Selamat membaca
.
.
"mas... Mas..." Akira terkejut langsung menileh kesebelah kirinya, dan ternyata yang memanggilnya adalah pengendara speda motor yang menggunakan jaket khusus dengan bordiran sebuah merek ojek online.
kira mengendiksn detak jantung nya ya g memomoa cepat karena terkejut, lalu bertanya pada si tukang ojek. "ada apa pak?" tanya Akira sopan pada si tukang ojek, meski ia dalam hati sedikit marah karena ia harus segera tiba di mini market.
"ayo naik mas!" ajak pengendara itu mengajak Akira untuk naik keatas motor nya.
Aka mengeleng lalu membungkuk sedikit seraya berkata "saya tidak bawa uang untuk naik ojek mas, lagi pula saya ngak pesan," ucap Akira menolak dengan kesopan tingkat tinggi pasal nya ia sedang berbicara dengan dengan orang yang sudah berumur. Meski hatinya semakin lama semakin berdebar cepat karena tidak sabar untuk pergi ke bekerja sebelum ia di omeli oleh kepala toko.
"tadi saya di pesan sama mbak pake mobil, dia suruh antar mas ke mini market sendayu!" Kata tukang ojek itu memberitahu Akira agar lelaki muda itu tidak Kebingungan.
"perempuan? Pake mobil?!" Akira tampak berfikir keras, ia tidak ingat dekat dengan perempuan mana pun hingga memesankan dirinya sebuah ojek, kecuali satu orang. Di dalam benak Akira terlintas sebuah wajah dan nama. "Rambutnya coklat?" tanya Akira cepat menebak si pemesan kepada tukang ojek tersebut.
"iya mas, muka nya agak bule gitu tapi tetap Asia... pokok nya geulis pisan eui!" puji orang itu.
Akira terdiam sejenak, sudah 3 menit lebih waktunya terbuanh sia sia di sini, dia harus segera pergi sebelum ia benar benar akan terlambat. "maaf pak tapi saya ngak pesan! Apa bisa di batal kan?" tanya Akira menggaruk kepala nya yang sebenarnya tidak gatal, tapi ia tidak tahu lagi bagaimana caranya agar ia bisa segera pergi ke tempat kerja. Memang naik ojek adalah pilihan terbaik, tapi ia harus gunakan uang yang mana?.
Ia tidak tau harus melakukan apa, pasal nya ia tak membawa uang lebih untuk naik ojek ke sendayu. Ia hanya mengantongi uang 5 k untuk naik bus hingga ke mini market sendayu. Sedangkan naik ojek paling tidak memakan uang 10-20 ribu. Akira nampak berharap dan mulai kesal dengan sikap sembarangan Sarah yang membuat nya harus menolak seorang pria berumur yang mengharapkan nya.
"yah... Jangan mas... Nanti performa saya turun...!" tukang ojek online itu memohon dengan wajah sedih. Lemah sudah, aku ra paling tidak bisa melihat wajah orang tua yang bersedih, karena ia merasa seperti durhaka kepada orang tua nya sendiri, meski pada kenyataanya dirinya sudah yatim piatu. Akhirnya Akira yang tak tega melihat gurat sedih dan kecewa ojek online itu pun langsung menghela nafas nya, kemudian berkata.
"yasudah pak... mari antar saya!" Akira duduk di kursi penumpang yang ada di belakang pengemudi, benar saja, begitu Akira naik, bisa ia lihat dari sepion gurat bahagia di wajah pengemudi ojek online tersebut, dan ia bersyukur tidak membuat senyum itu hilang hanya karena ia menolak keinginan orang itu, meski itu memberatkan diri Akira sendiri.
Mereka pun berkendara selama Beberapa menit saja, lalu mereka tiba di pintu masuk khusus kariawan yang ada di samping mini market, di mana harus melewati lorong kecil yang hanya muat di lewati 2 speda motor. Akira turun membuka helem nya kemudian berkata kepada si pengemudi dengan sopan. "tunggu sebentar pak, saya pinjaman uang dulu sama teman saya, soal nya saya tidak bawa tunai!" Akira berkata dengan sopan.
"Ahh... Tidak perlu mas.. Tadi mbak yang mesan sudah membayar, dia memberikan saya uang 50.000. Dia bilang ambil kembalian!" jelas tukang ojek memberi tau kan Akira bahwa jasanya telah dibayar.
"Alhamdulillah, rezeki bapak," Kata akira mengukir senyum di wajah manisnya.
"Iya mas alhamdulillah, kalau begitu saya pamit ya," Sang pengendara motor pamit untuk pergi, lalu menghilang setelah berbelok ke sebelah kirinya.
Setelah tukang ojek itu meninggalkan tempat, Akira pun masuk ke ruangan khusus karyawan, bersiap siap untuk mengganti pakaian sekolahnya dengan pakaian kerja. Selama beberapa menit Akira mengati pakaian nya masuk kedalam mini market, sebelumnya tak lupa dirinya mengisi absensi dan menjalankan tugas nya sebagai penjaga lorong aksesoris. Di sana ia bertugas sebagai penjaga, merapikan dan membersihkan lorong tersebut. Juga memastikan tidak ada tangan tangan jahil yang tidak bertanggung jawab setelah merusaknya malah tidak jadi membelinya.
Akira berdiri di dekat lorong atau stan nya, sebenarnya masih ada penjaga sift pagi, tapi ia malas berlama lama di ruangan ganti.
"lebih awal?" sapa seorang wanita yang bertugas menjaga lorong aksesoris di siang hari pada Akira yang baru saja berdiri di sana.
"iya mbak Dian.." jawab Akira tersenyum sopan. Senyum sebagai bentuk formalitas dan kesopanan yang selalu menjadi ciri khas dan pemikat seorang Akira.
"lihat di luar hujan, beruntung kamu sudah tiba!" ucap Dian menengok luar mini market yang hujan cukup lebat.
"hujan?!" Akira tak menyadari bahwa hujan baru saja turun padahal beberapa menit yang lalu ia baru tiba. Lagi pula tadi ia tidak yakin hari ini akan hujan karena bagaimana pun hari ini cerah berawan, dan nyaris terik hingga ia tidak pernah menduga bahwa akan hujan beberapa saat setelah ia santai.
'Ya, aku beruntung. Jika saja bukan karena sikap sembarangan Sarah, mungkin aku sudah kehujanan!'-, Batin Akira mengingat bahwa jika bukan karena ojek online yang di kirimkan oleh Sarah, mungkin dirinya sedang kehujanan.
Bibir Akira terukir sedikit melengkung, tanpa sadar ia tersenyum karena merasa bersyukur atas sikap sembarangan Sarah yang ternyata menyelamatkan nya dari kehujanan. "kenapa tersenyum?" tanya Dian menatap heran wajah Akira yang berubah cerah mengalahkan panas nya upacara pagi.
"t-tidak!"
Tbc
Kira kira Akira kenapa senyum senyum sediri?
A. Karena hujan
B. Karena dian
C. Karena sarah