Chereads / Aletha : Revenge / Chapter 8 - Chapter 8

Chapter 8 - Chapter 8

Ini dimana?. Aku berjalan mengikuti cahaya yang berada diujung sana. Ku tutup mataku karena cahaya itu begitu silau. Ini!

"Sepertinya sudah saatnya kau menemuiku"

"Kau siapa?"

"Sepertinya kau banyak terluka, apa kau tidak bisa melihat tubuhku?, lihatlah rantai ini dilepas secara terpaksa, apa kau tidak melihatnya?"

Aku melihat darah hitam mengalir dari sekujur tubuhnya. Tapi kenapa dia tidak merintih kesakitan. Ia malah tertawa dan tersenyum licik. Bola matanya begitu hitam kelam. Kukunya begitu panjang. Diantara warna hitam rambutnya terdapat helaian rambut berwarna merah darah. Rantai yang ada ditubuhnya seolah dilepas secara paksa. Ia begitu menakutkan.

"Belum saatnya aku bangkit, tapi orang itu benar-benar membuatku muak, sepertinya kau dan aku sekali lagi akan membangkitkannya..."

Apa maksudnya itu. Ia mencoba meraihku tapi aku berhasil berlari menjauh. Aku tidak tau kemana aku berlari hingga akhirnya tanpa sadar pinjakanku berakhir aku berteriak keras saat ku rasakan tubuhku terjatuh.

Argh!

Aku membuka mataku. Ini mimpi ya itu cuma mimpi. Kenapa begitu menakutkan apa maksudnya membangkitkannya.

"Kau tidak apa-apa mate?"

"Huh?, ah ya aku tidak apa-apa" Tunggu apa baru saja ia memanggilku mate dan bagaimana ia bisa disini. Tunggu sebentar bukankah aku bersamanya waktu itu, tapi kenapa aku berada di kamarku. Aku memijat keningku. Rasa-rasanya kepalaku hampir pecah memikirkan semuanya.

Tangan hangat memijat kepalaku. Aku mengangkat kepalaku. Xander. Apa aku benar-benar matenya?. Yang ku dengar Xander bukanlah orang yang lemah lembut seperti ini. Jika aku adalah setelah demon aku pasti bisa merasakan bahwa Xander mateku meski perasaan itu nampak samar. Tapi kenapa aku tidak merasakan apapun. Demon yang tengah memijat kepalaku ini terus tersenyum ke arahku. Huh~

Grep

"Jangan sakit lagi" ia tiba-tiba memelukku.

"I-iya, maaf tuan, aku selalu lancang padamu, ternyata Anda adalah putra panglima"

"Shuttt...aku tidak mau dipanggil tuan oleh mateku sendiri. Aku ingin dipanggil menggunakan  namaku" ia mempererat pelukannya padaku.

Aku tidak tau harus merespon seperti apa. Dulu aku tidak pernah diperlakukan seperti ini oleh Eric. Dasar bodoh, kenapa dulu aku tidak pergi meninggalkannya. Tunggu bukankah aku dan Eric masih bertunangan.

"Berhenti memikirkannya aku tidak suka itu, kau dan Eric resmi membatalkan pertunangan itulah yang dikatakan kakamu, kau hanya milik ku, milik ku seorang"

Aku tau seorang mate akan bersikap seperti ini. Itu adalah hal normal dari yang pernah ku baca diperpustakaan. Ketika seseorang menemukan mate mereka, mereka akan bersikap overprotektif dan posesif pada pasangannya. Seperti perbuatan Xander padaku. Rasanya tubuhku mati rasa, sebenarnya aku sudah tertidur berapa hari.

"Kau tertidur selama tiga hari, aku tidak menyukai itu, aku tidak ingin kehilanganmu"

Apa aku tertidur selama tiga hari sebenarnya apa yang terjadi padaku. Kenapa semua menjadi semakin rumit sekarang.

"Xander bisa kau melepaskan pelukanmu aku merasa sesak disini"

"Aku akan melepaskannya asal kau mau memegang tanganku"

"Apa!" Xander menatap sinis ke arah ku. Aku langsung menganggukan kepala.

Keesokan paginya di akademi

"Aletha!" Elina langsung memeluk erat tubuhku.

"Apa yang terjadi padamu Aletha, mereka bilang kau sakit. Tidak biasanya kau sakit Aletha."

"Aku juga tidak tau apa-apa Elina"

Aku dan Elina langsung pergi menuju kelas pertama. Kali ini kami akan bekerja sebagai tim. Saat pengumuman kelompok, bisa-bisanya aku satu kelompok dengan Xander dan Eric. Arghhhhh!!!

Cup

"Apa yang kau lakukan Xander?"

"Hanya mencium kening mateku" ia membisikan kalimat itu tepat ditelinga kananku.

"Ingat setiap kelompok harus bisa keluar dari labirin ini tepat waktu, berhati-hatilah karena labirin yang ada di depan kalian bukanlah labirin biasa, MULAI"

Semua bergerak cepat berlari masuk ke dalam labirin. Setelah kelompokku masuk, jalan masuk kami menuju labirin diblokir. Tak ada jalan keluar. Seperti biasa Eric begitu tenang dalam menghadapi situasi ini. Begitu pula dengan Xander. Meski dari tadi tangannya terus menggenggam tanganku.

Kami berjalan ke arah depan. Tidak ada apapun yang terjadi. Sebelum akhirnya Xander menarikku kebelakang. Hampir saja aku merasakan timah panas di tanganku.

***

Entah kenapa melihat tangan Aletha yang digenggam oleh Xander membuat hatiku terasa panas. Ada apa dengan diriku apa aku cemburu?, oh ayolah bukankah pertunangan itu dibatalkan lalu kenapa aku harus cemburu. Momen seperti ini seharusnya membuatku bahagia.

Bug

Argh. Sebuah batu mengenai kepalaku. Xander melihatku dan menggeleng seolah aku melakukan hal bodoh. Tiba-tiba saja tanah dibawah kami bergerak dan membelah secara cepat. Dapat ku lihat Aletha menghadapinya dengan sangat baik ia begitu lincah melompat dan menghindar dari beberapa batu yang melayang. Tak berapa lama akhirnya tanah yang kami pijak tenang. Kami melanjutkan perjalanan. Syukurlah Xander tak menggenggam tangan Aletha lagi. Tapi ada sesuatu yang aneh, kenapa Xander seperti merasakan sesuatu yang sangat ia tidak sukai muncul.

Tiba-tiba saja para goblin tingkat sedang muncul dihadapan kami. Aletha dan Xander langsung menyerang para goblin. Aku terkejut dengan kemampuan Aletha. Ia begitu santai menghadapi musuh-musuhnya. Sekali lagi aku melihat sosok lain dari Aletha. Ia lebih kejam dari biasanya.

Deg!