langsung melihat keadaan Aletha saat ini.

"Aku harus membuatnya tertidur saat ini" Aletha menggeleng saat Kevin ingin membuatnya tertidur lama. Aku duduk dan menggenggam tangannya. Sambil mengelus lembut rambut hitamnya.

"Aletha, aku tau kamu ingin sekali pergi ke rumah lelang Aprikot, tapi untuk kali ini kita tunda demi kesehatanmu, tidak apa-apa saat kau tidur aku akan disini bersamamu" Aletha nampak murung mengenai keputusanku. Aku harus melakukannya demi kesehatannya. Ia menatap ke arahku dan mengangguk tanda setuju.

Kevin mulai melakukan tugasnya. Ia meletakan telapak tangannya di kening Aletha, membacakan mantra dan setelah itu Aletha tertidur. Aku bisa merasakan 'mana' Aletha mulai mengikuti jalur yang seharusnya.

"Melihat keadaannya, aku membuatnya tertidur selama 5 hari. Kau harus menjaga aliran 'mana' disekeliling Aletha tetap stabil" Aku hanya mengangguk dan membangun barrier kecil untuk menekan kekuatan 'mana' yang ada diruang sebelum mempengaruhi keadaan Aletha.

"Mengenai simbol dibelakang tengkuknya, aku pernah diberi lembaran mengenai hal itu"

"Apa boleh aku melihatnya?" Aku semakin penasaran, entah kenapa aku memiliki firasat jika lembaran itu dicuri dari buku yang ada diarea terlarang.

"Aku tidak membawanya, isi lembaran itu menjelaskan jika simbol itu berbahaya ditanggung oleh manusia dan juga kita, simbol itu bisa dibangkitkan secara paksa tapi juga tidak."

"Simbol itu segel?" Kevin mengangguk.

"Terlalu menyakitkan jika dibuka secara paksa, simbol akan hilang kendali menjalar dan mengakibatkan orang yang menanggungnya menderita tiap kali simbol itu menjalar. Lebih parahnya ia akan mati digerogoti simbol."

"Apa yang terjadi jika segel dibuka tanpa paksa?"

"Aku tidak pernah membacanya, lembaran itu pun tidak utuh"

"Apa yang kau ketahui tentang Aletha?"

"Segel itu menyerap jiwa jika sang pemilik melakukan sihir penyembuh, ia yang menanggung segel dengan dibuka secara paksa hanya akan membuatnya semakin lemah dan aliran mana kacau, aku melakukan penelitian untuk itu dan aku berhasil menemukan cara untuk mengendalikan aliran mana nya"

"Sebenarnya apa yang yang terjadi masa lalu sampai adanya takdir 'wadah' " saat aku dan Kevin merenungi hal yang sama sambil memantau keadaan Aletha yang tertidur, tiba-tiba saja Kio datang menghampiriku.

"Xander, malam ini kita bisa pergi ke rumah lelang Aprikot, aku sudah mengubah identitas kita" aku mengangguk ke arahnya.

"Aku juga ikut, ada banyak hal yang ingin ku ketahui tentangnya"

***

Kita bertemu lagi, sepertinya keadaanmu sedang tidak baik-baik saja'