Selamat membaca
.
.
"jangan mengalihkan pembicaraan sarah!" Akira terdengar geram mendengar Sarah tak mengindah kan kalimat nya. Sarah selalu saja menganggap ucapannya tidak penting.
"iya iya... Maaf... Silah kan bicara!" Sarah berkata dengan suara menyesal, lalu memberi kesempatan Akira untuk bicara.
Sarah memeluk erat bantalnya, wajahnya memerah karena bersemangat menanti kalimat apa yang akan akira sampaikan kepadanya. Wajar saja Sarah merasa antusias, karena pada dasarnya Akira bukan orang yang banyak bicara, terlebih dia juga bukan orang yang menelpon tanpa tujuan yang jelas.
Meskipun Sarah tau Akira menelponnya karena ada tujuan penting, sarah tetap bersemangat. Kapan lagi ia punya kesempatan emas seperti ini?
Sarah yang duduk di atas ranjang sambil memeluk bantal, lain hal nya dengan Akira yang menyandar pada kursi belajar nya. Jemari Akira yang ada di atas meja mengetuk ngetuk seirama dengan pemikirannya, semakin pelan ketukan jarinya pada meja, semakin tenang fikiran nya. Begitu pula sebaliknya, semakin cepat ketukan pada meja itu, semakin kacau pemikiran Akira. Namun kali ini, ketukan pada meja itu terdengar pelan dan berirama. Menandakan bahwa Akira tenang dan dalam kondisi yang sangat baik.
"aku ingin berterimakasih pada mu karena memesan kan ojek online tadi siang... Jika bukan karena mu mungkin aku tidak masuk kerja karena kehujanan! Sekali lagi terimakasih!" ucap Akira sedikit ragu saat berucap namun bisa Sarah dengar ketulusan dari setiap katanya.
"sudah 4 kali kamu bilang terimakasih apa aku harus jawab sama sama sebanyak 4 kali?" tanya Sarah dengan sedikit humor yang tidak di anggap lucu sama sekali oleh Akira. "serius Sarah!" bukan ikut tertawa seperti Sarah, Akira malah menggeram kesal dan ingin sekali berteriak kencang kepada Sarah. Beruntung rasa ingin berteriak itu ia urungkan.
"Aku suka mendengarmu berteriak seperti itu," kata Sarah tersenyum lebar saat melancarkan gombalan mautnya.
"Jangan becanda Sarah!" seru Akira sedikit kesal dengan Sarah. Namun kenyataan nya, di seberang sana, Akira justru menahan senyum nya, tanpa di sadari Akira semakin keras mengetuk kan jari nya pada meja. Fikiranya benar benar kacau setelah mendengar ucapan serampangan Sarah.
Ia berusaha mengontrol dirinya, lalu berkata kepada Sarah. "besok aku ganti uang kamu!"
"gak usah" balas Sarah cepat dan lugas.
" aku ngak suka hutang budi Sarah!" jelas Akira. Dia merasa frustasi bagaimana cara nya berbicara dengan Sarah yang sangat keras kepala ini. Sedangkan Sarah Yang mendengar kan, hanya mengguk angguk kepala nya.
"gimana kalau kita makan di kantin? Sebagai ucapan terimakasih plus kamu ganti uang aku?" Sarah memberi jalan tengah kepada Akira, sekaligus mencari jalan agar ia bisa melancarkan permodusan.
"tidak aku tidak suka kantin terlalu ramai," tolak akibat langsung tanpa pertimbangan bahkan tak membutuhkan jeda waktu 1 detik untuk menunggu jawaban dari Akira.
"jam makan siang besok aku janji ngak terlalu ramai. Aku juga janji ngak bakalan ngamen.. Lagian aku ngak ngemen kok jam makan siang!" Sarah menjelas kan panjang lebar untuk membujuk Akira agar setuju.
"aku ngak bilang masalah kamu ngamen, lagi pula kamu yakin sekali kantin tidak akan ramai," balas Akira lugas tanpa rem atau jeda. "mulut kira pedes banget deh!" lirih sarah kesal setiap pernyataan nya selalu di balas ucapan pedas.
"Aku bisa atur besok siang kantin lantai 3 makan siang cukup sepi," lanjut Sarah penuh rasa percaya diri.
"Yakin sekali?" tanya Kira matanya menyipit di seberang sana mendengar pengakuan penuh rasa percaya diri.
"Kamu ragu pada ku?" Sarah balik bertanya kepada Akira sambil terkekeh kecil pada akhiran.
"Aku bahkan bisa mengosongkan lantai 3 besok jika kau mau," lanjut Sarah dengan suara menggoda Akira yang tampak tercengang di seberang sana.
"Jangan gila Sarah,"
"Aku gila karna mu," balas Sarah semakin gencar menggombal Akira.
"Kamu memang sudah gila sebelum mengenal ku," balas Akira pedas.
"Haiss... Kata kata mu semakin kejam, heheh" kekeh Sarah pura pura kesal sedikit.
"karena kamu menyebalkan!" ungkap kira to the point menanggapi jawaban sarah.
Meski terdengar kesal, dan menjawab sarah dengan Jawaban yang ketus, pada kenyataan nya, Akira sedang menahan tawa nya. Ia merasa sedikit terhibur mendengar setiap respon sarah terhadap ucapannya. Dan Entah kenapa, ia ingin tertawa setelah menjahili Sarah sedikit. Hanya sedikit dan itu sudah cukup bagi nya.
"auk ah gelap... Oh iya gue mau tanya..." Sarah berujar kesal lalu tiba tiba suara sarah terdengar serius pada akhir ucapannya.
"apa?" tanya Akira menyiapkan dirinya untuk mendengar kan sarah dengan seksama. Akira hendak menyimak pertanyaan yang akan di aju kan Sarah, karena gadis itu bicara dengan nada serius.
"mas ojol nya bilang ngak kalau aku cantik?" tanya Sarah narsis dan pernah rasa percaya diri yang tinggi.
Mendadak, ekspetasi pertanyaan serius yang di perkiraan kan Akira luntur. meleleh kelantai karena tidak sesuai kenyataan nya. Dia berfikir terlalu jauh bahwa sarah akan berbicara dengan serius. Maka jawabannya adalah 'never'. Sarah selalu bertingkah dan tidak pernah serius saat berbicara dengan nya. Padahal ia benar benar pernah melihat sekali Sarah dalam posisi dan situasi serius.
Hanya sekali, dan itu cuma sebentar. Kejadian beberapa waktu yang lalu, saat di mini market tempat ia bekerja kedatangan bos besar yang ternyata adalah ayah sarah. Dan kebetulan saat itu ada Sarah. Dia berbicara dengan nada formal dan sangat sopan. Tekanan suaranya juga sangat elegan dan seperti orang orang kerjaan didalam TV berbicara.
Akira harus mengakui, Sarah dalam mode serius, jelas sangat jauh berbeda dengan keseharian yang selalu membuat ulah dan membuat tingkah.
Tapi, entah kenapa jika ia memikirkan kembali mengenai sarah dalam mode serius seperti waktu itu, rasanya dia seperti bertemu dengan sarah yang lain. Dia merasa begitu asing dan jauh. Walaupun ia sangat memuji penampilan sarah saat serius.
"Hey, malah diam... Mas ojek nya bilang aku cantik gak?" tanya Sarah mendesak Akira yang berdiam diri karena ia sedikit teringat dengan kejadian beberapa waktu yang lalu.
"dasar narsis!"
.
.
TBC