Srettt...
Merepotkan. Ditambah kenapa pria ini selalu menempel seperti prangko. Arghhhhhh.
"Hey tuan, bisakah kau menjauh, jarakmu terlalu dekat denganku."
"Memang kenapa, lagi pula kau mateku" Bisa-bisanya iya meletakan dahinya ke dahiku.
Dug!
"Ah kenapa kau menyundulku?" Aku langsung menyingkir darinya.
Berjalan melewati segerombolan goblin yang dihabisi oleh Xander. Sepertinya rumor itu benar ia adalah psikopat perang.
"Berhenti memikirkan yang tidak-tidak"
"Ah kenapa kau terus membaca pikiranku?"
"Karena itu kemampuanku" ingin sekali aku melemparkan batu ke wajahnya itu.
Lupakan saja, aku harus membunuh goblin -goblin ini terlebih dahulu. Kemampuanku memang berkembang pesat saat aku menjadi hunter petualang. Seperti saat ini goblin itu terus menyerang. Aku hanya mengaktifkan kemampuan medan gravitasiku dan memenggal kepala mereka yang tertunduk. Dadaku terasa sesak, sepertinya aku mulai kehilangan mana. Entah kenapa fisikku semakin lama semakin lemah.
Swoshhh
Hampir saja anak panah itu mengenai leherku. Aku berlari ke arah mereka dan terus menghukum mereka menggunakan elemen petirku. Bos goblin, aku harus segera menghabisinya. Pergerakan boss lebih cepat dan lebih agresif dibandingkan bawahannya. Mungkin karena pengalaman aku mengikatnya dan meledakan elemen petirku bersamaan. Entah lelah karena melihat ku Xander meledakan api ke arah mayat goblin itu. Bos goblin akhirnya dapat dikalahkan.
"Ternyata mateku lumayan hebat yaa" ia menepuk-nepuk kepalaku dengan lembut.
"Singkirkan tanganmu dari ku"
"Tapi bagaimana bisa aku memiliki mate yang hanya memiliki tinggi sampai leherku saja" Xander aku tidak pernah tau jika kau banyak bicara.
"Kalo begitu cari saja yang lain!" Menyebalkan ia malah tersenyum ke arahku.
Seketika aku lupa kehadiran Eric disini. Aku hanya melihatnya sekilas lalu kembali melangkah ke depan. Mungkin hanya perasaanku saja, aku seperti diawasi seseorang.
***
Aku mendapatkan firasat buruk. Ada sesuatu yang datang ke sini. Bukan mengincarku tapi mengincar mateku. Kekuatan yang begitu gelap. Aku terus memperhatikan Aletha karena aku takut sesuatu yang buruk terjadi. Aku lupa Eric juga disini. Ku rasa ia terkejut dengan kemampuan Aletha. Aku juga terkejut karena kemampuannya. Ia memang cocok bersanding denganku.
Kenapa situasi ini begitu menggangguku. Aku berhenti melangkah untuk merasakan sesuatu.
"Sepertinya kau juga merasakannya tuan" aku hanya menoleh ke arah Eric sebentar. Sepertinya ia mengeluarkan senjata gaibnya.
Energi ini semakin pekat. Aku terus memperhatikan Aletha. Sepertinya ia baik-baik saja. Kami terus melangkah menyusuri labirin ini dengan siaga. Aku terus memperhatikan sekitar.
Deg!
Kikikkikikkk...
Suara itu, sial aku baru menyadarinya. Aku langsung menarik Aletha ke dalam pelukanku. Nampaknya ia juga merasakan energi itu. Ia diam di dalam pelukanku.
Jadi dia orangnya kikikkkk
"Siapa kau?"
Hmmm...kau tidak boleh tau diriku karena aku hanya memperkenalkan diriku pada wanita itu
Energi gelap semakin menekan area kami berada. Ku lihat Eric tercekik dan mengeluarkan darah ditelinga dan hidungnya. Aku membangun pelindung untuk melindungi Aletha. Tenang saja aku kebal terhadap energi ini. Ada seseorang dibelakangnya. Meski hanya melihatnya samar, aku bisa merasakan energinya sangat besar tapi tidak sempurna. Ada sesuatu yang berbahaya akan terjadi. Aku memperhatikan Aletha. Ia hampir saja jatuh saat aku ingin melepaskan pelukanku. Aku menompangnya dan memperhatikan wajahnya.
"Xander" ia begitu lemah memanggil namaku.
"Kau baik-baik saja?" Aku berusaha mengusap kepalanya dengan pelan.
"Aku tidak tau dia siapa tapi ketika bertemu dengannya dadaku merasa sesak, ada sesuatu yang berusaha keluar dari tubuhku, aku melihatnya, aku takut"
Aku begitu terkejut atas pernyataannya. Ia tidak seperti Aletha yang kuat. Kali ini Aletha begitu ketakutan dan menahan sakit. Tidak ada pilihan lain selain mengumumkannya sebagai mateku agar aku bisa menjaganya dan aku harus menyelidiki lebih lanjut apa yang terjadi padanya.
Aku mengeluarkan sihir penyembuh pada Eric dan Aletha. Eric langsung pulih tapi berbeda dengan Aletha. Ia semakin lama semakin lemah. Apa aku menggunakan sihir yang salah. Tidak ini sudah benar.
"Kio" asap putih muncul dihadapanku dan menampakan Kio.
"Kenapa kau memanggilku?"
"Teleportasi" saat ia menyadari Aletha ada di dalam gendonganku ia langsung paham.
"Hey Eric sebaiknya kau mendekat jika tidak ingin tertinggal"
Asap putih mengelilingi kami. Akhirnya kami berempat keluar dari labirin itu dengan mudah.
"Aletha!" Elina dan Zeline langsung mendatangiku. Aletha membuka matanya dan melambaikan tangan bahwa dia baik-baik saja. Tanpa mengatakan apapun aku berjalan membawanya pergi dari kerumunan. Kurasa mereka mempertanyakan hubunganku dengan Aletha.
***
"Elina sebenarnya apa hubungan Aletha dengan Xander?" Elina nampak enggan menjawabku. Aku bisa merasakan ia marah besar padaku.
"Kau akan tau nanti"
Setelah menjawabku ia pergi meninggalkanku dengan tanda tanya besar. Ada apa dengan Aletha?. Apa hubungan Xander dengan Aletha?. Apakah ini permainan yang dibuat Aletha untuk membuatku menyesal?. Sial kenapa aku memikirkan hal itu sekarang.
Aletha yang selalu menempel dan bersikap lembut padaku bisa bersikap terus terang dan dingin. Ia begitu aktif mengekpresikan setiap emosi saat bersama Xander. Aku tidak pernah melihatnya seperti itu. Lagi, ku dengar baru-baru ini Aletha diuji penyihir tingkat tinggi dan tanpa menggunakan pedang. Bukankah ia menyukai pedangnya lalu kenapa pedang itu tidak ada. Bahkan hari ini pun sama. Sebenarnya apa yang terjadi.
"Eric bagaimana tesnya?"
"Ya?, ah itu...baik, semuanya berjalan dengan baik" Aku tersentak kaget saat Crystal bertanya.
"ngomong-ngomong apa kau tau dimana Aeltha?." Aku mengangkat alisku sebelah. Kenapa semakin kesini Aletha semakin misterius.
"Dia dibawa ke ruang kesehatan"
setelah mendengar jawabanku ia langsung pergi ke tempat Aletha berada.
***
"Kenapa pria itu ada bersamanya?"
"Tuanku tenang saja, kekuatan Anda akan sempurna sebentar lagi kikikiiiikkk"
"ku harap juga begitu, benarkan Alex?"
"Benar tuan"