Chereads / Perawan Cinta / Chapter 16 - BAB 16. PERJODOHAN

Chapter 16 - BAB 16. PERJODOHAN

(PERAWAN CINTA)

Suasana pagi hari di ruang makan. Ibuku dan bibi Maryam sudah mempersiapkan sarapan untuk kami semua.

" Kamu sudah baikan badannya?!" tanya ayahku perhatian.

" Sudah agak mendingan. Cuman masih mual aja" ujarku dengan wajah memelas.

" Ah jangan-jangan hamil lagi. Itu bapaknya siapa?! Eh iya kan bapaknya banyak. Jadi anak bareng-bareng ya. hahahahh" ujar Rafaela tertawa.

" Terserah bacot elu deh. Gue males ngeladenin!!" ujarku kesal.

" Kalo kamu sudah agak mendingan. Nanti malam jangan kemana-mana ya. Soalnya mau datang nih sahabat ayah dari Malang mau berkunjung kesini bareng anak dan istrinya" ujar ayahku memberitahu.

" Iya yah. Aku juga lagi enggak pengen kemana-mana soalnya masih kurang fit".

" Ya udah. Kamu jangan lupa minum obat dan istirahat yang cukup. Biar nanti ketemu keluarga nya sahabat ayah kamu enggak pucat lagi wajahnya".

Dan setelah selesai sarapan bersama. Ayahku langsung berangkat ke kantor. Sedangkan aku langsung ke kamar untuk beristirahat. Agar malam harinya aku enggak malu-maluin ayah dengan wajah pucatku. Dan malam harinya setelah ayah pulang kerja. Datanglah sahabat ayah yang berdompet di Malang.

" Silahkan masuk di kediaman aku" ujar ayahku menyapa.

" Wah luar biasa ya dekorasi dan arsitektur nya. Kamu masih enggak berubah ya dari zaman sekolah sampai kuliah suka banget pelihara tanaman dan ikan" ujar pak Zilong.

" Yah aku susah menghilangkan hobi dari dahulu. Cuman sekarang yang rawat tukang dan asisten soalnya jarang ada waktu".

" Iyalah bos berlian dan tas branded udah enggak ada waktu luang buat pelihara hobinya lagi".

Ayahku mengajak pak Zilong berserta istri dan anaknya ke ruang tamu dan ruang makan kami.

" Iya ini persilahkan istri saya pertama Kiran dan istri kedua saya Rafaela" ujar ayahku.

" Apa?! Kamu punya dua istri dalam satu atap?! Hebat sekali?!!" ujar pak Zilong kaget.

" Ya kan kalo begini enak jadi ngurusin istri dua. Enggak ada yang berantem dan akur terus".

" Katanya kamu punya anak sudah gadis?!

" Ada sebentar lagi dia ke bawah".

Dan tak lama kemudian aku turun ke ruang tamu. Dan ayahku mulai memperkenalkan aku dengan sahabatnya dan keluarganya.

" Halo om dan Tante!! Aku Lolita!! Salam kenal" ujarku sambil bersalaman dengan keduanya.

" Cantik juga ya sekarang Lolita!!" ujar istri pak Zilong.

" Iya makasih pujiannya Tante" ujarku tersenyum.

" Ini perkenalkan anak bungsu saya yang pernah kuliah di Malang. Sekarang bekerja di Jakarta. "

Dan saat aku bersalaman dengan anaknya pak Zilong. Aku terkejut ternyata Thamus adalah anak dari sahabat ayahku.

" Thamus!!" ujarku terkejut.

" Hai, Lolita!!" ujar Thamus yang tersenyum.

" Kalian sudah kenal?!" tanya ayahku.

" Sudah om. Kami dulu pernah kuliah bareng di malang" jawab Thamus.

" Tapi kok om enggak pernah lihat kamu ya?! tanya ayahku.

" Kan aku dan Lolita beda jurusan. Wajarlah om gak pernah liat aku" jawab Thamus.

" Kok kamu enggak cerita mas. Punya temen yang berkuliah di Malang tapi menetap di Jakarta?!" tanya pak Zilong kepada Thamus.

" Aku niatnya mau ngasih surprise ayah. Eh tapi malah aku yang di kasih suprise ayah". jawab Thamus senang.

" Surprise gimana maksudnya mas?! tanya pak Zilong bingung.

" Sebenarnya dulu aku sama Lolita pernah pacaran. " ujar Thamus.

" Apa?! Pacaran?! Kok enggak pernah di bawa ke rumah?!" tanya istri pak Zilong.

" Lolita yang enggak pernah mau. Soalnya Lolita mikirnya kan masih kuliah belum tentu ke jenjang pernikahan" jawab Thamus.

" Ih bukan begitu Tante dan om. Saya sedang fokus mau kuliah belum mikirin ke Pernikahan dulu". ujarku mengeles.

" Ya kalo sekarang kan udah waktunya mikirin Pernikahan. Apalagi udah saling kenal. Jadi gak usah pendekatan lagi ya" celetuk Ayahku.

" Iya udah langsung tentuin hari, tanggal,bulan yang baik. Kalo bisa sih secepatnya" sahut pak Zilong.

" Kalo aku sih terserah Lolita aja maunya kapan" jawab Thamus.

" Gimana nak Lolita bersedia kan menikah dengan anak om?!" tanya pak Zilong

" Iya bersedia. " ujarku sambil mengangguk kepala.

" Alhamdulillah kalo pada suka dan setuju" ujar ayahku bahagia.

Dan obrolan berlanjut sampai ke makan malam bersama di ruang keluarga. Aku pun hanya menyimak obrolan ayahku dengan ayahnya Thamus di meja makan. Setelah makan malam, ayahku dan ayahnya Thamus mengobrol lagi di ruang tamu sambil menikmati kue dan teh hangat. Sedangkan aku duduk menikmati air di kolam renang. Dan Thamus pun menghampiri aku.

" Kamu kok dari tadi diem aja?!" tanya Thamus sambil tersenyum.

" Aku lagi kurang fit. Makanya aku diem aja dari tadi" ujarku berbohong.

" Kamu beneran mau nikah sama aku?!".

" Kenapa kamu bertanya?! Apa ada yang salah dengan jawaban aku?!"

" Bukan begitu. Kan aku mau kita dekat dahulu baru ke jenjang pernikahan".

" Kan pengenalan sifat dan watak setelah menikah bisa di lalui suami istri" ujarku bijak.

" Iya juga sih. Tapi aku enggak mau kamu ada rasa kasihan atau terpaksa karena menikah dengan aku".

" Insyaallah enggak" ujarku.

Dan setelah musyawarah antara ayahku dengan ayahnya Thamus. Akhirnya mereka sepakat untuk menentukan tanggal pernikahan kami. Dan seminggu lagi acara lamaran kami serta dua bulan lagi perayaan pernikahan kami.

" Kami pamit dulu ya. Seminggu lagi akan kesini lagi" ujar ayahnya Thamus.

" iya hati- hati di jalan" ujar ayahku.

Dan kamipun mengantarkan keluarga Thamus sampai gerbang rumah. Aku dengan terpaksa menerima perjodohan dengan Thamus. Agar bayi dalam kandungan aku memiliki sosok ayah. Meskipun aku tahu bila aku berkata jujur soal kehamilan aku dengan mas Valir mungkin dia akan bertanggung jawab menafkahi aku. Tapi kini yang aku butuhkan status dan kejelasan hubungan.

" Makasih ya sayang sudah mau menerima perjodohan ini. Ayah sangat senang" ujar ayahku sambil memelukku erat.

" Iya sama-sama ayah. Aku sekarang mau jadi anak yang berbakti kepada orangtua" ujarku bersedih.

" Iya sayang. Maafkan ayah yang kurang perhatian sama kamu dan ibuku kamu ya".

" Aku udah maafkan semuanya dan berdamai dengan rasa kecewaku sama ayah".

" Ayah sadar kalo ayah selama ini jahat sama kamu dan ibu kamu. Ayah ingin menebus semua kesalahan pada kalian" ujar ayahku yang terharu.

" Semua pasti punya masa lalu dan kesalahan yah. Maafkan aku juga ya yang sering berontak dan gak nurut sama ayah".

" Iya sama-sama sayang".

Dan akhirnya aku dan ayah saling memaafkan dan berpelukan dalam tangisan haru. Setelah berpisah dengan mas Valir dan memutuskan untuk tak tinggal lagi di Malang. Aku sadar semua akan perhatian dan kasih sayang orangtuaku selama ini yang sering tertutup oleh rasa egoisku yang tinggi karena ayahku telah menikah lagi. Dan menyakiti hati ibuku membuat marah dan tak terima dengan takdir kehidupan.