Selamat membaca
.
.
Akira menyentuh pipi nya bekas kecupan singkat dari Sarah, bahkan tak sampai 1 detik. tapi terasa hingga beberapa saat hingga sarah menghilang dari jangkauan pandang nya pun masih tersisa rasa bibir sarah pada pipi nya. tersadar dari rasa terkejut nya aksa segera meraih ganggang pintu kelasnya karena tak ingin lebih lama lagi di luar.
Akira membuka pintu kelas nya, lebih dari 5 menit waktu nya tertunda untuk masuk kedalam kelas hanya karena kehadiran Sarah, sebenarnya ia bisa saja meninggalkan sarah di sana begitu saja tapi is tidak mau jika sarah masuk kedalam kelasnya dengan seribu alasan yang akan di lontarkan oleh sarah hanya untuk menganggunya. sambil menghela nafas Akira melangkah masuk dengan perasaan lega, Setidaknya setelah kehadiran sarah tadi entah mengapa ada perasaan plong-lapang tanpa beban di dalam nya.
'Jangan bilang aku mulai menaruh Hati?!' Akira membatin, bertanya tanya kepada dirinya sendiri yng bagaimana mungkin bisa merasa lega setelah sarah menjelaskan apa yang membuat nya merasa tak nyaman. namun ia segera mengeleng. 'Tidak- Tidak' Akira menggeleng kan kepala nya kuat, Ia harus sadar diri, kehadiran Sarah hanya rasa penasaran gadis itu saja karena ia adalah orang pertama yang mengabaikan gadis itu.
"Ada apa Akira? Apa kamu sakit?" tanya buk Wati yang berjalan semakin mendekat kearah Akira. dengan wajah khawatir melihat Akira mengeleng kan kepala seperti orang sakit kepala berat.
"tidak buk, saya hanya sedikit pusing!" jawab Akira spontan berbohong karena tidak mungkin ia mengatakan jika ia memikirkan Sarah kepada siapa pun, lagi pula itu sedikit benar, kepalanya sakit karena memikirkan Sarah yang semakin hari semakin terlalu jauh masuk kedalam kehidupan nya. ia semakin pusing, pusing memikirkan tingkah Sarah yang penuh kejutan bahkan di setiap bertemu selalu saja ada hal yang berkesan meski hal sepele. entah karena gadis itu memiliki paras yang bagus atau hal lainya ia juga tidak tahu.
"kenapa tidak izin ke uks?" tanya sang guru cemas. Pasal nya Akira tidak pernah tidur di jam guru tersebut, terlebih Akira bukan tipe anak pembuat onar yang banyak alasan hanya untuk bolos kelas, atau banyak alasan untuk keluar dari kelas. seperti contohnya alasan rapat ekschool dan osis. tapi Akira memang anak yang di cap baik karena ia nyaris tidak pernah menlihat Akira tidur di jam pelajaran nya.
tidak, tidak hanya Akira, sebenarnya tapi seisi kelas hampir tidak pernah tidur saat jam pelajaran guru bahasa inggris ini. selain wali kelas yang berperan penting dalam kenaikan kelas, tidur di jam ibu wati ini sangat mustahil di lakukan, hanya murid murid yang memang sudah kebal yang bisa melakukan nya. ya, Bagaimana mungkin bisa tidur, saat baru saja kepala menyandar di meja, maka langsung lah mengalir sebuah kata mutiara yang halus namun tajam menusuk mereka secara perlahan. sebuah sindiran yang tidak mencerminkan marah di wajah, bahkan sangat guru mengatakan nya sambil tersenyum dan lembut. hingga banyak yang memanggilnya guru psikopat, berhati dingin tapi cantik.
Ngak berdarah tapi sakit nya terasa nyata!. seperti itu lah kira-kira yang di rasakan oleh anak anak yang pernah merasakan buk wati masuk kedalam kelas, terlebih menjadi wali kelas mereka seperti kelas Akira. karena buk wati juga bukan tipe guru killer yang meraung raung lalu menghukum berjemur atau keliling lapangan. Bukan. Ia di takuti karena tingkat ke disiplinan yang tinggi, jika melanggar palingan hanya di suruh bawa tanah kompos atau tanah untuk menanam bunga atau paling mudah dan cepat adalah poin.
Entah lah, semua orang segan hanya sekedar untuk membantah atau pun melanggar aturan. melihat wajahnya yang tersenyum sambil menasehati, entah kenapa terasa lebih menakutkan daripada wajah marah guru bk.
"tidak buk, saya bisa istirahat di sini saja" Akira berkata sopan, ia tak suka uks, bisa bisa sarah muncul di sana, di tambah jika ada pengurus UKS datang maka akan timbul kesalahpahaman yang pasti berdampak buruk terutama pada diri nya.
"baiklah...!" sangguru lanjut berjalan mengelilingi siswa yang sedang asik menulis. selain di siplin ia juga memastikan semua catatan anak anak lengkap, karena ia yakin dengan begitu sedikit banyaknya mereka akan menyerap pelajaran.
Setelah berjam jam belajar. tidak, Lebih tepat nya 1 setengah jam lama nya bersama sangat wali kelas sejak ia masuk, dan jarum jam sudah menunjuk angka 3 bersama dengan bunyi lonceng di seluruh penjuru sekolah. sebuah lonceng tanda kemerdekaan hampir dari seluruh penghuni sekolah termasuk Akira yang melesat keluar hendak menaiki bus pertama, berharap sedikit sepi, Namun semua di luar dugaan, bus tidak di tempat. ia memutuskan untuk menunggu beberapa saat di sana, berharap bus akan segera tiba dan ia bisa segera menuju tempat kerjanya. Halte yang semula sepi kini di padat siswa atau siswi yang menunggu bus, dan semakin lama semakin memadat.
"Breaking News.." teriak seorang lelaki dengan ponsel di tangannya dan fokus yang tertuju pada layar ponselnya yang menampilkan berita terbaru.
"baiklah dari sini saya melaporkan kepada te. anak teman sekalian, Bus jalur sudirman yang bertugas menggkut anak sekolah terpaksa tertunda karena ada nya kecelakaan lalu lintas hingga jalanan lumpuh total. sekian laporan saya pada sore hari ini, terimakasih dan sampai jumpa," lanjut nya membacakan inti dari berita yang ada di layar ponselnya dengan gaya ala ala reporter.
"yah... "
"gimana sih, mana duit udah abis,"
"pesan ojol deh," masih banyak keluhan lainya yang terdengar, begitu pun dengan Akira, meski tidak mengatakan keluhannya, ia menghembuskan nafasnya.
Akira mendesah lelah Seperti nya ia akan berlari sore menuju mini market yang berjarak 12km dari sekolah namun cukup dekat dari tempat tinggal nya. hanya saja satu satunya yang ia fikirkan adalah, apakah dirinya sempat tiba di sana sebelum belum jam kerja ny?, mungkin mbak mawar akan mengerti, bagaimana dengan pekerjaan yang lain atau bos di atas mbak mawar?. Akira mengeleng kan kepalanya mengenyahkan semua pemikiran buruknya, dan ia harus segera fokus berlari dan mengusahakan agar segera sampai tujuan tepat waktu atau jika bisa sebelum waktunya, meski itu terdengar mustahil, tapi ia tidak punya pilihan lain.
Langkah kaki panjang Akira terlihat teratur, meski tidak bermain basket seperti di tv-tv, namun ia cukup berstamina lari dalam jarak yang jauh dan waktu yang lama. Dia sudah terbiasa mengunakan kakinya untuk kemana mana, menginggat dan menimbang aset kendaraan ia tidak punya.
Saat sedang berlari, belum meninggalkan sekolah 200 meter, seorang pengendara sepeda motor memanggil Akira.
"mas... Mas..."
.
.
TBC