"Hey, malah diam... Mas ojek nya bilang aku cantik gak?" tanya Sarah mendesak Akira yang berdiam diri karena ia sedikit teringat dengan kejadian beberapa waktu yang lalu.
"dasar narsis!" jawab Akira datar kepada Sarah yang ada di seberang panggilannya.
Bukannya marah, Sarah malah terkekeh kecil di seberang sana. Akira kembali berfikir, setidaknya Sarah dalam mode saat ini tidak lah buruk. Dia juga sangat baik meski di balik kejahilan dan wajah menyebabkan penuh rasa percaya diri itu. Mungkin sudah menjadi hal wajar dan sudah mendarah daging bagi Sarah yang lahir dari keluarga kaya. Sehingga rasa percaya diri Sarah sangat tinggi bahkan menembus langit. 'Aku ingin, sekali saja melihat dia merasa tidak percaya diri' gumam akira dalam hatinya.
Di sisi lain Sarah tersenyum mendengar Akira mengatai nya narsis. setidak nya Akira lebih eksperesif dan bisa merespon nya dengan baik. Meski setiap respon yang di lempar kan oleh Akira jelas sangat pedas. Tapi itu tetap saja menyenangkan. satu hal lagi, yang membuat senyum Sarah tak kunjung pudar adalah waktu. Jarum jam sudah menunjukkan pukul 23.05 malam, sedangkan kan mereka masih dalam mode panggilan sejak pukul 22.53. Itu artinya sudah lebih 10 menit mereka bicara di telepon. Lebih tepatnya sudah 12 menit ia lalui untuk berbicara dengan Akira. Dan rasanya sangat menyenangkan.
"jawab aja kenapa, oh jangan bilang kamu juga terpesona dengan aku ya?!" kesal Sarah dengan senyum lebar yang semakin lebar seolah tak bisa di tahan nya. Wajah nya terasa akan robek karena tersenyum terlalu lebar.
"iya mas ojol nya bilang kamu cantik!" aku Akira tak mengelak lagi. "Trimakasih!"Sarah berucap seolah Akira sedang memuji nya.
" lalu bagaimana dengan kamu?" tanya Sarah selanjutnya setelah ia merespon jawaban Akira.
"Tidak," jawab Akira cepat.
"Tidak apa? Tidak bisa menolak untuk terpesona dengan ku?" tanya Sarah semakin narsis dan percaya diri.
"Tidak, aku tidak terpesona dengan kamu," kata Akira kesal dan malu sekaligus. Padahal beberapa menit yang lalu ia baru saja memuji Sarah, lalu ia mah bilang tidak.
"Haha jujur saja... Terpesona... Akira terpesona... Memandang memandang wajahku yang manis..." Sarah berseru lalu bernyanyi dengan merubah sedikit lirik dari lagu tersebut.
Akira yang mendengar lagu penuh rasa percaya diri Sarah sedikit tersenyum, lagi lagi Sarah dan rasa percaya dirinya yang tinggi benar benar tidak ada obatnya.
"Tidak Sarah aku tidak terpesona dengan mu," jawab Akira tenang. Dia tidak ingin terbawa arus yang sedang di kendalikan oleh Sarah.
"Bukan tidak Akira,!" kali ini Sarah berujar dengan lembut. "Hanya belum saja," kata Sarah melanjutkan ucapannya yang masih tergantung.
" kalau begitu aku ganti pernyataan nya. menurut Akira aku cantik ngak? " tanya Sarah semangat, ia tak sabar mendengarkan jawaban dari Akira.
"gak!" jawab Akira singkat dan padat. Meski kenyataan nya Sarah cantik, ia tidak akan menjawab nya. Bisa runyam masalahnya jika ia menuruti semua keinginan Sarah.
"hah?"
"aku ngak cantik?" Sarah ragu mendengar jawaban Akira yang menetapkan ngak pada nya.
"hem" jawab Akira dengan suara dehaman.
"Kira bukan gay kan? Kira ngak homo kan?! Ngak mungkin gue suka sama orang homo!" teriak sarah histeris. Tiba tiba kembali menganti logatnya. Gadis itu sejak tadi selalu saja bertukar tukar logat.
Di seberang sana akhir nya benar benar tersenyum mendengar sarah yang heboh sendiri hanya karena jawaban dari nya tadi. Terlebih saat sarah mengatakan 'nggak mungkin gue suka sama orang homo', kalimat itu seolah mengatakan aku suka Akira. Di saat itu lah senyum Akira mengembang dengan sendiri nya.
"nona ada apa?" terdengar ketukan dari pintu kamar sarah. Dan terdengar samar samar namun cukup bisa di dengar.
"Tidak bik... tadi sarah nemu uang!" jawab sarah berbohong.
Akira bisa mendengar kan interaksi sarah yang sepertinya dengan pembantu nya.
"besok makan siang di kantin ya?" ajak sarah mengalihkan kan pertanyaan.
"lain kali aja. Di atap lebih nyaman!" jawab Akira memberi kode. Kita makan di atap aja berdua lebih nyaman.
"yaudah kamu berhutang satu janji makan siang di kantin lantai 3!" Sarah bersemangat.
"iya.."
"sudah dulu ya... Aku ingin istirahat,"
setelah mendapatkan persetujuan dari Sarah, Akira mengakhiri telpon.
Akira yang masih mengulum senyum, lalu bangkit dari posisinya saat ini kemudian beranjak menuju tempat tidur.
"hampir setengah jam?" gumam Akira melihat angka jam pada layar ponsel nya. Ia tidak percaya pernah melakukan panggilan selama itu.
"dia... Terlalu bayak bicara, aku tidak suka orang berisik!" gumam nya masih menatap layar ponsel yang sudah hitam karena layarnya di matikan.
"tapi kenapa ada perasan senang mendengar ocehannya? " tanya Akira pada dirinya sendiri.
Akira menaruh ponsel nya di samping bantal kemudian ia menatap lurus pada plafon kamar yang sudah jelek.
" apakah karena aku kesepian dan lelah malam ini, atau karena aku sudah masuk dalam jebakan pesonanya?" tanya Akira kebingungan sendiri.
"Bisa saja, pesona nya terlalu kuat.. Aku bahkan mati matian menolak pesona nya agar tak jatuh... Sekarang?"
"Akhhh... Aku kenapa sih? Dasar gadis aneh!" maki Akira menarik selimut hingga menutupi seluruh tubuh nya hingga kepala.
10 menit berlalu ia tak kunjung tidur. entah sejak kapan otak nya mulai terisi sosok sarah yang usil dann sembarangan. Apakah karena selama ini dia terlalu membuat jarak dengan orang lain sehingga saat ada yang berani padanya, ia merasa tidak berdaya?.
"dia hanya main main..." Akira berkata sinis pada diri nya sendiri.
"atau dia menggap ku teman? Heh! Apa aku pantas berteman dengan nya? Kasta kita terlalu jauh!" sinis Akira menghina dirinya sendiri. Lagi lagi sifat insecure nya kembali.
Akira tak kunjung tidur, pikiran nya melayang layang semakin melintir kemana mana. Hingga sebuah pesan terdengar.
Si cantik
G'night :*
.
.
.
Akira kembali tersenyum, tanpa membalas pesan. ia langsung menarik selimut hingga keatas lehernya kemudian menutup matanya.
.
.
TBC