Chereads / SILVER TIME / Chapter 13 - Terlalu Penasaran Dengan Orang Lain

Chapter 13 - Terlalu Penasaran Dengan Orang Lain

Hari itu, di sore hari di Kongkow, kami berbincang-bincang. Mbak Sarah menceritakan kisah cintanya yang indah sedari dia ada dibangku SMA hingga menikah. Dia memang orang yang cantik dan ramah, ternyata dia sudah punya anak, dan yang hamil ini adalah anak keduanya. Tapi, mbak Sarah cerita kalau suaminya sekarang agak galak entah karena terkadang pulang malam karena lembur dari kantor atau kecapekan.

Dengan menempuh gelar sarjana strata satu ini, mbak Sarah berharap dia tidak hanya menjadi ibu rumah tangga melainkan juga pekerja kantoran yang sama seperti suaminya. Dia sangat mencintai suaminya yang umurnya setahun lebih tua darinya. Di balik sikapnya yang sewaktu-waktu galak itu, suaminya cukup pengertian padanya dan over protektif terutama waktu hamil begini.

Kami yang ada di sana mendengar cerita mbak Sarah itu, selalu berharap semoga langgeng terus sampai akhir hayat.

Ada rasa kekaguman dari dalam diriku dengan orang yang sudah memiliki pengalaman cinta lebih lama bahkan sampai nikah. Sementara diriku yang bisa dibilang lebih cakep ketimbang teman-temanku yang ada di sini, yang terkadang bikin iri, malah tidak punya pengalaman cinta sama sekali.

Aku tidak terlalu mengerti ....

Aku juga takut suatu saat nantinya jika aku berpacaran dengan seseorang ....

Seseorang itu akan pergi meninggalkanku, aku tahu rasa itu pasti sangat sakit, dan sangat menyakitkan di hati.

Terlepas dari itu semua, di sini aku hanya ingin fokus kuliah demi mengharumkan nama keluarga di kampung halamanku ...!

Aku juga memiliki impian sebagai wanita karir.

Suatu saat jika aku memiliki banyak prestasi dan pengalaman di sini, aku ingin bekerja di perusahaan besar!

"Sas bagaimana? Apa kamu sudah punya pacar?" tanya Hana padaku.

Saat pertanyaan itu dilontarkan padaku, aku menjadi tergugup untuk menjawabnya. Kalau aku tidak punya pacar dan tidak punya pengalaman dalam hal itu, apa mereka akan menertawakanku.

Tapi, saat Lidya mengetahui tentangku ....

Dia berusaha mengalihkan pembicaraa, bukan mengalihkan sih tapi dia malah menceritakan kisahnya yang bertunangan dengan Hiro. Aku tahu, itu karena dia ....

Mengerti bahwa temannya ini tidak punya pengalaman sama sekali dalam bercinta.

Mbak Sarah memperingatkan pada kami semua yang entah punya pengalaman cinta atau tidak, dia berkata ... "Jika kalian sudah memantapkan diri dengan pasangan kalian, entah itu masih pacaran atau sudah bertunangan atau baru menikah, ingat! Jagalah keharmonisan hubungan, jangan sering cekcok karena hal sepele. Lalu, kalau ada masalah jangan berantem di depan anak atau otot-ototan di depannya. Kalau punya masalah jangan di simpan sendiri, seperti namanya ... kita ini sudah berkeluarga ..., bersikap terbukalah pada pasanganmu."

"Wah~ tipsnya bermanfaar ini mbak." Hana mengomentarinya.

"Aah~ semoga aku dan Hiro seperti itu." Kata Lidya yang tampaknya bersemangat mendengarnya.

Aku hanya tersenyum tipis meresponsnya.

Aku juga berharap dari lubuk hati yang paling dalam, semoga suamiku nantinya ... adalah orang yang mengerti diriku.

Akhirnya, suara adzan maghrib mengakhiri obrolan kami ini.

Tak lupa, kami mengucapkan terima kasih pada mbak Sarah yang sudah mengeluarkan uangnya untuk mentraktir kami.

....

Aku mengantarkan Lidya untuk segera balik ke kampus dan aku menunggunya di depan Musholla, sedangkan Lidya masih sholat.

Aku duduk di pojok sambil wifian. Kata mbak-mbak yang ada di sini, wifi yang paling kenceng ada di pos satpam dan depan ruang A. Namun, karena aku masih belum tahu dan jarang wifian, aku hanya menggunakannya di musholla.

Tanpa password, hanya tinggal menyambungkan gitu aja.

Hmm ... tapi, aku bingung~ apa ya yang akan aku cari?

....

Oh, ya, aku coba chat Ivy deh kali aja dia kenapa-napa ....

Kenapa aku begitu khawatir pada Ivy ya? Seakan-akan ada masalah besar yang terjadi ....

Aku mengucapkan salam terlebih dahulu, lalu aku menanyakan kabarnya, lalu alasan dia kenapa hari ini tidak masuk.

Ah~ aku mungkin terlalu kepo, tapi!

CENTANG SATU! (-_-) sepertinya dia tidak bisa di hubungi, hanya mengetik gitu saja dan menanyakan kabar, sudah habis semenit, padahal hanya 3 kalimat doang. Dasar aku! Terlalu banyak mikir.

Karena waktu sholat masih lama, aku coba-coba membuka sosmed, facebook ya.

Tak sengaja di sosmedku ... ada nama 'Muhammad Raka' dan itu foto profil Raka. Orang yang dikagumi di kelas ini.

Sebenarnya aku tidak begitu mengerti kenapa rata-rata temanku menyukainya, apa karena dia ganteng? Yah~ kuakui dia benar-benar ganteng.

Akhirnya aku kepo! Aku klik profil dia, aku scroll-scroll bawah berandanya. Eh~ ini orang rajin update status tiap hari satu kali, oh ada sih yang dua kali ... itu foto.

Komentarnya cukup banyak juga ya, tidak seperti sosmedku yang sepi gini.

Tetapi, anehnya ....

Raka hanya membalas pada komentar-komentar tertentu, aku berpikir itu mungkin orang-orang terdekatnya.

Karena belum puas hanya melihat status saja, aku melihat foto-foto yang tersimpan di facrebook-nya. Tak ada yang aneh pada foto-fotonya ... gayanya juga bagus-bagus.

"Emang foto harus begini?" gumamku, dan tak sengaja saat Lidya mencoba mengagetkanku dengan menepuk pundakku dari belakang, loh ...! Tiba-tiba, di dekatku cowok yang dibilang superstar di kelas ini ... muncul dengan sedikit menoleh padaku.

Dia hari ini cukup pendiam, dia memasang sepatu kemudian segera kembali ke kelas.

Sementara aku lupa menutup berandaku.

Wajahku sesaat menjadi memerah, saat dia melirik sesaat padaku barusan.

Ah~!! Apa dia menyadarinya kalau aku sedang menstalker akunnya?

"Loh beb, kenapa?" tanya Lidya keheranan yang melihat mukaku memerah yang seketika tertunduk malu itu.

"A-ak-aku tidak apa-apa~ tidak ada apa-apa." Aku agak tergugup menjawabnya dan bingung, lalu segera menutup tab facebook. Karena masih ada sisa beberapa menit saja sebelum pelajaran masuk, kami berdua wifian di sini.

Lidya v-call an dengan Hiro, yang sekarang dia ada di Jepang. Aku mendengar Lidya ternyata begitu fasih mengucapkan bahasa Jepang saat berbicara dengan Hiro. Sementara aku tidak bisa sama sekali. Di terakhir Lidya bilang pada Hiro dan memperkenalkan diriku lewat v-call itu ... dia bilang kalau aku teman dekatnya saat ini.

"Etto, tomodachi?" tanya Hiro dengan serius.

"E-um, tomodachi," Lidya menjawabnya. Yang artinya aku adalah sahabatnya.

Dia juga bilang pada Hiro kalau dia akan akan mengajarkan dikit-dikit bahasa Jepang padaku supaya mengerti saat nantinya bertemu Hiro langsung.

Aaah~ aku jadi malu.

Meskipun keturunan Jepang, tak di sangka ... Hiro juga lancar saat bicara bahasa Indonesia (yah~ karena dia sudah lama menetap di Indonesia juga).

Satu hal lagi yang Hiro katakan di depan Lidya yang bertanya bagaimana kesan Hiro melihat Zaskia ini?

"Hm, sou da ne, Maru de Hime sama desu, aitsu wa Zaskia-hime desuka. Aah~ tottemo kawaii ne~" itu katanya. Aku bertanya pada Lidya, artinya apaan? ('-' )

Bagi yang penasaran lanjutannya, scroll kanan aja ya :"D